Persetan dengan semua kenangan itu. Tingkat pertama dan kedua dilaluinya dengan suram. Sampai suatu hari tiga bulan menjelang kelulusannya. Keadaan yang akhirnya dia sadari, kenyataan yang bagaimanapun harus diterimanya, kenyataan yang merubah hidupnya.

Seluruh siswa di sekolahnya pastilah mengenal Choi Siwon. Anak tampan yang sopan dan jago berolah raga. Terkenal diantara guru, siswa, dan staff sekolah. Tipikal siswa yang terkenal sebagai “prince” dan gilai para gadis. Intinya, Siwon adalah lambang kesempurnaan seorang pria,

Hari itu, sore yang sendu. Langit mendung namun tetap menampakkan semburat kekuningan yang suram. Heechul masih berada di sekolah, menghadapi tiga orang siswa pria yang menghalangi perjalanannya pulang. 

“ Hei, sampah! Berikan uangmu!” teriak salah seorang dari mereka. 

Heechul hanya berdiri, tak bergerak sama sekali. Nafasnya teratur, tenang. Ancaman dan siksaan adalah hal biasa dalam hidupnya. Untuk apa panic dalam keadaan seperti ini.

“Kau punya telinga tidak,” preman sekolah yang berdiri disebelah kiri mulai kehabisan kesabaran. Dia mencengram kerah lehar Heechul.” Kami butuh uang, brengsek!”

“ Uang? Merengek saja kan pada ibumu!” kata Heechul menantang. 

“ Yah! Anjing!” dia menghadiahi Heechul dengan meninju dagunya. Hal ini sudah cukup biasa baginya, rasa sakit seperti ini sudah sering dia terima sebelumnya.

Disaat seperti ini, Heechul hanya menunggu untuk dipukuli sampai babak belur. Dia memejamkan matanya. Menunggu rasa sakit menyerang tubuh kurusnya. Sampai tiba-tiba…

“ Hentikan!” 

Heechul mendengar suara yang dia rasakan sebagai penolongnya. Kerah bajunya terlepas dari cengraman preman tadi. Perlahan dia membuka matanya, melihat sosok atletis Siwon berjalan mendekati mereka. “ Siwon.. itu Siwon.. ayo segera kita pergi dari sini” kata preman yang berdiri ditengah.

Segera saja mereka mengambil tas mereka dan lari tunggang langgang menjauhi Heechul. Heechul berdiri lemas, mengusap darah dari mulutnya yang sedikit sobek.

“ Kau tak apa-apa, sunbae-nim?” tanya Siwon sopan.

“ Tak apa, hanya luka kecil. Tak perlu khawatir” jawab Heechul sambil memperbaiki kerah bajunya. 

“ lagi lagi mereka mencoba melakukan perampasan lagi. Sunbae-nim, kau bisa melaporkan mereka ke pihak sekolah jika kau mau. Tak ada yang berani melaporkan tindakan mereka selama ini” saran Siwon

“ aku tak punya keluhan terhadap mereka” kata Heechul.

“ lagi lagi alasan seperti itu” keluh lelaki tampan didepannya.

“ dengar Siwon-shii. Sebentar lagi kelulusanku. Biarkan aku tenang tanpa harus menambah panjang masalah di sekolah ini”

“ oh, baiklah. Tapi sunbae-nim, jika kau berubah pikiran kau bisa mencariku. Aku akan menjadi saksimu. Kau kenal siapa aku, tapi aku tak kenal siapa kau, sumbae-nim, maaf”

“ yah, siapa yang tidak mengenalmu, Choi Siwon.” Heechul mendongak menatap wajah tampan yang tengah tertawa mendengar jawabannya. 

“ lalu siapa nama mu, sunbae-nim?” tanyanya.

“ Heechul. Kim Heechul. Dan berhenti memanggilku sunbae-nim. Panggil saja hyung. Itu membuatku lebih nyaman”

“ baiklah, Heechul-hyung” Siwon tersenyum, menampilkan lesung pipinya yang dapat melelehkan hati tiap orang.

 

Sejak saat itu, sosok Siwon sering hadir dalam sisa masa sekolahnya. Dan dengan berjalannya waktu, Heechul menyadari, mungkin Jungsoo benar. Mungkin semua rumor yang beredar itu benar, Heechul adalah gay.

Bayangan Siwon selalu hadir dipikirannya. Walau kenangan bersama Siwon di sekolah hanya singkat, namun bayangan pria tampan itu selalu ada di hati Heechul, bahkan setelah 6 tahun berlalu.