When the Last Teardrop Falls

When The Last Tear Drop Falls

 

 

And all of what used to be

Seorang namja berpenampilan resmi terlihat gelisah sambil memainkan ponsel yang berada di tangannya. Sementara itu, seorang yeoja yang mengenakan gaun putih selutut dengan mantel tebal tersampir di bahunya tampak kebingungan melihat raut muka namja itu. Saat ini keduanya tengah berada di ruangan yang didekorasi seperti ballroom dengan seperangkat meja makan untuk dua orang di pojok ruangan yang baru saja mereka gunakan. Di sekeliling keduanya banyak terdapat kamera dan kru stasiun televisi swasta ternama Korea yang tengah bersiap mengambil scene selanjutnya.

“Dong Hae-ssi, kamu tidak apa-apa?” tanya Son Eun Soo, yeoja yang menjadi pasangannya dalam salah satu acara pernikahan palsu yang lebih dikenal dengan acara We Got Married. Namja yang ditanya menatap Eun Soo lembut dan tersenyum.

“Anio, nan gwaenchana. Ayo kita lanjutkan syutingnya. Kulihat para kru sudah siap. Kajja!” Dong Hae menegakkan tubuhnya dan mengulurkan tangan kanannya pada Eun Soo yang menanggapinya dengan senyuman dan menyambut uluran tangan namja itu.

“Ne, kajja.” Keduanya berjalan ke tempat pengambilan adegan selanjutnya. Dong Hae yang mulanya menggenggam tangan kiri Eun Soo mendadak menyelipkan jemarinya di antara jemari lentik yeoja yang kini mulai merajai perasaannya. Sentakan kecil sempat terasa oleh Dong Hae, namun segera digantikan oleh penerimaan tangan Eun Soo yang memberikan kehangatan padanya. Beberapa orang kru yang melihat hal tersebut hanya tersenyum kecil penuh makna dan melanjutkan pekerjaan mereka.

Selama melakukan pengambilan adegan selanjutnya, Dong Hae menitipkan ponselnya pada managernya yang langsung meletakkan benda tersebut di dalam tas perlengkapan Dong Hae. Sang manager tidak menyadari kalau ponsel itu terus bergetar kencang, menandakan ada panggilan masuk. Hal itu baru disadari oleh sang manager ketika jadwal pengambilan adegan terakhir selesai. Betapa terkejutnya orang tersebut ketika melihat di layar ponsel Dong Hae tertera tiga puluh panggilan tidak terjawab. Merasa panggilan-panggilan itu penting, cepat dicarinya Dong Hae dan diserahkannya benda mungil itu dalam genggaman tangan artisnya.

“Dong Hae-aa, ada tiga puluh panggilan tidak terjawab di ponselmu. Mian, aku baru menyadarinya. Mungkin itu panggilan penting. Sebaiknya kamu segera menghubungi nomor tersebut.” Dong Hae mengangguk patuh. Segera dilihatnya layar ponselnya, dan memang benar apa yang dikatakan managernya tersebut. Dengan perasaan tidak karuan yang mendadak melanda dirinya, Dong Hae membuka ketiga puluh panggilan tersebut yang ternyata berasal dari satu orang. Satu orang yang selama ini dekat dengannya dan sangat disayanginya.

Lee Jong Hyun.

 

When the last tear drop falls

“Bagaimana Jong Hyun-aa? Apakah belum diangkat juga?” tanya Seulong pada Jong Hyun yang sedari tadi sibuk menempelkan ponselnya di telinga, berusaha menghubungi seseorang. Sayangnya orang tersebut tidak menjawab panggilannya. Ini sudah panggilan yang ketiga puluh, dan Jong Hyun hanya bisa memberikan gelengan kepala sebagai jawaban atas pertanyaan Seulong.

“Aish, apa yang dilakukan orang itu sampai tidak mengangkat ponselnya?” desis Seulong gusar. Jong Hyun hanya menghela napas mendengar kegusaran dan sedikit kemarahan dalam nada suara Seulong. Dia berusaha mengerti apa yang dirasakan Seulong, namun dia juga harus mengerti posisinya sebagai adik seseorang yang sedari tadi dihubunginya. Ya, setelah keduanya mendengar nama Dong Hae disebut Yoona dalam ketidaksadaran yeoja itu, Seulong memintanya untuk menghubungi Dong Hae yang kebetulan sedang mempunyai agenda syuting. Jong Hyun tidak dapat menyalahkan kakaknya begitu saja karena ia tahu keprofesionalitasan Dong Hae dalam bekerja. Meskipun sebenarnya dia berharap kali ini kakaknya itu tidak menitipkan ponsel pada manajernya seperti kebiasaannya ketika ia harus kembali bekerja. Nyatanya harapan itu tidak terwujud.

