Makeover

Not Cinderella's Shoes

“Ish! Aku tidak mengerti!” Chanyeol menjejakkan kakinya, tak lupa menendang kursi di depannya dengan cukup keras. Sehun, yang kebetulan sedang duduk di depannya, terlonjak sedikit namun tertawa pelan setelahnya.

 

“Untuk mengerti sesuatu, kau tidak perlu mengerti setiap detailnya, hyung. Kau hanya perlu menjalani, dan kau akan mengerti lebih dari cukup pada akhirnya.”

 

Chanyeol tersenyum, sarkastik. Ia melipat kedua tangannya di depan dadanya. “Terima kasih, Oh Sehun, untuk quotes-nya hari ini. Kau tidak pernah gagal untuk membuatku takjub.”

 

Sehun terkekeh. “Tepat sekali.”

 

Chanyeol menjentikkan lidahnya kesal. Seumur hidupnya, well, paling tidak sampai sekarang, ia tidak pernah membayangkan dirinya akan berada di situasi seperti ini. Menurutnya, situasi ini terlalu aneh dan gila jika terjadi padanya.

 

Kenyataan memang kadang pahit, dan menyakitkan.

 

“Aku tidak tahu kalau kalian berdua ternyata mengenal baik satu sama lain.” Chanyeol menatap kaca kecil yang tergantung di atas langit-langit mobil, dan memicingkan matanya. Tao tampak menatapnya sekilas lewat kaca tersebut, sebelum kemudian tersenyum tipis.

 

“Untuk sekedar informasi, kita baru saja berbicara tadi.”

 

Chanyeol memutar kedua bola matanya. Dalam hatinya, ia yakin Sehun pasti tengah tersipu sekarang. Tentu saja, siapa di dunia ini yang tidak akan? Orang sependiam, sekharismatik Tao, tiba-tiba mengajakmu keluar, ia bahkan bertingkah seolah kau adalah orang yang paling dikaguminya di dunia ini.

 

Sehun pasti sedang berada di langit ketujuh sekarang.

 

“Terserahlah. Yang penting aku ingin tahu kalian mau membawaku kemana.”

 

Sehun setengah membalikkan tubuhnya ke belakang. Ia menolehkan kepalanya ke arah Chanyeol.

 

“Rahasiaaa~”

 

Chanyeol menjejakkan kakinya lagi, bermaksud untuk mendorong tubuh Sehun sedikit ke depan, namun mendapati Tao sedang duduk menyetir di samping Sehun, ia merasa tidak aman jika ia melakukan sesuatu yang tidak-tidak kepada Sehun. Jadi ia mengurungkannya.

 

“Ugh, bisakah kalian berdua lebih menyebalkan lagi?”

 

.

.

.

"Oppa, berdansalah denganku."

 

Baekhyun memutar tubuhnya dan mengangkat kedua alisnya. Tampak seorang gadis tengah berdiri di depan Baekhyun. Wajahnya sedikit ia tundukkan dan jari-jarinya bermain satu sama lain. Terlihat jelas sekali kalau ia sedang gugup.

 

"Berdansalah denganku, oppa." Ulangnya dengan suara yang lebih pelan. Baekhyun dapat melihat jelas bahwa muka gadis itu sedang memerah. Sebegitu tampankah dirinya hingga seseorang harus berjuang begitu keras hanya untuk berbicara dengan dirinya.

 

Baekhyun rasa Chanyeol tidak begitu.

 

Baekhyun menarik salah satu ujung bibirnya dan mengulum senyum ringan. Terlihat tampan meskipun seseorang dapat mengatakan dan menilainya sebagai senyuman yang hanya mampu menerangi satu kamar sempit saja.

 

"Maaf, aku sedang tidak ingin berdansa." Jawab Baekhyun lembut. Ia masih tersenyum sopan ke arah gadis itu. Gadis itu dengan segera membungkukkan badannya ke arah Baekhyun dan sedikit berjalan mundur menjauhi Baekhyun.

 

"Maafkan aku." Ucap gadis itu berulang-ulang kali, diikuti dengan anggukan tubuhnya di hadapan Baekhyun. Bahkan Baekhyun hanya mampu melihat bagaimana rambut gadis itu terbawa ke bawah, dan kemudia terangkat lagi ke atas ketika ia mengangkat tubuhnya.

 

Senyum Baekhyun tersungging semakin lebar; sedikit.

 

"Tidak apa-apa." Jawabnya dengan nada yang super lemah lembut dan seolah penuh pengertian. Ia melangkah sedikit mendekati gadis itu.

 

Mungkin ini alasan mengapa begitu banyak gadis yang mengejarnya. Mungkin ini salah satu alasan mengapa mereka rela datang pagi-pagi hanya untuk meletakkan hadiah-hadiah mereka di depan loker Baekhyun, di depan kelas Baekhyun, bahkan di atas meja Baekhyun langsung.

 

Mungkin ini juga merupakan alasan mengapa Chanyeol memiliki perasaan yang hampir sama dengan gadis-gadis itu. Hanya saja yang membedakannya, Chanyeol bersikap ketus dan tidak peduli ketika tiba-tiba ia merasakan hal yang berbeda; jantungnya memiliki debaran yang tidak biasa dari biasanya.

 

.

.

.

“Kalian bercanda kan?” Chanyeol menatap dengan horor bangunan di depannya. Ia tidak berkutik sedikitpun, otaknya terlalu lambat untuk memproses semua yang terjadi. Terlalu cepat.

 

Sehun menggelengkan kepalanya, begitu juga dengan Tao. Mereka berdua bertingkah seolah tidak ada yang salah dengan semua ini, berbanding terbalik dengan Chanyeol.

 

Chanyeol pikir ini terlalu gila, terlalu berada di luar batas imajinasinya yang pernah dicapai.

 

“Salon? Kalian membawaku ke.. salon?”

 

Sehun menganggukkan kepalanya dengan polos. Ia menatap Chanyeol.

 

“Aku pulang kalau begitu. Sampai jumpa besok di sekolah.” Chanyeol berkata dengan singkat sebelum kemudian berbalik tanpa komando dan mulai berjalan meninggalkan Sehun dan Tao. Sehun membelalakkan matanya dan sontak berjalan mendekati Chanyeol, mengejarnya.

 

“Yah, hyung! Kau mau kemana?!”

 

“Pulang, apalagi?” Chanyeol menghentikan langkahnya sejenak dan menatap Sehun, sebelum kemudian meneruskan langkahnya lagi.

 

“Hyung! Tapi–“ Sehun meraih pergelangan tangan Chanyeol. “–kau tidak boleh pulang.”

 

Chanyeol menghembuskan napasnya, lelah. Ia menatap sosok yang jauh lebih kecil di depannya lagi, untuk yang kedua kalinya. Selama ia hampir tidak pernah berhasil menolak permintaan Sehun jika ia sudah bersikap seperti ini, Chanyeol tidak akan membiarkannya menang kali ini.

 

Ini adalah saat yang krusial, menurutnya?

 

“Sehun, kau tahu sendiri kan kalau aku memiliki antipasti tersendiri dengan salon atau semacamnya?”

 

Sehun mengangguk, tangannya masih dengan longgar memegang pergelangan tangan Chanyeol.

 

“Dan kau sangat tahu kan, kalau aku tidak akan pernah mau pergi ke acara pesta ulang tahun Baekhyun?”

 

Sehun mengangguk lagi, pelan, dan sedikit takut-takut.

 

“Jadi kenapa kau masih memaksaku?”

 

Kali ini Sehun tidak menjawab. Ia hanya menundukkan kepalanya semakin dalam.

 

“Aku hanya ingin membantu hyung saja.”

 

Chanyeol mengernyitkan alisnya, bingung.

 

“Membantu apa? Aku tidak butuh bantuan ap–“

 

“Aku tahu hyung menyukai Baekhyun.” Sehun tiba-tiba mendongakkan kepalanya. Ia berkata seolah semua itu adalah hal yang paling normal, hal yang paling wajar dikatakan–bukan rahasia.

 

 Chanyeol membelalakkan matanya. “Aku tidak–“

 

Kata-kata Chanyeol sontak terpotong ketika Sehun memicingkan matanya ke arahnya, menatapnya dengan dalam, sedikit mengancam. Ia menghembuskan napasnya, berat, sebelum kemudian mengangkat kedua bahunya, menyerah pada akhirnya.

 

“Oke, baiklah, aku memang menyukainya. Lebih lama dari yang kau bayangkan, tapi bukan berarti aku akan.. merealisasikannya juga. Itu bagaikan 1 berbading 500, antara aku dan orang-oran lain yang menyukai Baekhyun. Mereka begitu memukau, cantik, menarik,, sedangkan aku? Aku hanya–“

 

Kata-kata Chanyeol mau tidak mau terpotong untuk yang kedua kalinya, tergantikan oleh jeritan tertahan, ketika ia merasakan tubuhnya diangkat, ala bridal style lagi.

 

“Maaf, nona-nona, pembicaraan kalian harus terpotong disini, atau waktu kita tidak akan cukup.”

 

Tao mengerling ke arah Sehun, dan Sehun dapat merasakan wajahnya memanas. Ia menatap Tao yang berjalan menaiki tangga salon sembari menahan tubuh Chanyeol yang terus meronta di pegangannya, sebelum kemudian mengikutinya dari belakang.

 

.

.

.

"Tolong dandani dia secantik mungkin." Tao menurunkan Chanyeol di atas lantai dan mendirikannya dengan hati-hati. Chanyeol melepaskan lingkaran lengannya dari sekitar leher Tao dan melipat kedua tangannya, kesal.

 

"Pacarnya sudah menunggu di tempat lain."

 

"P-pacar?!" Chanyeol membelalakkan matanya. Ia menatap Tao dan Sehun secara bergantian, tidak percaya.

 

"Ah, dia memang begitu, agak sedikit malu-malu kalau ditanya soal pacarnya."Timpal Sehun sembari terkekeh sedikit dan menatap Chanyeol. Chanyeol menyipitkan matanya sedikit dan menggertakkan giginya kesal.

 

Sang petugas salon tersebut; yang sedari tadi telah berdiri di depan pintu untuk menunggui mereka; hanya tertawa kecil melihat tingkah Sehun dan Tao, yang menurutnya lucu. Menggoda temannya tidak karuan seperti itu.

 

"Hey! Jangan mengada-ngada! Aku tidak memiliki pacar!" Ucap Chanyeol sembari menghindari tatapan aneh sang petugas salon. Tatapan itu terkesan menggodanya dan seolah menyetujui perkataan Sehun dan Tao tentangnya. Ia kesal.

 

"Itu reaksi yang selalu dia berikan ketika kami mulai membahas soal pacarnya, harap dimaklumi." Tao tersenyum sopan ke arah petugas salon tersebut.

 

Lagi-lagi, petugas salon itu hanya tertawa kecil sembari menutup mulutnya dengan punggung tangannya. Ia menatap Chanyeol dengan tatapan seolah ia memaklumi keadaannya; sebagai seseorang yang baru pertama kali merasakan cinta kepada seseorang yang lain.

 

"H–hey! Itu tidak benar!"

 

"Aku sarankan lebih baik kau cepat, karena acaranya sudah mau mulai." Ucap Tao kepada petugas salon itu, dengan sengaja memotong perkataan Chanyeol yang ia yakin, pasti isinya adalah protes-protes dan sangkalan.

 

"Hey! Sejak kapan aku setuju untuk didanda–"

 

"Mungkin kau lebih memilih cara ini, daripada kugendong kesana lagi, mungkin?" Tao mendekatkan wajahnya ke arah samping wajah Chanyeol dan berbisik tepat di telinganya.

 

Chanyeol membelalakkan matanya lagi.

 

"Baiklah, kalau memang itu yang kau mau." Tao menurunkan tubuhnya sedikit, kedua lengannya ia ulurkan untuk meraih bagian tubuh Chanyeol; bagian belakang lutut dan pinggang.

 

Tao menyelipkan lengannya di sekitar area tersebut dan mulai menggendong Chanyeol lagi, persis mengulang apa yang ia lakukan pada Chanyeol di mobil tadi.

 

"Baik, baik! Aku akan jalan sendiri! Kau tidak perlu menggendongku!" Ucap Chanyeol sembari memukul tangan Tao. Tao melepaskan kedua lingkaran lengannya dari pinggang dan lutut Chanyeol dan tersenyum puas.

 

"Jadi?" Tao mengangkat kedua alisnya dan menatap Chanyeol.

 

Chanyeol mengepalkan kedua tangannya dan menghela nafas panjang. "Baiklah."

 

"Baiklah apa?"

 

"Aku mau didandani."

 

"Akhirnya!" Seru Sehun senang sembari menepukkan kedua tangannya satu sama lain dengan kencang. Ia tersenyum lebar ke arah Chanyeol.

 

Chanyeol menghela nafas panjang untuk yang kedua kalinya dan menurunkan bahunya lemas.

 

Ini akan menjadi hari–tidak, malam yang panjang, pikirnya.

 

.

.

.

 

"Teman kalian sudah rapi. Kalian bisa berangkat sekarang." Ucap sang petugas salon secara tiba-tiba, mengagetkan Sehun dan Tao yang sedang memandang satu sama lain.

 

Sehun segera bangkit dari tempat duduknya; lebih tepatnya melompat; dan berjalan ke arah sang petugas salon itu dengan antusias. Matanya membesar dan berbinar-binar, seolah sudah mengetahui dan menerka-nerka bahwa hal yang akan ia lihat berikutnya adalah sangat indah.

 

Sehun tersenyum lebar. Tao mengikutinya dari belakang.

 

"Noona, dimana Chanyeol-hyung sekarang?" Tanya Sehun kepada sang petugas salon tersebut. Ekspresi wajahnya benar-benar menggambarkan sebuah permintaan harapan; ekspektasi yang besar.

 

Sang petugas salon tersebut tersenyum dan memiringkan dagunya sedikit, menggunakannya untuk menunjuk sesuatu. Ia menggeser tubuhnya ke samping.

 

"Tuh."

 

Sehun dan Tao menolehkan wajah mereka ke arah belakang, sebelum kemudian memutar tubuh mereka.

 

Ada sebuah sepatu yang tersembul dari balik tembok, sebelum kemudian diikuti dengan kaki jenjang yang panjang; dan ramping; dan seluruh tubuh.

 

Sehun membelalakkan matanya tak percaya dan spontan menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Ia tak bisa berkata apa-apa.

 

Tao membelalakkan matanya; walau hanya samar-samar dan tidak sekentara Sehun; dan memajukan wajahnya sedikit untuk mendapatkan penglihatan yang lebih baik pada orang yang sedang berdiri di hadapannya. Ia menelan ludahnya tidak percaya. Ia bahkan hampir tidak bisa mengenali Chanyeol sekarang.

 

Chanyeol benar-benar terlihat cantik sekarang. Wajah yang biasanya tidak pernah ia niatkan untuk dirawat atau dipoles, kini disulap menjadi sebuah wajah yang bersih, memukau, dan berbeda. Ia terlihat benar-benar manis dan agak sedikit mirip dengan anak perempuan.

