When the Last Teardrop Falls

When The Last Tear Drop Falls

 

 

It's so hard to lose the one you love

Yoona melangkah perlahan, menyusuri salah satu lorong di dalam gedung Busan Center Cinema, tempat diselenggarakannya Busan International Film Festival bulan Oktober nanti. Gedung teater yang berkapasitas 232.907 kursi dengan 5 teater dan 36 layar di dalamnya itu terletak di area Haeundae, Busan. Lorong itu tidak lagi disesaki oleh kru, staff, dan panitia penyelenggara BIFF 2012 seperti siang tadi, sehingga tidak ada yang mempertanyakan keberadaan Yoona di sana. Meskipun masih tiga bulan lagi sebelum acara diselenggarakan, tetapi beberapa artis pengisi acara sudah banyak yang melakukan survey ke venue untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan demi kelangsungan performance mereka. Salah satunya adalah girlband jebolan SM yang mulai melebarkan karirnya di dunia, SNSD. Ketika member lainnya memutuskan untuk menikmati ramainya suasana kota Busan, Yoona memilih untuk memisahkan diri dengan alasan ingin menjelajahi area dalam gedung. Dan di sinilah ia sekarang, dengan seluruh tubuhnya bergetar lemah, menahan tangis yang menyesakkan dada. Sepasang kaki kurusnya berjalan gontai, sesekali oleng yang membuat gadis berumur 22 tahun itu harus mencari tumpuan agar tidak terjatuh. Ingatannya terus terpaku pada seseorang yang satu.. dua.. tiga.. entahlah, mungkin beberapa jam lalu, menyatakan kebenaran yang diinginkannya. Kebenaran yang nyata-nyata membuat dunianya seakan runtuh seketika, menghancurkan angan indah yang bertahun-tahun dirajutnya.

 

To finally have to say goodbye

“Aku.. aku tidak berpura-pura dalam acara itu Yoong, aku benar-benar mencintainya. Apa yang aku katakan kepadanya selama acara itu tidak tertulis dalam script, tapi meluncur begitu saja dari mulutku. Aku tidak bisa menahannya, Yoong. Rasa itu tumbuh begitu saja, aku sendiri tidak menyadari sejak kapan. Yang jelas aku merasa lebih nyaman ketika bersamanya. Mianhae Yoong, jeongmal mianhae..” jelas seorang namja berpostur sedang yang mengenakan setelan jas berwarna hitam dengan rambut hitam kecoklatan yang sedikit menutupi keningnya. Pagi ini mereka bertemu di dalam ruangan latihan SNSD, sebuah tempat pertemuan rahasia keduanya ketika ingin melepas rindu setelah dipisahkan oleh jadwal padat dari management tempat keduanya bernaung. Ruangan yang awalnya berisi sembilan yeoja cantik yang tengah berlatih mendadak kosong dan hanya menyisakan kedua orang tersebut. Sang leader memerintahkan member lainnya untuk beristirahat, memberikan sedikit privasi untuk Yoona dan kekasihnya. Kali ini keduanya bertemu bukan untuk melepas rindu, tetapi melepas status dan ikatan yang sudah dua tahun terjalin. Status dan ikatan yang sekuat tenaga dipertahankan Yoona atas dasar rasa yang telah berakar begitu dalam di hatinya.

“Waeyo? Wae Oppa? Apakah waktu dua tahun tidak berarti apa-apa bagimu?” tuntut Yoona. Yeoja itu menggigit bibir bawahnya dalam usahanya menahan kekecewaan dan sakit hati yang mendesak untuk dikeluarkan dalam bentuk teriakan dan tangisan.

“Mianhae Yoong, neomu jeongmal mianhae..” hanya jawaban itu yang terus meluncur dari mulut namja di hadapannya. Hanya permintaan maaf yang terus digumamkannya. Permintaan maaf yang tidak mampu mengobati dalamnya luka di hati Yoona.

 

You try to be strong but the pain keeps holdin' on

Kali ini Yoona memutuskan untuk berhenti berjalan dan menyandarkan tubuhnya pada dinding lorong yang dingin. Ia merasakan lelah dan sakit luar biasa. Rasa lelah dan sakit yang lebih parah dibanding sakitnya beberapa hari lalu akibat kelelahan menjalani agendanya. Tubuhnya perlahan merosot ke bawah, tidak mampu lagi menopang badannya yang tinggi semampai. Bukan, tubuhnya tidak lagi tinggi semampai, tetapi kurus kering. Keadaan ini telah menuai protes dari member lainnya, bahkan mengundang kekhawatiran Lee Soo Man-ssi, CEO SM entertainment. Berkali-kali ia diminta untuk memeriksakan kesehatannya, namun berkali-kali pula ia menolaknya dengan alasan ia baik-baik saja. Padahal ia menyadari kalau tubuhnya semakin melemah tiap harinya. Sudah 3 kali dalam seminggu ini ia pingsan di lokasi syuting yang menyebabkan jadwal syuting dihentikan sementara. Tetapi ia tetap bersikeras menolak pemeriksaan kesehatan menyeluruh yang disarankan padanya. Ia hanya mau meminum obat yang diberikan oleh dokter pribadi management-nya.