“Dong Hae hyung ada agenda syuting malam ini. Mungkin itu sebabnya dia tidak mengangkat telepon dariku. Hyung tahu sendiri apa yang dilakukan kakakku itu pada ponselnya saat ia bekerja. Maafkan aku, hyung. Aku akan …” penjelasan Jong Hyun terhenti ketika ponselnya bergetar kencang dalam saku jasnya. Namja itu membelalakkan matanya melihat nama yang tertera di layar ponselnya.

Dong Hae hyung is calling. Jong Hyun segera menekan tombol answer dan menempelkan ponsel itu ke telinganya. Seulong yang sedang mendengarkan penjelasannya tadi melayangkan tatapan bertanya padanya. Mulut Jong Hyun terbuka, membisikkan sebuah nama yang segera diikuti oleh anggukan Seulong. Wajahnya yang terlihat gusar berangsur normal saat mengetahui kalau yang menelepon Jong Hyun adalah Dong Hae.

“Yeoboseyo? Ne, hyung, ini aku.”

“…”

“Ya, aku dari tadi berusaha menghubungi hyung untuk mengabarkan kalau Yoona sakit.”

“…”

“Aku kurang tahu hyung, tadi dokter sempat mengatakan kalau Yoona kelelahan dan ada sedikit masalah di pencernaannya.”

“…”

“Sekarang dia berada di Dong-eui Medical Center Yangjeong-dong. Aku dan Seulong hyung bersamanya, menunggu dia sadar. Seulong hyung berencana untuk merawatnya di rumah.”

“…”

“Ne, dia masih pingsan. Tapi kata dokter kondisinya baik-baik saja. Bisakah hyung ke sini? Sepertinya Yoona baru mau sadar kalau ada hyung.”

“…”

“Ne, arraseo. Hubungi aku saja kalau hyung sudah berada di lobby rumah sakit.”

“…” Klik. Sambungan telepon terputus. Jong Hyun menurunkan tangannya dan memandang Seulong yang terus mengamatinya sejak tadi.

“Dong Hae hyung sebentar lagi akan ke sini. Semoga Yoona segera sadar begitu tahu kalau sekarang akan ada tiga namja tampan yang menunggunya.” Kali ini Jong Hyun yang melontarkan candaan serupa. Candaan kecil itu berhasil mencairkan ketegangan di antara keduanya. Seulong segera mendudukkan dirinya di kursi di samping ranjang Yoona dan membelai pelan kening adiknya. Jong Hyun tersenyum. Kelelahan jelas terlihat di wajahnya. Pandangannya mulai berkunang-kunang seperti yang biasa terjadi kalau dia mengalami kelelahan. Ya, Jong Hyun menderita anemia sedari kecil yang membuatnya tidak bebas beraktivitas. Meskipun begitu, Jong Hyun tidak suka dianggap lemah karena penyakit yang dideritanya. Seulong mengetahui hal itu, oleh karenanya dia tidak meminta Jong Hyun untuk pulang dan berisitirahat. Seulong tahu hal itu akan melukai harga diri Jong Hyun sebagai laki-laki. Dia juga beranggapan Jong Hyun sudah dewasa, sudah seharusnya mengerti keterbatasan yang dimilikinya dan antisipasi apa yang harus dilakukannya.

“Hyung, aku akan menunggu Dong Hae hyung di luar.” Pamit Jong Hyun yang dibalas dengan anggukan Seulong. Begitu mendapat persetujuan Seulong, Jong Hyun membalikkan tubuhnya dan berjalan pelan ke luar ruangan. Dia harus mengistirahatkan tubuhnya, atau setidaknya menyandarkan tubuhnya dalam posisi duduk agar tidak jatuh pingsan. Meskipun ia merasa sangat kelelahan, namun ia tidak mau meninggalkan Yoona yang belum juga sadar. Saking pusingnya, Jong Hyun sampai harus berpengangan pada tepian pintu ruang IGD sebelum ia mendudukkan dirinya di kursi tunggu. Namja itu segera menyandarkan tubuhnya dan menutup kedua matanya. Ia akan memberikan kesempatan beristirahat pada tubuhnya meski hanya sebentar, sambil menunggu kedatangan kakaknya. Baru lima menit ia terpejam, ponsel yang berada di saku celana jeansnya bergetar kencang. Tanpa membuka mata dan melihat identitas penelepon di layar ponselnya, ia langsung menekan tombol answer dan speakerphone. Ia bahkan terlalu lelah untuk sekedar menempelkan ponsel itu ke telinganya.

