4. The Truth part 1
The Half Blood PrinceWooyoung sesekali melihat kebelakang melalui kaca spion mobil.
Alisnya berkerut ketika Junho mulai berteriak kencang, anehnya tidak ada seorangpun yang sadar akan teriakan Junho, entah apa yang dilakukan Nichkhun.
'Tuk-tuk-tuk'
Wooyoung mengetuk-ngetukan tangannya pada setir mobil, jujur, saat ini dia sedang panik.
Wooyoung mencoba menarik napas panjang untuk menenangkan diri. Sungguh, menyetir dengan keadaan panik bukanlah sesuatu yang bagus.
"Uyoungi...."
Tiba-tiba Nichkhun memanggil, membuyarkan lamunannya.
"Berbeloklah di depan, setelah itu lurus saja"
Wooyoung hanya mengangguk menerima arahan Nichkhun.
Lagi, Wooyoung dibuat heran ketika mereka mulai memasuki pinggir kota, berjalan diantara hutan-hutan.
Jalanan mulai sepi dari kendaraan, hanya ada segelintir saja, tapi Nichkhun hanya diam.
"Aaaaaah....!!"
Junho kembali berteriak kencang, dengan sigap Nichkhun kembali memeluk Junho dan menyandarkan kepala namja itu di dadanya.
"Cih! Kalau begini kita tidak akan sempat"
Umpat Nichkhun, baru kali ini Wooyoung mendengar kekasihnya itu mengumpat.
"Tidak ada jalan lain"
Lanjutnya membuat Wooyoung kembali mengerutkan alis heran.
"Uyoungi...., aku harap kau tetap tenang dan mengendarai mobil seperti biasa apapun yang terjadi. Jika nanti kau melihat sebuah lingkaran cahaya putih, masuk saja kedalamnya jangan ragu"
Meski penasaran Wooyoung hanya mengangguk, dia sadar, saat ini bukan saat yang tepat untuk banyak bertanya.
Nichkhun mengucapkan sebuah kata dalam bahasa asing, kemudian muncul cahaya disekitar tangannya.
Tak lama berselang muncul cahaya putih berbentuk lingkaran di depan jalan.
Sempat kaget, tetapi Wooyoung ingat akan ucapan Nichkhun, alhasil dia berusaha tetap tenang dan menjalankan mobil seperti biasa walau sedikit pelan.
Silaunya cahaya membuat Wooyoung memejamkan mata.
Ketika dirasakannya cahaya itu mulai hilang Wooyoung pun membuka matanya perlahan.
Wooyoung terbelalak kaget ketika ia mendapati mobil yang mereka tumpangi berhenti di depan sebuah rumah mewah.
'BRUGH!'
Terdengar bantingan pintu dari arah belakang mobil bagian penumpang, dilihatnya Nichkhun yang mulai memasuki satu-satunya rumah disana sambil memeluk dan menggiring Junho yang meronta dengan sangat hebat.
Wooyoung segera turun dari mobil kemudian berlari mengejar Nichkhun.
"Soeun ah!"
Teriak Nichkhun entah pada siapa.
"Soeun ah!"
teriaknya lagi.
"Siapa it, Oppa?"
Tiba-tiba muncul seorang perempuan dari lantai atas.
"Soeun ah, bantu aku! Aku ingin keruang sihir sekarang juga!"
"Mwo?!"
"Tidak ada waktu! Cepat! Bukakan pintunya!"
"Baiklah."
Dengan secepat kilat Soeun sudah menghilang dari sana, beberapa detik kemudian dia sudah berada di depan Nichkhun sambil membawa sebuah kunci.
"Aku sudah membukanya Oppa, tinggal masuk saja"
Nichkhun pun langsung menghilang meninggalkan sosok Wooyoung dalam kondisi syok dan bingung.
"Hey! Oppa?, gwencana?"
Soeun bertanya sambil melambaikan tangannya di depan wajah Wooyoung.
"Nichkhun oppa menyuruhku menemanimu dan menuntunmu keruangan sihir, kajja!"
Ajaknya sambil berlalu.
Wooyoung yang masih syok hanya mengangguk kemudian mengikuti gadis yang dipanggil Soeun tadi.
'Drap-drap-drap'
Wooyoung dan Soeun sedang berlari menuju kesuatu ruangan yang berada di bawah tanah.
Wooyoung sedikit memelankan larinya untuk mensejajarkan diri dengan Soeun. Bagaimanapun dia adalah namja.
"Berlarilah lebih cepat oppa! Sejujurnya kakiku pegal karena harus berjalan lambat"
Ucapnya meninggalkan Wooyoung yang melongo, dia belum sadar siapa Soeun sebenarnya haha.
Akhirnya merekapun sampai didepan sebuah pintu berukuran besar dan tinggi dengan ukiran yang sangat rumit.
Tanpa permisi Soeun langsung membuka pintu dan langsung memasukinya. Wooyoung hanya bisa mengikuti Soeun.
Didalam Wooyoung hanya diam, sebagian karena takjub akan ruangan yang ia masuki, dan sebagian karena kaget melihat kondisi Junho dan Nichkhun saat ini.
Junho masih berteriak kencang. Disana, dia sedang berada dalam sebuah lingkaran cahaya, berusaha memukul tembok transparan yan dibuat oleh sihir Nichkhun.
"Soeun ah!, persediaan darah Jun.K , apa masih ada?"
Tanya Nichkhun tanpa basa basi.
"Maaf oppa, persediaan nya habis, aku memberikannya pada Chansung oppa tadi setelah dia sadar, dan kau tahu? Kebutuhannya sangat banyak"
"Cih, dasar beruang rakus"
"Siapa sebenarnya dia Oppa?" tunjuk Soeun pada junho.
"Adikku"
"Oh my, dia kenapa Oppa?"
"Dia adalah.., tidak ada waktu untuk menjelaskan, kita harus mencari darah segar secepatnya, tapi aku tidak bisa meninggalkannya. Soeun ah, bantu aku!"
"Aku mengerti oppa"
Soeun segera berlari menuju pintu keluar, tapi tiba-tiba langkahnya terhenti.
Kemudian dia menatap namja yang menghalangi jalannya dengan pandangan heran.
"Yah! Chansung oppa! Kenapa kau kemari?"
Tanya Soeun dengan nada sedikit tinggi.
Namun Chansung tidak menghiraukan pertanyaan Soeun, matanya terfokus pada seorang namja dibalik dinding transparan yang sedang memberontak berusaha keluar dari dinding tersebut dengan cara memukulnya.
"Akh!"
Nichkhun mulai limbung, namun dia masih berusaha mempertahankan sihirnya pada Junho.
"Oppa!"
Soeun berniat menghampiri Nichkhun, namun Chansung sudah mendahuluinya.
"Hyung?! gwencana?"
"Channie..?",
Nichkhun menatap Chansung heran, kemudian mengangguk.
"Cih, penghalang sialan. Hunter sialan!" umpatnya, lagi.
'PRANG!'
Terdengar bunyi seperti pecahan kaca, dan benar saja, suara itu berasal dari dinding transparan yang dibuat Nichkhun dan pelakunya tentu saja adalah Junho.
Penampilannya kini sangat berbeda. Taringnya sedikit lebih panjang, kemudian kukunya, kukunya juga sedikit memanjang dan mengkilap, dan matanya, matanya terlihat lebih merah bagai darah dengan tatapan kosong.
Wooyoung yang melihatnya mulai gemetar ketakutan, ini pertama kali baginya melihat wujud sejati dari makhluk yang konon katanya hanya mitos.
Soeun pun terlihat kaget, pasalnya Nichkhun adalah salah sat
Comments