Malam itu, akhirnya Seung Wan tiba di kediaman keluarga Bae. Keluarga Bae berkumpul di ruang keluarga setelah makan malam. Seung Wan melihat Seulgi yang duduk di samping Joo Hyun. Untuk pertama kalinya ia melihat Joo Hyun tertawa lepas mendengar candaan Seulgi. Ia menyapa setiap orang yang ada di sana, termasuk Seulgi.

"Ayo, kita langsung ke ruangan kerjaku." ujar tuan Bae yang langsung merangkul Seung Wan menuju ruang kerjanya. 

Tuan Bae menerima keputusan Seung Wan yang menginginkan mengakhiri pertunangan. Beberapa kali tuan Bae berusaha menenangkan Seung Wan yang tak tahan lagi dengan semua beban di pundaknya dan hatinya yang hancur. Ia tak ragu menangis di hadapan tuan Bae. Tuan Bae tahu persisi bagaimana peruasaan Seung Wan saat ini, karena ia tahu seberapa besar rasa sayang Seung Wan pada anaknya. Namun tuan Bae tidak bisa ikut campur dengan keputusan yang diambil keduanya. 

"Bagaimana dengan hasil tes DNA nya." tanya tuan Bae saat merasa Seung Wan sudah jauh lebih tenang. Seungwan menyerahkan kertas yang bahkan belum ia baca itu pada tuan Bae. Pria paruh baya itu menarik nafas lega karena hasilnya sama sekali tidak cocok. 

"Setidaknya, satu masalah mu sudah selesai Wan ah".

"Ne, paman." Seung Wan mengangguk, ia tidak ingin berlarut-larut bersedih terutama di hadapan tuan Bae. Sehingga ia putuskan untuk menanyak beberapa hal mengenai bisnisnya yang sudah lama mereka rencanakan. 

"Wan ah, jika kau memiliki kekasih baru, perlakukan ia dengan baik."

"Ne paman, aku minta maaf karena tidak bisa membahagiakan putri anda."

"Apa kau tidak ingin bertemu Joo Hyun?"

"Aku rasa tidak paman, ia sedang bersama Seulgi, aku tidak enak jika mengganggunya."

"Tidak apa, sebentar saja, lagi pula kau akan berada di Hampton dalam waktu yang lama."

Seung Wan tidak bisa menolak keinginan tuan Bae. Ia takut, jika ia bertemu Joo Hyun ia tidak bisa melepaskan gadis itu. Tuan Bae meninggalkan keduanya di ruang kerja. Seung Wan berdiri saar Joo Hyun masuk. Gadis itu terkejut melihat kondisi Seung Wan yang sangat rapuh, matanya menggambarkan kesedihan yang dalam. Joo Hyun melihat Seung Wan dalam kondisi seperti itu saat di hari kecelakaan yang meninmpa keluarga Son beberapa tahun lalu, dan ia harus kehilangan semua anggota keluarganya. 

"Joo Hyun ssi, aku ingin meminta maaf jarena selama ini aku tidak bisa membuatmu bahagia. Dan aku bersyukur karena ku rasa aku telah mengambil keputusan yang tepat, karena untuk pertama kalinya aku bisa melihatmu tertawa lepas di samping Seulgi." Hati Joo Hyun sakit mendengarnya, tapi ini adalah keputusan terbaik menurutnya. 

"Dan ini, hasil tes DNA ku dengan Soorim, hasilnya negatif. Paman Bae juga sudah melihatnya." Joo Hyun terkejut mendengarkan hal itu. Ia menatap tak percaya dengan kertas yang ada di tangannya.

"Joo Hyun ssi, aku sekalian berpamitan, besok aku akan berangkat ke Hampton untuk waktu yang lama." Seungwan memberanikan dirinya untuk meminta Joo Hyun memeluknya, mungkin untuk yang terkahir kalinya. Seung Wan memeluk erat Joo Hyun, ia merindukan gadis itu, ia mencintai gadis itu, ia tak ingin melepaskan gadis itu. 

"Maafkan aku Joo Hyun ah." Seungwan melepaskan pelukannya, dan memberi hormat pada Joo Hyun. Ia keluar dari ruang kerja tuan Bae sambil menahan tangisnya. Ia menuju ruang keluarga untuk berpamitan dengan keluarga Bae dan memberi hormat pada Seulgi.  Sementara itu, kaki Joo Hyun lemas dan ia terjatuh di lantai sambil meremas kertas hasil tes DNA. Ia masih mencintai Seung Wan, namun logikanya tidak bisa menerima hal itu. Ia menangis sambil menutup wajahnya, hatinya perih, tapi ia tidak menyesal. Nyonya Bae membuka pintu ruang kerja dan memeluk Joo Hyun erat.