Bab 3

Just Friends
Please Subscribe to read the full chapter

-Soojung’s POV-

Selama aku mengenal dan dekat dengan keluarga Kim, ini pertama kalinya aku melihat papa dan mama menatapku dengan ekspresi wajah serius. Kegelisahan bahkan tergambar jelas dari raut wajah mama Kim yang sejak tadi tak hentinya mengerutkan kening saat menatapku dan Jongin secara bergantian.

Sungguh, melihat ekpresi keduanya membuatku merasa sangat bersalah dan menyesal. Entah kenapa aku merasa menjadi seorang pengkhianat atau pembohong yang tega menyakiti orangtuanya sendiri.

Hingga aku dan Jongin duduk di hadapan mereka kini, tak sekalipun aku mampu menatap mata mereka. Tidak, nyaliku terlalu ciut untuk menatap kekecewaan yang terlihat jelas di raut wajah mereka. Aku bahkan tidak sempat berdebat dengan Jongin, karna jujur saja, hingga detik ini aku pun masih bingung dengan kejadian yang berlangsung terlalu cepat itu.

Aku masih belum mampu mencerna alasan kenapa Jongin tiba-tiba menciumku dan kenapa pula aku tidak segera mendorongnya saat dia melakukan itu. Hey, aku tau ini sangat terlarang! Pertama, karena aku sudah menganggap Jongin sebagai saudaraku sendiri, dan yang paling penting adalah karena statusku yang sudah bertunangan.

Ini membuatku gila.

Perasaanku kini campur aduk; antara merasa bersalah, kaget, takut, sedih, marah dan ah aku tak tau lagi harus bagaimana. Aku bahkan kehilangan tenaga untuk mengangkat kepalaku saat papa Kim mulai buka suara.

 

“Jadi benar apa yang mama bilang bahwa kalian baru saja kepergok sedang berciuman?”

“Ya, pa” Jongin menjawab dengan tenang.

“Kalian pacaran?”

Dadaku mencelos mendengar pertanyaan lanjutan dari papa Kim barusan. Aku mulai menggigit bibir bawahku untuk mengalihkan rasa gelisah yang terus menerus menggelayutiku.

“Enggak, pa”

“Kalau kalian tidak berpacaran, lalu kenapa kalian melakukan itu?”

“….”

Tidak satupun diantara kami yang mampu menjawabnya. Diam-diam aku melirik ke arah Jongin dan menemukan ekspresi gusar disana sebelum kembali mengalihkan pandanganku ke lantai.

“Jongin, Soojung, apa kalian sadar bahwa tindakan kalian itu bisa berakibat sangat fatal? Jongin-ah, apa kau sadar bahwa tindakanmu itu mungkin saja berlanjut dan membuat Soojung hamil? S ementara kau tau dia sudah bertunangan”

“…”

“Soojung-ah, apa hubunganmu dengan Kang Minhyuk baik-baik saja? Atau kalian sudah putus?”

Jantungku nyaris berhenti ketika papa tiba-tiba mengalihkan pertanyaan padaku, terlebih dia membawa nama oppa dalam pertanyaannya itu.

Aku menggeleng pelan, “Nggak, pa”

Papa menghembuskan nafas kasar begitu mendengar jawabanku. Dia kelihatan cukup frustasi menghadapi masalah ini.

“Nak, sudah berapa kali kalian melakukan hal itu? Apa kalian pernah-“

“Ma!”

Dengan nada suara meninggi, Jongin memotong kata-kata ibunya yang sebenarnya diucapkan dengan nada lembut tanpa terbesit tendensi didalamnya. Aku yakin mama cuma ingin tau, bukan menghakimi. Tapi aku juga tau bahwa pertanyaannya itu cukup sensitif di telinga Jongin sampai dia berbuat tidak sopan seperti itu.

“Ma, itu tidak seperti yang mama pikirkan. Aku dan Soojung tidak pernah melakukan sesuatu yang diluar batas, yang tadi itu adalah pertama kalinya, sungguh ma”

Mama Kim kini menggigit bibirnya cemas sebelum beralih menatapku, “Benar nak?”

Aku mengangguk sebelum mengumpulkan nyaliku untuk menjawab pertanyaan mama, “Iya ma. Maaf sudah mengecewakan mama dan papa”

“Jujur saja mama kecewa dengan perbuatan kalian. Kami membesarkan kalian berdua bukan untuk ini, nak. Kalau seperti ini, lebih baik kalian menikah saja”

“Ma!” aku dan Jongin berseru secara bersamaan.

Kata-kata mama barusan seakan menjadi energi untuk membuatku bangkit menatap mereka. Masalahnya sarannya barusan benar-benar konyol dan diluar dugaan. Aku tentu saja harus menghentikannya.

“Ma, tolong jangan seperti ini. Ini nggak seperti yang mama pikir kok” ujarku putus asa

“Betul, ma tolonglah tarik kembali ucapan mama. Aku dan Soojung bener-bener nggak ada hubungan apa-apa” sudut mataku bisa menangkap Jongin yang tengah menyisir rambutnya menggunakan tangan dengan kasar, persis seperti orang yang sedang depresi.

 “Tapi ide mama boleh juga” Aku sontak mendongak kearah papa yang tampak berpikir keras, “… sepertinya ini adalah solusi yang terbaik mengingat kalian selalu menghabiskan waktu bersama”

“Pa, tapi aku kan sudah bertunangan” Suaraku terasa tercekat di tenggorokan.

“Bertunangan, belum menikah, kan? Jadi masih ada kemungkinan batal menikah juga dong” jawabnya santai yang diiringi senyum kecil di wajahnya.

Entah mengapa aku merasa papa seperti menikmati atmosfer tegang diantara aku dan Jongin. Entahlah, seperti bisa membaca situasi atau mungkin memprediksi masa depan hingga ia merasa begitu yakin pada ide mama.

“Soojung-ah, kamu sudah kami anggap sebagai bagian dari keluarga ini. Sebetulnya mama sudah lama mengharapkan kalian berdua berpacaran dan kemudian menikah, tapi mama tidak bisa memaksamu saat kamu memutuskan untuk memilih laki-laki lain, nak”

“…”

“Nah sekarang, melihat kejadian barusan, kami pikir ini adalah saat yang tepat untuk meminta kalian menikah. Ingat, kalian bukan anak-anak lagi dan sudah seharusnya kalian merencanakan untuk berkeluarga”

“Soojung akan menikah, ma, tolong ingat itu” Jongin kembali menyelak

“Betul, tapi bagaimana denganmu? Apa kamu akan terus-terusan menjadi orang ketiga diantara mereka?”

“…” Jongin kehilangan kata-kata untuk membalas ucapan mama.

“Apa kamu yakin bisa menjaga dirimu untuk tidak membuntuti dan bersikap protektif terhadap Soojung seperti yang selama ini kamu lakukan?”

“Pokoknya aku nggak setuju!” Jongin bersikeras dengan suara paling tegas yang pernah kudengar.

 

Nah, kali ini akupun bingung harus menjawab apa. Ucapan mama memang benar. Kadang aku juga suka berpikir apakah sahabatku itu benar-benar mampu mengurus dirinya sendiri setelah aku menikah nanti?

Parahnya lagi, aku bahkan sempat meragukan apakah aku mampu bertahan tanpa kehadiran Jongin satu hari saja. Karna rasanya memang sangat aneh sehari saja tanpa dia.

 

“Apa kamu yakin bisa menemukan perempuan seperti Soojung untuk kamu nikahi? Jongin-ah, kita semua tau seperti apa kedekatan kalian. Hubungan kalian bahkan melebihi hubungan kakak adik yang sebenarnya, dan lagi sampai saat ini kamu belum pernah sekalipun membawa perempuan lain ke rumah ini”

 

Ah that’s the point. Mati kau, Jjong!

Fiuh, aku jadi ikutan ketar ketir mendengarkan ucapan mama yang sejujurnya seratus persen benar. Ya, seingatku Jongin memang belum pernah membawa salah satu pacar, ehm maksudku mantan pacarnya, ke rumah untuk dikenalkan pada mama papa.

Ah, jangankan mengenalkan secara resmi, aku yakin sekali mama dan papa tidak pernah tau kalau Jongin ternyata pernah berpacaran. Simpel, karena anak semata wayangnya itu terlalu cuek urusan perempuan dan the ugly truth is… karena dia memang selalu nempel padaku.

 

“Jongin pernah pacaran kok, ma” Diam-diam aku berharap mama mempercayai kata-kataku, “… Cuma memang nggak pernah ketemu aja sama mama”

“Masa? Kok mama nggak pernah ya liat Jongin kelihatan happy kayak orang lagi jatuh cinta gitu? Kan kalau lagi pacaran biasanya auranya beda”

Nah lho di skakmat mama.

“Ya aku kan sibuk kerja, ma. Emangnya anak sekolah yang kalo pacaran cengengesan sambil pegang hape mulu, bisa berantakan lah kerjaan aku”

Mama Kim menghela nafas berat. Aku yakin dia kesal mendengar jawaban anaknya, padahal tadi dia sudah sempat merasa menang berargumen dengan anak kesayangannya ini.

Melihat mama Kim yang mulai putus asa, papa pun akhirnya angkat bicara, “Ehm, begini saja nak, bagaimana kalau papa kasih kalian challenge”

“Challenge?” Jawabku dan Jongin bersamaan

“Yes, papa tantang kalian untuk segera menikah dalam waktu enam bulan, sampai hari pernikahan Soojung tiba, atau paling tidak Jongin bisa secara resmi mengenalkan pacarnya kepada kami”

“…”

“… jika kalian bisa membuktikan itu, oke kami menyerah dan merestui kalian dengan pasangan masing-masing. Tapi kalau tidak, artinya kalian berdua harus menikah”

“Pa!”

“Mama setuju” Senyum mama Kim merekah mendengar tawaran suaminya yang justru sukses membuat kami panik.

“Aku nggak setuju!!” Jongin membantah keras, “.. pa, kumohon jangan seperti ini. Aku dan Soojung sudah terlalu lama berteman dan tidak akan ada yang berubah, kau tau itu. Jadi tolong jangan membuat keada

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
MaoMao_96
#1
Chapter 1: walaupun ini hanya sebuah cerita biasa, tapi aku sendiri masih inginkan KaiStal XD