 

Rambut yang sehari-harinya hanya disisir saja tanpa diberi apapun atau dibentuk sebuah model, kini ter-desain dan terbentuk secara indah. Membingkai wajahnya yang putih dan imut. Ia bahkan mengenakan hairpin di rambutnya; tepatnya di bagian samping kepalanya.

 

Baju yang sehari-hari ia kenakan; kebesaran dan agak lusuh; kini berubah menjadi sebuah pakaian yang anggun dan elegan; begitu pas pada lekukan-lekukan tubuhnya.

 

Benar-ben-

 

Oh, satu lagi. Sepatunya. Sepasang sepatunya.

 

Tidak terbuat dari kaca seperti sepatu Cinderella, namun benar-benar terlihat sangat bagus dan tidak biasa. Sepatu itu menggunakan tali putih pada bagian atasnya; seperti tali pada sepatu warrior; dan sebuah ukiran yang cantik di sekitar area untuk bagian tumit dan pergelangan kaki. Sangat pas untuk ukuran kaki Chanyeol.

 

Sehun berjalan pelan ke arah Chanyeol, mengamatinya dengan tatapan tidak percaya sekaligus terpukau. Ia berjalan mengitari Chanyeol yang sibuk menatap dirinya sendiri dengan tatapan aneh. Luhan, teman kerja sambilan Chanyeol, tempo hari memang benar. Chanyeol adalah makhluk yang paling perlu untuk disadarkan di dunia ini.

 

"Kau benar-benar cantik hyung." Bisik Sehun pelan. Ia mengangkat tangannya untuk menyentuh ujung baju baru milik Chanyeol. Chanyeol menatapnya dengan tatapan heran.

 

"Coba kalau kau berdandan seperti ini setiap hari hyung, Baekhyun pasti akan kesulitan menahan dirinya untuk tidak menyatakan cinta padamu." Goda Sehun sembari mengerlingkan matanya ke arah Chanyeol. Ia tersenyum jahil dan terkekeh pelan.

 

"Haish, bodoh.” Chanyeol memutar kedua bola matanya, walaupun dengan kedua pipinya yang jelas-jelas merona merah.

 

.

.

.

 

"Baekhyun-sshi, sekarang giliranmu memberikan sambutan."

 

Baekhyun mengerang kesal dan memutar kedua bola matanya. "Tidak bisakan ditunda sebentar saja? Semua tamu belum datang."

 

Lelaki paruh baya tersebut menggeleng pelan, tangannya memegang sebuah note kecil dan pena yang ia keluarkan dari saku jas-nya. "Tidak bisa Tuan, disini tertulis-"

 

"Baik, baik. Kau tidak usah menceramahiku, aku akan kesana." Potong Baekhyun dengan cepat sembari beranjak dari sofa-nya. Ia menatap lelaki paruh baya itu sebentar; dengan tatapan kesal; sebelum kemudian melenggang pergi dengan sejuta gaya andalannya, angkuh.

 

"Maafkan saya Tuan." Lelaki paruh baya itu menyempatkan dirinya untuk membungkukkan badannya ke arah Baekhyun; yang notabene-nya merupakan majikannya; dan mendapatkan balasan yang cukup menyakitkan.

 

Semoga saja suatu saat nanti ia bertemu dengan orang yang mampu mengubahnya menjadi lebih baik, do'anya.

 

.

.

.

“Sial.”

 

“Ada apa, hyung?” Sehun menatap sosok di sampingnya dengan khawatir.

 

Tao menghembuskan napasnya, kesal. Matanya menyapu pemandangan di depannya, dimana jalanan begitu ramai dipenuhi oleh berbagai macam kenadaraan.

 

“Aku lupa kalau sekarang adalah Sabtu malam.”

 

“Memangnya kenapa kalau Sabtu malam?” Tanya Sehun dengan bingung. Ia menatap Tao dan Chanyeol secara bergantian.

 

“Itu berarti orang akan banyak berpergian. Jalanan akan ramai dan macet.” Jawab Tao sembari menjalankan mobilnya sebentar, sebelum kemudian menghentikannya tepat di belakang sebuah mobil. Jalanan macet total.

 

“Kalau begitu kita tidak akan bisa menghadiri acara pesta ulang tahun Baekhyun?” Tanya Sehun lagi, ekspresi wajahnya sudah mulai menunjukkan kegelisahan.

 

“Bisa sih sebetulnya, tapi kita akan benar-benar terlambat.”

 

Chanyeol tidak berkomentar apa-apa. Sejujurnya, ia agak merasa sedikit senang karena kemungkinannya untuk batal menghadiri acara pesta ulang tahun Baekhyun adalah besar, namun, melihat ekspresi Sehun..

 

Chanyeol jadi tidak tega untuk melakukannya.

 

Ia tahu Sehun sudah melakukan banyak hal, dan apapun itu, semuanya adalah untuknya, walaupun ia menolaknya dengan mentah-mentah.

 

“Hyung, bagaimana ini? Chanyeol-hyung tidak akan bisa–“

 

“Iya, Sehun, ini juga sedang aku usahakan. Aku akan mencoba untuk mencari jalan lain yang memungkinkan.” Ucap Tao memotong perkataan Sehun. Bukan, bukan karena ia merasa kesal dengan Sehun yang terlalu khawatir. Ia hanya tidak senang ketika Sehun menunjukkan raut wajah kekecewaannya. Itu membuatnya marah kepada dirinya sendiri

 

Chanyeol menggigit bibir bawahnya, mencoba untuk menemukan ide brilian di saat genting seperti ini. Tiba-tiba, sebuah papan seperti skateboard di bawah jok belakang mengalihkan perhatiannya.

 

“Hey Tao, skateboard itu masih bisa dipakai tidak?”

 

TBC.

 

A/N: Maaf banget, chapter ini aku rombak, haha. Maaf juga kalo ternyata nggak lebih bagus dari yang sebelumnya, haha. Sebenernya tujuan aku cuma satu, aku pengen nge-portray karakter Chanyeol lebih realistis. Nggak terlalu menye-menye, nggak kagetan ato terlalu clumsy. Emang, disini dia ibaratnya kayak Cinderella-nya gitu, tapi bukan tipe orang penurut, yang nggak bisa ngelawan ato nge-protes. Aku pengen karakter dia lebih kuat, lebih berani, lebih frontal, nggak pekaan, dan agak sarkastik gitu, haha.

Oke deeh, segitu aja. Selamat membaca teman-temaan! Jangan lupa review nya juga yaa! Arigatou! ^^

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
nora50
#1
Chapter 3: Heuheuheu..ternyata repost toh? Aku pikir update beneran..
guylian #2
Chapter 3: Update pehlisssss T-T
ohthehoon #3
Chapter 3: min, ini kapan updatenya TT_TT
zhipeachmilk #4
Chapter 4: Kok gak update update siih :( padahal kan seru >< Updae dong '3' Author cakep dehh..
kopiluwak #5
duh lama banget updatenya... padahal ini ff uke Yeol pertama yang aku baca dan menarik..
sayang banget ngga di update Kak..
weirdoren
#6
Chapter 4: UPDATE PLISSS UPDATE AAAAAA BAEKYEOL <33333333333
nora50
#7
Chapter 4: I can't imagine...chanyeol with a hairpin? Aaaaccckk XD
I can't wait for the next update ^^
Milayka
#8
update soon! :D
nora50
#9
Chapter 3: Finally...diupdate juga...hehehe seru bgtt nih `ibu peri` nya chanyeol kuat.. Ga sabar m liat chanyeol jd scantik apa. Fighting with updating! Good luck for your school
amusuk
#10
yaay, lucu kaleee..
Taox keyeeenn, muahaha..
Baekyeoool!