Past

My Sunshine Sequel (Seulrene)
Please Subscribe to read the full chapter

 

Aku tidak tau apakah aku sudah mati ataupun tidak.

 

Ini sangat membingungkan menurutku.

 

Aku tidak pernah menyangka bahwa aku akan mengalami hal membingungkan seperti ini.

 

selalu ada pertanyaan yang sama yang berputar dikelapaku setiap harinya.

 

‘Siapa aku dan apa aku ini?’ 

 

 

Aku berjalan dengan lesu dan lemah menuju tempat dimana ia berada. Mengamatinya yang dengan setianya mengerjakan sesuatu diatas kertas putih dengan senyuman bodoh yang terus terukir di wajahnya.

 

Aku memang sangat gemar melukis di atas lembaran putih dan tenggelam kedalamnya. Meskipun itu artinya harus mengabaikan apa yang diterangkan seorang pendidik kepadaku.

Aku melihat wujud dari diriku sendiri yang dengan bahagianya menggambar sketsa wajah seseorang diatas lembaran putih tersebut.

Mendudukkan diriku disampingnya dan mengamatinya dengan wajah senduku.

‘Kenapa kau tidak mengingat tentangku?’ tanyaku padanya yang tidak mungkin mendengarku.

‘Kenangan tentang irene unnie dan dirimu?’

 

‘Kenapa hanya ingatan tentang irene unnie yang kau lupakan?!’ teriakku padanya frustasi. Hingga air mata jatuh membasahi pipiku.

‘Dan juga, kenapa aku bisa menjadi seperti ini?” kataku frustasi sambil memegang kepalaku yang terasa berdenyut saat ini.

 

Apabila tuhan tidak menghendakiku untuk bersamanya dan mencintainya. Kenapa ia membuatku seperti ini?

 

Apakah ini hukumanku karena aku mencintainya?

 

 

  note : seulgi ghaib aku tulis miring. 

 

 

Flashback (Seulgi’s past POV)

 

4 Tahun lalu, saat aku masih duduk di bangku sekolah menengah ke atas.

Uang saku yang selama ini aku sisakan untuk pergi ke amerika sudah terkumpul dan cukup untuk membeli tiket ke amerika.

 

Aku memandangi setiap digit yang ada dilembaran tabunganku yang aku dapatkan dari bekerja ataupun mengamen dijalanan dengan bahagianya.

Setelah selesai dengan semuanya. Aku memutuskan untuk membeli tiket ke amerika dengan uang tersebut.

 

Dengan senyuman yang tidak berniat untuk lepas dari wajahku. Aku terus memandangi tiket tersebut dengan bahagianya. Memandanginya setiap hari, baik disaat sebelum tidur ataupun melakukan aktifitas apapun.

Aku terus meliriknya. Membayangkan wajah irene unnie yang akan terkejut saat mengetahui aku pergi mengunjunginya kesana.

 

Setiap saat, kita selalu berkomunikasi dengan saling mengirim surat kesatu sama lain.

Saling menanyakan keadaan satu sama lain ataupun menceritakan tentang kegiatan kita satu sama lain.

Maka, tidak jarang seseorang akan menemukanku yang tertawa dengan gembiranya sendirian di kamarku dan setiap saat mengecek kotak pos untuk menunggu balasan dari irene unnie.

 

Itu adalah hari-hari yang sangat membahagiakan menurutku.

 

Hingga hari dimana aku berangkat ke amerikapun datang.

Hari dimana aku akan bertemu dengannya. Hari dimana aku akan meluapkan segala rinduku padanya.

Dan juga. karena, aku menghawatirkannya yang akhir-akhir ini tidak membalas suratku.

 

Namun,

 

Takdir berkata lain.

 

Seolah ia tidak setuju dengan perasaanku padanya.

Seolah ia menentang tentang perasaanku padanya.

 

 

Aku berjalan dengan gembiranya. Senyuman tidak pernah berniat lepas dari wajahku.

Namun,

Saat aku menyebrangi jalanan seoul di malam itu. Dengan salju yang terus berjatuhan layaknya hujan kapas.

Sebuah bis yang melaju kehilangan kendalinya dari sebelah kananku tanpa aku ketahui.

 

 

Melaju dengan kencang dari sebelah kananku. 

Dan tiba-tiba menabrak tubuhku hingga aku terjatuh ke jalanan beraspal dengan keras.

 

Aku tidak dapat menggerakkan tubuhku. Yang dapat aku lakukan hanyalah menatap langit dengan sedih. menatap langit yang terus menjatuhiku butiran salju putih ke tubuhku.

Dengan kepalaku yang bersimbah darah yang terus membasahi jalanan beraspal seoul.

 

Penglihatanku mulai buram.

Dan tanpa aku sadari.

Aku kehilangan kesadaranku.

Tidak mempedulikan teriakan orang-orang yang ada disekelilingku. Tidak mempedulikan suara ambulan yang mendatangiku.

 

 

 

Aku tidak tau sudah berapa lama aku tertidur.

Yang aku tau.

Saat aku terbangun.

Aku tetap memakai pakaian yang sama dengan pakaian yang aku kenakan saat aku berangkat menuju bandara incheon dan hendak menuju amerika.

Hal ini membuatku terkejut hingga aku tidak dapat berbuat apapun.

Aku hanya menatap kaca besar yang hanya memberiku bayangan tentang ruangan rumah sakit dimana aku berada dan diriku yang tertidur diatas kasur dengan perban yang menghiasi kepalaku.

Aku terus melihat tubuhku yang berada di kasur dengan kaca besar yang ada disampingku dengan tatapan kebingungan.

 

 

‘Apakah aku mati?’ batinku bertanya-tanya.

 

‘Tetapi, bukankah kalau aku mati. Seorang malaikat kematian akan menjemputku?’ tanyaku dengan bingung sambil melihat sekitarku. Mencari keberadaan dewa kematian yang akan menjemputku.

 

Aku terlonjak kaget saat mendengar suara dari diriku yang tertidur diatas kasur tersebut disaat aku sedang kebingungan mencari keberadaan malaikat kematian.

 

<
Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
SoneTw_ss
#1
Chapter 6: Aduh nanggung bet
kkuma_yoong #2
Chapter 3: Jadi Seulgi kecelakaan dan separuh ingatannya hilang ??? Poor bear...T.T
BaePolarBear
#3
Chapter 1: Tubuh seulgi dpake orang lain gt?..
jasonds #4
Chapter 1: penasarannnnn
yoongie23 #5
Chapter 1: Seulgi udah meninggal atau apa ?? Kenapa Irene g bisa liat ?? Terus yg d temui Irene tu sapa ?? Please jangan sad ending author ssi...T.T