 

And all that you can do is cry

Yeoja itu sudah tidak mampu menahan gejolak di dadanya. Pertahanan egonya runtuh, dan ia hanya bisa diam ketika air mata berhasil menemukan jalan keluar dari sepasang mata indahnya. Air mata terus mengaliri pipi tirusnya, menyebabkan kantung matanya merah dan membengkak. Hidungnya turut memerah dan berair yang dibiarkannya begitu saja. Untunglah dalam lorong tempat dia berada sudah benar-benar sepi, sehingga Yoona tidak perlu menjelaskan apapun jika ada yang menanyai kondisinya saat ini. Ia semakin menenggelamkan diri, kepalanya tertunduk di atas kedua tangan yang ia tumpukan pada lututnya. Sekilas masih terdengar isakan dari mulutnya. Sampai beberapa saat kemudian isakan itu hilang. Namun, kepala yeoja itu tetap menunduk yang kemudian disusul oleh ambruknya tubuh kurus itu ke lantai berkarpet tipis yang setiap pagi selalu dibersihkan petugas kebersihan.

Seorang namja yang sedari tadi mengikuti dan mengawasinya segera menghampiri Yoona yang mendadak jatuh pingsan. Diangkatnya tubuh kurus Yoona dengan kedua lengannya. Didekapnya Yoona dalam pelukannya untuk menyalurkan kehangatan tubuhnya pada gadis itu. Dengan Yoona di dalam gendongannya, namja itu berjalan ke arah salah satu pintu keluar, yang syukurlah terletak tidak jauh dari tempat ia menemukan Yoona. Ia keluar dari dalam gedung dengan yeoja yang masih berada dalam gendongannya. Dengan sedikit perasaan canggung, ia berjalan ke arah mobil sport hitam yang terparkir kurang lebih 500 meter dari pintu keluar. Tanpa terlihat kesulitan, namja itu membuka pintu mobil penumpang dan mendudukkan Yoona di atas kursinya. Setelah memasangkan seatbelt dan merendahkan posisi kursi Yoona agar nyaman ditiduri, namja itu bergegas masuk ke kursi pengemudi dan menjalankan mobil itu ke suatu tempat. Penginapan peninggalan kakeknya di Busan.

 

Deep within your heart you know it's time to move on

Yoona merasakan tempatnya berpijak berputar begitu cepat. Saking cepatnya ia memegang kepalanya dan mengerang pelan, “aargh”. Seorang namja yang tertidur di samping tempat tidur yeoja itu terbangun begitu mendengar erangan Yoona. Diraihnya tangan Yoona dan diusapnya pelan-pelan, seolah ingin menenangkan gadis itu. Setelah dirasakan tangan Yoona mengendur dan kerutan di kening indahnya hilang, namja itu bangun dan berjalan ke kamar mandi yang berada di dalam kamar penginapan yang dipesannya. Ia membawa baskom plastik ke wastafel kamar mandi dan mengisinya dengan air dingin. Segera dimatikannya kran wastafel ketika air telah memenuhi setengah baskom. Dibawanya baskom berisi air dingin itu ke meja di samping tempat tidur Yoona. Selembar handuk kecil bersih yang tadi dimintanya pada pengurus penginapan dicelupkan ke dalam air baskom tersebut dan diperas. Handuk yang sudah diperas itu kemudian diletakkan di kening Yoona, berharap cara tradisional yang dilakukannya dapat menurunkan demam gadis itu.

Sambil menunggui Yoona, namja itu mengambil gitar yang selalu dibawanya kemana-mana. Perlahan mengalunlah suatu melodi indah yang menenangkan dari petikan senarnya. Alunan melodi yang menenangkan alam bawah sadar Yoona dan membuat gadis itu pelan-pelan membuka kelopak matanya. Begitu terbuka dan sadar sepenuhnya, Yoona memalingkan wajahnya ke arah melodi itu berasal. Kedua matanya menangkap sesosok namja yang mengenakan pakaian kasual dengan potongan rambut hitam lurus menyamping. Kerutan di keningnya muncul ketika ia menyebutkan satu hal yang diingatnya dari namja itu.

“Lee Jong Hyun-ssi?”

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet