Chapter 3

Lily of the Valley


"Maaf, tolong lepaskan!"

teguran gadis yang direngkuh Leo cukup untuk membuat pria itu tersentak lantas melepas kedua lengannya. Kebinggungan dan rasa tersinggung silih berganti menghiasi wajahnya yang rupawan. Tapi Leo yakin bahwa wanita di depannya adalah Putri Sunhwa, kekasihnya yang terhormat. Dia ada di sana, hidup dan bernapas.

Tapi apa yang tampak dari kedua matanya adalah sirat terancam, seolah-olah dirinya sedang dihadapkan dengan pembunuh berantai. Bahkan tak ada tanda-tanda ia mengenal Leo atau bahkan mengingatnya.

"Tidakkah kau mengingatku?" tanya Leo putus asa. Ia berani mempertaruhkan segalanya bahwa penglihatannya tidak salah. Wanita ini, wajahnya, setiap lekuk dan relung tubuhnya, Leo tak mungkin lupa; dialah Bae Sunhwa. 

"Sunhwa, apa kau sungguh tidak mengingat-"

" Suji!"

Baik Leo maupun wanita yang berdiri di depannya memalingkan wajah, mencari pemilik suara riuh rendah yang terdengar akrab. Mata Leo melebar saat melihat siapa yang berjalan mendekati mereka.
Berbalut kemeja putih yang digulung sebatas siku, Leo melihat sosok pria tampan berlesung pipi yang mustahil tak dikenalnya; Lee Hongbin. Rambut cokelat madunya ditata dengan rapi dan sempurna. Seulas senyuman ramah terbit di bibirnya saat ia melambaikan tangan dan menyapa keduanya
dengan sopan.

 "Oh, Leo, selamat pagi!" sapa Hongbin hangat. "Cukup awal hari ini, bukan? Apa Chiyeon menganggumu dengan belasan panggilan sejak pagi?"

Leo tak menemukan susunan kata yang pas untuk membalas gurauan Hongbin; karenanya ia hanya tersenyum sekilas.
Berbicara tentang Hongbin, pria berwajah malaikat yang berlesung pipi ini, seperti halnya Chiyeon, ia juga temannya semasa kuliah. Baru sekarang Leo bertemu lagi dengannya setelah tujuh bulan terakhir. Chiyeon berbagi kabar bahwa sekarang dirinya telah menjadi seorang manajer kafe franchise terkenal di Itaewon, sekaligus merangkap sebagai bartender di waktu luangnya. Berkat wajah dan penampilan menariknya yang jauh di atas rata-rata, sosok Hongbin cukup sering berseliweran di majalah fesyen dan peragaan busana tersohor Korea.

"Kulihat kau bertemu dengan Suji." suara Hongbin menarik Leo keluar dari lamunannya. Pria itu mengedip bingung saat melihat "Sunhwa" mendekat ke arah Hongbin lantas menggamit lengannya mesra. Keduanya saling menyapa sebelum wanita itu mengalihkan perhatiannya pada Leo, lalu kembali ke Hongbin.

"Kurasa kalian berdua saling kenal?" tanyanya lembut.

"Iya," Hongbin mengangguk, tersenyum. "Ini Jung Taekwoon, alias Leo." Ia mulai mengenalkan, berjalan menuju pria berpakaian formal di depan mereka.

"Leo adalah teman kuliahku dulu, dan Leo.. kenalkan ini teman sekaligus rekan kerjaku; Bae Suji."

Nama itu bergema di kepala Leo. Itu Bae Suji, bukan Bae Sunhwa. Tapi meskipun begitu, selain wajah, keduanya bahkan berbagi nama keluarga yang sama.

 "Suji.." gumam Leo setengah tak rela. Tapi alangkah kagetnya Leo begitu tangannya dijabat hangat oleh wanita yang membangkitkan kenangan tentang mendiang kekasihnya itu.

"Hai Leo, senang bertemu denganmu. Kurasa sepertinya tadi ada sedikit kesalahpahaman jadi mari kita ulangi lagi perkenalannya, oke? Aku Suji."

Setelah berabad-abad, Leo kembali merasakan seberkas hangat sinar mentari pagi menyapa jiwanya berkat keindahan suara "Sunhwa".

"Uhm y..ya, aku minta maaf untuk kejadian tadi.. Senang bertemu denganmu juga. Aku Leo."

Lengkungan bulan sabit di bibir Suji seolah-olah mesin waktu yang membawa Leo terbang ke masa lampau di era Joseon. Ia bagai diberi kesempatan kedua untuk bertemu tatap dengan kekasihnya yang begitu ia rindukan.  

"Suji, kita harus pergi." tegur Hongbin seraya menyenggol ringan lengan gadis di sebelahnya.

"Ah iya." Suji mengecek arlojinya sekilas dan tersadar. "Nah, kita berangkat sekarang. Sampai jumpa lagi, Leo!" 

Rambut sutera gadis itu berkibar lembut saat ia menjauh pergi. Aroma bunga lili manis semerbak di udara yang dilaluinya. Leo melihat perlahan punggung keduanya menghilang masuk ke dalam gedung. Ia masih tak mampu berkata-kata atas momen yang begitu magis pada detik-detik pertemuannya dengan wanita itu. Yang dilihatnya tak mungkin sekedar fatamorgana atau ilusi di pagi hari. Jelas-jelas ia mengenali sosok itu. Paras bak dewi yang hanya dimilikki Sunhwa. Tak diragukan lagi wanita itu adalah kekasihnya Bae Sunhwa.. Namun sebuah kenyataan getir membuat harapannya cacat di salah satu sisi. Kekasihnya telah meninggal ratusan tahun lalu. Ia sendiri menyaksikan bagaimana Sunhwa meregang nyawa; kenangan menyakitkan yang tak pernah Leo lupa sepanjang eksistensinya di dunia. Mustahil kekasihnya bangkit dari kematian..ataukah yang barusan itu roh Sunhwa? Tapi, ia begitu hidup dan bernafas selayaknya manusia normal lain. 


Nada dering samar dari ponselnya merenggut Leo kembali ke realita.

"Ya aku sudah tiba, Chiyeon. Aku akan ke sana sebentar lagi."

 ~

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet