Chapter 4

Lily of the Valley


Chiyeon menyilangkan tangan di dadanya dan berpikir keras.
'Apa yang terjadi pada Leo? Sepertinya ada yang tidak beres.'
benak pria mungil berambut cokelat bata itu. Dugaannya selama ini tak pernah meleset tentang Leo. Meski pendiam dan cenderung tertutup, sahabatnya itu bagaikan buku yang terbuka; mudah sekali untuk dibaca.


Dan memang begitulah kenyataannya. Sejak kejadian tak terduga tadi pagi, Leo agak linglung dan seperti dirasuki sesuatu. Ia pun kelihatan sulit berkonsentrasi dengan pekerjaannya, bahkan saat rapat direksi yang digelar beberapa saat lalu, Leo yang biasanya muncul dengan ide-ide cemerlang dan segudang inovasi mendadak hilang. Entah kenapa, hari ini Leo tampak sangat berbeda.

Matanya tampak kosong tak bernyawa. Ia mungkin menatap, tapi ia tidak melihat. Seringkali Chiyeon mendapatinya tergugu melamun seolah pikirannya terbang entah ke mana.
Saat itulah, Chiyeon mencemaskan kemungkinan-kemungkinan mengerikan yang diracik oleh pemikiran negatifnya. Bagaimana jika Leo sedang mencari cara untuk bunuh diri lagi? Ataukah Leo diam-diam sengaja melakukan tindakan ilegal seperti mengonsumsi obat-obatan tertentu dalam dosis tinggi? Chiyeon masih belum siap dengan semua mimpi buruk itu, bahkan ia sendiri belum sembuh sepenuhnya dari trauma akibat perbuatan nekat Leo yang sudah-sudah.

Pria malang itu, katakanlah sudah pernah melakukan hampir segala upaya untuk melenyapkan nyawanya sendiri. Gantung diri, menjatuhkan diri dari gedung tinggi, overdosis obat penenang, dan terakhir mengiris sendiri nadinya. Bagaimanapun Chiyeon selalu ada disana untuk mencegah hal lebih buruk terjadi pada Leo. Dan sekarang, sebelum skenario mengerikan itu kembali terulang, alangkah baiknya jika ia mengambil upaya preventif seperti.. memastikan firasatnya langsung.

"Leo? Kau baik-baik saja? Adakah yang mengusik pikiranmu, seharian ini kulihat kau diam saja-" Chiyeon menatap lurus wajah semrawut Leo yang kemudian menghela nafas berat sembari mengacak kasar rambut sepekat tintanya.

 "Aku melihat dia hari ini." kata-kata krusial Leo akhirnya terlepas dari bibirnya yang penuh. 
Tak butuh lama bagi otak Chiyeon memproses perkataan itu. Ia segera tahu siapa gerangan 'dia' yang disinggung oleh sahabatnya barusan. Meski begitu, ia tetap tak mampu mengendalikan rahangnya yang mendadak terasa mau jatuh ke lantai.

"Aku yakin itu benar-benar dia, Chiyeon. Aku melihatnya dengan kedua mataku sendiri. Dia hidup dan bernafas!" seru Leo bersikeras menciptakan keyakinan kuat atas kesaksiannya.

"Tenang dulu." Chiyeon meletakkan tangannya di bahu Leo yang diguncang tekanan.

"Apa kau yakin seratus persen bahwa dia memang Sunhwa?"

"Aku, aku sangat mengenal Sunhwa ku, tak mungkin aku salah lihat! Dia sungguh ada di hadapanku, bernafas.. hidup.."

"Tapi, bukankah dia telah lama meninggal? Kau tahu orang-orang mati tidak bisa dihidupkan kembali. Dunia orang mati berbeda dengan kita, Leo. Sedang Sunhwa telah lama tiada berabad-abad yang lalu.."

Kerutan halus tercipta di sekujur kening Chiyeon melihat betapa memprihantinkan kondisi Leo saat ini. Pria itu melemas di atas kursinya seolah tak ada lagi daya untuk membenarkan asumsinya yang jelas-jelas salah. Dirinya dan Sunhwa dipisahkan oleh suatu hal yang tak mungkin dipungkiri; kematian, yang mana tak pernah menjadi haknya sebagai seorang makhluk.

"Tapi, ada satu penjelasan untuk fenomena ini." Chiyeon bergumam.

Pupil mata Leo seketika membesar mendengarnya.
 "Apa katamu?"

"Reinkarnasi." tandas Chiyeon mantap.

Leo berpikir sejenak. Ia berusaha menggali pengetahuan di kepalanya tentang fenomena yang terdengar tak asing ini. Reinkarnasi? Yang ia tahu dari ajaran guru dan beberapa alkisah, diriwayatkan bahwa jiwa mati diberi kesempatan kedua untuk hidup. Mereka terlahir kembali dan menjalani hidup sebagai manusia baru. Jiwa-jiwa itu kemudian menjalani kehidupan sampai tiba waktu mereka kembali ke 'atas' sana dan mengulangi siklus yang sama.

Bagaimana jika jiwa Bae Sunhwa "terlahir kembali" sebagai
orang lain? Tidak, sepertinya Leo mulai memahami benang merah yang mengaitkan hubungan di antara keduanya. Gadis itu; Suji bahkan memiliki nama keluarga persis seperti mendiang Sunhwa. Mungkin saja, mereka terhubung lewat garis keturunan yang sama.

"Bagaimana kalau gadis itu adalah reinkarnasi Sunhwa?" Chiyeon bertanya penasaran, kedua alisnya terangkat sampai kening.
"... Kau mengatakan bahwa dia tampak mirip dengan Sunhwa, Bagaimana jika dia adalah reinkarnasinya dan hidup sebagai
seorang gadis di era modern ini?"

"Tidakkah itu ... mustahil?" Leo meragukan keyakinannya sendiri. 
 
Bukankah reinkarnasi hanya dongeng belaka?
Tapi sepertinya hanya itu satu-satunya jawaban untuk situasi ini. Tapi bagaimana kalau itu benar?
Bagaimana jika Suji memang reinkarnasi Sunhwa? Bagaimana jika jiwa Sunhwa sungguh hidup dalam dirinya?

"Sepertinya itu hal yang tidak mungkin terjadi, tapi untuk saat ini, hanya itulah jawaban yang mampu menjelaskan semua keanehan ini.." 

Leo menghembuskan helaan berat ke udara. Dipandanginya Chiyeon dengan air muka yang sulit dijelaskan. Antara bingung, janggal, sekaligus sebetik harap yang diam-diam menyelinap. 

"Apa menurutmu ... itu nyata? Mungkinkah itu sungguh terjadi?"

"Aku tidak tahu." Chiyeon mengangkat bahunya dan tersenyum samar.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet