Feelings

My Sunshine Sequel (Seulrene)
Please Subscribe to read the full chapter

 

"Irene ... unnie?" 

 

 

kata Seulgi dengan mata yang membulat. Membuat kedua orang yang berada didekatnya menatapnya penasaran.

 

'Apakah Seulgi mengingatnya?' batin Irene bertanya. Karena melihat ekspresi Seulgi saat ini membuatnya berpikir tentang kemungkinan bahwa ia kembali mengingatnya meski itu masih belum pasti.

 

"U-unnie?!" teriaknya sekali lagi dan mengagetkan kedua orang yang ada di sampingnya.

 

"J-jadi ..." kata Seulgi dengan jeda yang cukup lama karena masih ada raut tidak percaya atau terkejut di mukanya. Iapun mengangkat tangannya dan mengacungkan telunjuknya kearah irene yang menatapnya penuh dengan rasa penasaran.

 

Mereka berdua menatap wajah terkejut Seulgi sambil memikirkan perkataannya yang masih menggantung dan membuat mereka berdua penasaran setengah mati saat ini.

Mereka berdua terus melihat apa yang akan Seulgi lakukan atau katakan setelah ini dengan jantung yang berdegub dengan kencang dan pikiran yang melayang kesana kemari memikirkan kemungkinan apapun yang akan terjadi selanjutnya.

 

 

"J-jadi ..."

 

"I-iya ... ?" jawab Irene yang sudah mulai tidak sabar dengan apa yang akan dikatakan oleh Seulgi. Sedangkan Joy yang berada di kursi seberang mereka hanya bisa merutuki bagaimana sahabatnya tersebut membuat mereka berdua cemas karena penasaran sambil menggigit jarinya karena cemas.

 

"Jadi ... " katanya dengan jeda yang cukup lama "ternyata I-irene unnie lebih tua" kata Seulgi dengan wajah yang tampak kebingungan, kaget serta polos pada saat yang bersamaan. Membuat Joy yang daritadi dibuat penasaran akannya langsung memejamkan matanya menahan amarah dan kesal terhadap sahabatnya tersebut. sedangkan untuk Irene sendiri ...

Ia tidak dapat memikirkan apa-apa saat ini. ada rasa kecewa dan sedih pada saat yang bersamaan dalam benaknya.

 

"Unnie tidak terlihat tua. Maka dari itu aku berpikir bahwa unnie memiliki umur yang sama denganku" kata Seulgi terkejut sambil memamerkan senyuman polosnya.

"Mianhae, Unnie" katanya dengan senyuman malu sambil menggosok bagian belakang lehernya dan memberikan senyum canggung kepada irene yang berada di sampingnya.

 

"Gwenchana" kata Irene dengan senyuman kecewa yang tidak terdeteksi oleh Seulgi.

 

'Apakah ia benar-benar tidak mengingatku?' batinnya sedih sambil mengambil roti sandwich yang tadinya ia beli dan memakannya dengan perlahan.

 

Melihat respon dari Irene yang terdiam dan terlihat sedih membuat Seulgi menatapnya bingung dan memberanikan dirinya untuk mengatakan apa yang ada dipikirannya saat ia pertama kali bertemu dengannya "T-tapi ... itu adalah pujian" katanya terbata-bata membuat Irene menaruh sandwichnya dan menatapnya penuh tanya.

"P-pujian bahwa Unnie terlihat masih muda meskipun umur unnie lebih tua dariku. D-dan unnie ... terlihat cantik. Hingga aku salah mengetahui umur unnie yang sebenarnya" kata Seulgi terbata-bata sambil memberikan senyuman yang memamerkan giginya dan membuat kedua matanya menghilang karena senyuman lebarnya.

Tanpa ia sadari semua perkataannya tersebut berdampak besar pada Irene yang duduk disampingnya. Tanpa Seulgi sadari jantung Irene berdegub dengan cepat dan pipinya merona merah karena perkataanya.

Merasa bahwa jantungnya akan segera meledak apabila ia berlama-lama disini. Irenepun memutuskan untuk pergi dan menenangkan jantungnya yang terus memompa dengan cepat.

"A-aku – A-aku ada urusan. Aku pergi d-dulu" Kata Irene terbata-bata sambil membereskan barang-barangnya dan pergi berlalu meninggalkan kedua orang yang menatapnya keheranan.

Punggungnya sudah menghilang dari penglihatan kedua orang yang termenung melihatnya.

 

"E-etthokae ... " kata seulgi pelan sambil memandang joy yang berada didepannya dengan cemas.

"Kau terlalu agresif, Deulgi-ah" kata Seulgi yang diselingi dengan kekehan kecil karena menyadari apa yang terjadi didepan matanya tersebut.

"Apa maksudmu?" tanya Seulgi penasaran melihat temannya yang tertawa tersebut.

"Molla, yang tau hanya dirimu dan Irene unnie" jawab Joy dengan seringaiannya. Membuat Seulgi menghela nafasnya kasar.

"Kau tidak membantu sama sekali aishh ... " teriak Seulgi frustasi dan hanya dibalas tawa oleh teman semasa kecilnya tersebut.

 

 

 

 

Sementara di tempat lain seseorang sedang berjalan dengan langkah cepat melewati kerumunan orang dengan wajahnya yang masih bersemu merah.

'Eottokhae! Eottokhae!' batinnya merutuki dirinya sendiri yang lemah hanya karena pujian yang dilontarkan oleh sang pujaan hatinya.

Pujian bahwa ia cantik atau apapun itu sering ia dapatkan dan terkadang ia sudah hafal dengan semua pujian itu. Namun, kenapa apabila kata-kata tersebut keluar dari bibir Seulgi terasa sangatlah berbeda dengan pujian-pujian yang sering ia dengar.

Semua perkataannya seolah memberikan magis tersendiri terhadap dirinya. Seperti ia sedang dibawa kesebuah taman dimana bunga sakura bermekaran dengan indah. Seperti itulah apa yang ia rasakan saat ini.

"Apa yang telah ia lakukan padaku? Kenapa kata-katanya terdengar berbeda dan membuatku merasakan gejolak yang berbeda dari biasanya."

"Kenapa jantungku juga berdegub dengan cepat?" bisiknya pelan sambil memegang pipinya yang terasa panas dan bersemu merah saat ia melihat bayangan dirinya di kaca.

 

"Aku bisa gila karenanya"

 

 

 

Beberapa hari telah berlalu tanpa mereka sadari.

Disebuah bandara international incheon seseorang dengan rambut pirangnya yang te

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
SoneTw_ss
#1
Chapter 6: Aduh nanggung bet
kkuma_yoong #2
Chapter 3: Jadi Seulgi kecelakaan dan separuh ingatannya hilang ??? Poor bear...T.T
BaePolarBear
#3
Chapter 1: Tubuh seulgi dpake orang lain gt?..
jasonds #4
Chapter 1: penasarannnnn
yoongie23 #5
Chapter 1: Seulgi udah meninggal atau apa ?? Kenapa Irene g bisa liat ?? Terus yg d temui Irene tu sapa ?? Please jangan sad ending author ssi...T.T