“Yeoboseyo?”

“Yeoboseyo. Jong Hyun-aa, ini aku, Yong Hwa. Kau ada dimana sekarang?”

“Aku sedang berada di rumah sakit hyung. Wae geure?”

“Rumah sakit? Apa kau sakit? Apa aku perlu ke sana? Ani.. apa aku perlu mengajak semua member CN Blue untuk ke sana?”

“Tidak usah hyung, bukan aku yang sakit.”

“Lalu?”

“Yoona-ssi.”

“Ah, begitu. Dia sakit apa? Apa sekarang dia sudah baik-baik saja?”

“Dia hanya kelelahan dan ada sedikit masalah di pencernaannya. Dia baik-baik saja sekarang. Ada apa hyung meneleponku?”

“Ah, itu, aku sampai lupa. Aku hanya ingin mengingatkan kalau besok kita ada jadwal perform di acara Jeonju Charity Day bersama artis SM dan JYP. Seingatku mereka juga mengundang SNSD, tapi dengan kondisi Yoona-ssi saat ini aku kurang tahu apakah mereka akan tetap tampil atau digantikan oleh artis SM lainnya.”

“Oh iya, aku ingat hyung, tenang saja. Besok harus ada di tempat acara jam berapa?”

“Jam 7 pagi. Aku harap kau tidak terlambat dan cukup istirahat. Ingat Jong Hyun-aa, aku tahu kau sangat peduli pada Yoona-ssi. Tapi jangan lupakan kondisimu. Besok kita akan membawakan tiga lagu berurutan di panggung outdoor. Aku dan member lainnya tidak ingin terjadi sesuatu padamu.”

“Ne, arraseo hyung. Hyung tenang saja, aku bisa bertanggung jawab atas kondisiku.”

“Aku tidak pernah meragukan itu. Kalau begitu sampaikan saja salamku untuk Yoona-ssi. Katakan padanya semoga cepat sehat dan tidak membuat dongsaengku ini khawatir setengah mati, hahaha.”

“Hyung! Apa-apaan.. aish! Ne, akan aku sampaikan salam hyung padanya. Perlu kusampaikan salam tambahan untuk Seohyun jika aku bertemu dengannya?”

“Ya! Kau ini benar-benar …! Sudahlah, aku akan mematikan teleponnya. Annyeong.” Klik. Sambungan terputus. Jong Hyun mengulum senyum atas reaksi Yong Hwa sebelum menutup telepon. Vokalis CN Blue yang terkesan cuek itu bisa langsung salah tingkah jika mendengar nama Seohyun. Terlebih jika menyinggung hubungan keduanya di acara We Got Married tahun lalu. Jong Hyun tahu kalau Yong Hwa telah jatuh hati pada kepolosan maknae SNSD itu di hari Seohyun mengaku kalau dia belum pernah dekat dengan namja manapun. Namun sayang, Yong Hwa harus mundur karena ternyata Seohyun telah diproklamirkan sebagai pasangan duet stage SM dengan Kyuhyun, maknae Super Junior. Bahkan keduanya dikenal publik sebagai maknae couple.

Belum ada sepuluh menit Yong Hwa selesai menelepon, ponsel Jong Hyun kembali bergetar kencang. Namja itu menggertakan gigi dalam usahanya menahan rasa jengkel yang mencuat akibat istirahatnya yang terus terganggu. Kali ini namja itu kembali meraih ponselnya tanpa melihat identitas si penelepon, menekan tombol answer dan menempelkan benda mungil itu di telinganya.

“Yeoboseyo?”

“…”

“Ah, hyung sudah sampai? Baik, aku akan ke sana. Hyung tunggu sebentar.”

Klik. Sambungan telepon dimatikan. Jong Hyun bergegas bangkit dan berusaha menghilangkan rasa pusing yang masih menderanya. Setelah dirasa lebih baik, namja itu berjalan dengan tergesa ke lobby rumah sakit untuk menemui kakaknya yang sudah berada di sana.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet