Part 4

Never Believe It

Cahaya matahari menyeruak lewat jendela persegi panjang ruang perpustakaan itu. Seperti biasa Woohyun telah berada di sana sejak pagi, mencari ketenangan tanpa sedikitpun merasa terganggu.

Woohyun merebahkan tubuhnya pada lantai kayu,menutup matanya perlahan dan merasakan terpaan sinar matahari yang menimpa wajahnya. Ia tak bergeming. Sedikitpun tak merasa terusik.

Woohyun menghela napas. Dalam benaknya terlintas perasaan benci. Sejak dulu ia selalu menganggap dirinya sebatang kara ketika ibunya meninggal. Ia selalu menyalahkan ayahnya dan mengganggap ayahnya itu pembunuh.

Sejak dua tahun setelah kejadian itu, ayahnya membawa wanita lain dengan seorang anak kecil berwajah polos. Ayahnya bilang itu adik tirinya, dan harus mengganggapnya seperti adik sendiri. Namanya Lee Sungjong.

Terlalu terbebani oleh pikiran itu, Woohyun memutuskan untuk bangkit. Ketika baru saja berniat untuk pergi, sayup-sayup ia mendengar derap lari menju ke arahnya.

"Sunggyu?"

Ketika Sunggyu benar-benar tiba di hadapannya dengan napas terputus-putus, Woohyun mengajaknya duduk di bangku.

"Woohyun, kita.. kita.."

"Kita akan menikah seminggu lagi?" tanya Woohyun menegaskan kalimat Sunggyu yang terputus.

Sunggyu mengangguk cepat, tak peduli darimana Woohyun tahu sebelum ia memberitahukannya.

"Kenapa kau tak bilang kalau kedua orang tua kita teman dekat?"

Woohyun menggedikkan bahu.

"Dusta apa lagi yang tidak aku ketahui, tuan Nam?" sindir Sunggyu.

"Tidak ada dusta lagi."

***

Sunggyu merasakan kakinya telah lelah berjalan. Perutnya juga sudah mulai melakukan demo. Ia mengacak rambutnya kesal. Pandangannya mengarah ke belakang, berharap Woohyun mengikutinya.

Namun, ia meregut kesal begitu objek yang ia harap mengejarnya tak muncul.

Akhirnya ia menyerah, sebenarnya ia pergi dan marah karena kesal pada Woohyun. Perkenalan mereka yang singkat pikirnya bisa tetap mengetahui bagaimana watak Woohyun.

Tapi ternyata Woohyun tak sepolos itu, ia sering dikelabui dan banyak sekali dusta -yang sepertinya masih belum diketahui oleh Sunggyu.

Mulai dari dirinya yang katanya hanya pemuda miskin bersepeda, sebatang kara tanpa keluarga, orang tua dan adik tirinya yang tiba-tiba muncul membuat Sunggyu terkejut. Apalagi kedua orang tua mereka saling mengenal karena teman bisnis.

Di bangku taman yang tak jauh dari sekolahnya berada, Sunggyu mendudukan tubuhnya. Sekarang jam istirahat, ia lebih mudah keluar masuk gerbang sekolah. Tapi jika sudah begini rasanya ia tak ingin lagi masuk ke sekolah itu.

Kepalanya pusing, tubuhnya belum sepenuhnya sehat sejak insiden kemarin. Ditambah lagi tadi ia habiskan energinya untuk mencari dan memarahi Woohyun. Ia juga tak mengerti, mengapa ia semarah itu. Yang pasti ia merasa sangat kesal.

"Sunggyu hyung? Ah, benar, ternyata kau." seorang pemuda kurus tinggi menghampirinya, memerhatikan wajah Sunggyu yang tertunduk lelah.

"Seungyeol.. Aku lapar.." Sunggyu mendongak, begitu ia melihat pemuda yang menghampirinya itu tengah memegang bungkusan makanan, dengan segera ia merebutnya.

"Hyu-hyung aku belum memakannya sedikitpun."

Sunggyu melahap semua makanan itu tanpa sedikitpun memperdulikan rengekan pemuda bernama Sungyeol yang telah ia rampas makanannya.

"Wah, ini enak sekali. Kau beli dimana?" Sungyeol meneguk ludah.

Meratapi makanannya yang lenyap begitu saja di mulut Sunggyu. Tanpa berkata apa-apa Sungyeol menunjuk pedagang kaki lima yang berjualan makanan tak jauh dari tempat mereka duduk.

"Belikan untukku ya!" rengeknya.

"Ha?" bingung Sungyeol.

Tak pernah ia lihat sekalipun pemuda cantik itu merengek seperti ini. Namun, kini ia tengah merengek dengan manjanya membuat Sungyeol kebingungan.

"Ayolah, aku tidak membawa uang. Belikan untukku. Kumohon!"

"Aku juga tidak punya uang, hyung." Sungyeol mengeluarkan dompetnya dan menunjukkan pada Sunggyu. Berusaha meyakinkan kalau ia memang sedang tidak ada uang.

"Bohong! Kau sembunyikan dimana uangmu itu. Pasti ada." Sunggyu merogoh seluruh kantung pakaian dan celana Sungyeol.

"Sunggyu!" suara seseorang menghentikan aksinya.

Ia menoleh untuk sekedar tahu pemilik suara itu, sedetik kemudian ia memalingkan wajahnya begitu tahu bahwa suara itu berasal dari Woohyun.

"Kau marah padaku?"

Woohyun mengayuh sepedanya hingga kini ia tepat berada di hadapan Sunggyu. Sedangkan Sungyeol hanya menganga terlalu tak mengerti dengan kedua orang itu.

"Kau itu penuh dengan dusta, tuan Nam." ucap Sunggyu masih mengalihkan pandangannya kesal.

Memandang daun, batuan atau apapun asal tak memandang Woohyun. Dan lagi-lagi membuat Sungyeol semakin ternganga karena jawabannya.

"Aku berjanji itu yang terakhir," tukasnya.

"Bagaimana mungkin aku percaya."

"Apapun yang kau minta, akan aku turuti."

Sunggyu menyeringai, ia memberikan piring kertas bekas bakso ikan yang sudah kosong kepada Sungyeol.

"Belikan aku bakso ikan 20 tusuk!"

***

Seminggu kemudian...

Woohyun mengayuh sepedanya cepat. Ia tak peduli beberapa orang memandangnya sebagai remaja yang tidak waras. Kali ini tubuhnya telah rapi dengan kemeja putih dan jas hitam yang membalutnya. Rambutnya yang rapi terpaksa berantakan lagi.

Hari ini adalah hari pernikahannya. Sudah tepat satu minggu sejak diputuskannya untuk menikahi Sunggyu.

Dan sudah tepat satu minggu pula masih ada keraguan di hatinya. Banyak alasan yang membuatnya ragu. Tapi wajah itu, mampu menjeratnya benar-benar jatuh akan pesonanya. Tanpa sedikitpun bisa menolak.

Mereka tak memerlukan gedung mewah, tamu banyak, atau hiburan yang menarik. Pernikahan keduanya berlangsung sangat tertutup dan hanya beberapa anggota keluarga saja yang hadir. Kebetulan kedua belah pihak memutuskan mengadakannya di rumah Sunggyu dengan memanggil seorang pendeta.

Woohyun mengacak rambutnya frustasi. Menghela napas panjang dan bersiap menghadapi beberapa orang yang tengah menunggu kedatangannya.

Seulas senyum sengaja ia sunggingkan. Perlahan ia langkahkan kaki jenjangnya menapaki lantai berkarpet merah.

Rumah mewah itu tampak begitu indah dengan dekorasi yang meyakinkan untuk dijadikan tempat pernikahan. Desau angin semakin membuat jantung Woohyun tak beraturan. Antara gugup, tegang, cemas dan resah.

"Woohyun hyung, kau sudah siap?" satu suara menyambut kedatangannya.

Woohyun melirik sekilas dan menghembuskan napas berat. Tapi kemudian ia mengangguk.

Dengan segera Woohyun berdiri di antara para tamu, disusul dengan pemuda cantik yang akan menjadi istrinya.

Dilihatnya wajah cantik yang jauh lebih tegang dari padanya itu. Matanya terus menatap ke arah Sunggyu yang masih setia menundukkan kepalanya. Membuat jantungnya benar-benar berdetak tak karuan. Hanya sekilas, hingga aba-aba dari sang pendeta menyadarkannya.

Woohyun menarik napas panjang, dan mulai berbicara.

"Saya Nam Woohyun, membawa anda, Kim Sunggyu, untuk menjadi teman saya, kekasih saya, orangtua bagi anak saya dan menjadi pendamping hidup saya. Saya akan menjadi milik anda kapanpun dan saat diinginkan, pada saat sakit dan disaat sehat, pada saat sukacita dan disaat sedih, pada saat kegagalan dan disaat kemenangan. Saya berjanji untuk menghargai dan menghormati anda, untuk peduli dan melindungi Anda, untuk menghibur dan mendorong Anda, dan tinggal bersama Anda untuk selama-lamanya." ucap Woohyun dalam satu tarikan napas.

Beruntung otaknya yang cerdas bisa menghafal kalimat itu dengan cepat.

"Baiklah, sekarang waktunya pertukaran cincin dari kedua mempelai." seru si pendeta kemudian.

Woohyun segera menggenggam kedua tangan Sunggyu, setelah sebelumnya ia sempatkan menoleh ke arah ayahnya yang berdiri dekat Sunggyu.

Satu anggukan membuatnya benar-benar memantapkan hati. Disematkan satu cincin di jari manis Sunggyu. Begitu juga sebaliknya.

"Nam Woohyun, saya berikan cincin ini sebagai simbol atas diri kalian. Dan dengan cincin ini, kalian menikah."

Woohyun menutup matanya rapat, menghayati puing-puing hatinya yang kembali menyatu.

"Dengan cincin ini sebuah tanda atas sumpah, janji dan perjanjian antara kami, aku engkau menikah."

Woohyun meraih tangan Sunggyu yang terdapat cincin dan mengecupnya sekilas. Disunggingkannya seulas senyum, menandakan bahwa ia benar-benar bahagia.

"Sekarang kalian telah resmi menjadi pengantin yang-"

"Woohyun!" Suara pendeta itu terputus begitu suara seorang wanita tiba-tiba menginterupsinya.

Semua yang berada disana terutama Woohyun menoleh ke asal suara. Wanita bermata sembab kini menatapnya, membuat mata Woohyun membulat sempurna.

Ia tak peduli lagi dimana ia sekarang, bahkan beberapa orang yang mulai berbisik-bisik tentang kedatangan tiba-tiba wanita itu diabaikannya.

"Ss-seungyeon.." ucap Woohyun tergagap.

Ia beranjak bangun kemudian terduduk lagi begitu sebuah tangan mencegahnya. Dengan segera tangan itu mengunci wajah Woohyun dengan menangkupkannya di kedua wajah Woohyun.

Sekali lagi Woohyun menoleh, menatap Sunggyu yang kini tengah menatapnya dengan protes, membiarkan tangan Sunggyu yang masih setia mengunci wajahnya. Pandangan mereka bertemu. Menyalurkan setiap kata-kata lewat pandangan mata itu.

Mata Woohyun membulat sempurna ketika sesuatu yang hangat menyentuh bibirnya. Yang nampak di hadapannya kini, Sunggyu memiringkan kepalanya dan meraih bibir Woohyun dan mengecupnya. Melumat dan merasakan manis bibir pangeran cassanova itu.

Lama. Hingga beberapa menit Sunggyu melepas pagutannya, menatap Woohyun yang terlihat terkejut. Dilepasnya wajah Woohyun dan berlari menuju pintu keluar. Hingga semua pasang mata dibuatnya tercengang.

Woohyun terhenyak. Menyadari Sunggyu yang sudah menjauh pergi tanpa ada yang mengejarnya.

Pernikahan kacau, rutuknya. Ia masih bersikukuh dalam tempatnya, menatap aneh ke arah wanita yang tiba-tiba datang dan membuat kekacauan ini.

"Woohyun hyung, tunggu apa lagi? Cepat kejar Sunggyu hyung." teriak Myungsoo panik.

Ia merutuk bingung melihat Woohyun yang masih tak peka.

***

Sunggyu memelankan laju langkahnya. Keringat deras membasahi wajahnya. Tetap berjalan membiarkan kemana arah kakinya melangkah. Ia benar-benar malu. Entah setan apa yang merasukinya hingga ia bisa melakukan hal semacam itu. Ia merasa takut, meski ia sendiri tak memahami apa dasar ketakutannya.

"KIM SUNGGYU."

Suara itu.

Sunggyu tak perlu menoleh untuk memastikan siapa pemilik suara itu. Kini Sunggyu mengenal betul suara itu. Suara yang akhir-akhir ini mendominasi alam bawah sadarnya.

Sunggyu diam. Ia hanya perlu berhenti dan menunggu dengan manis kedatangan pemuda yang mengejarnya. Dalam hati ia senang, di sisi lain ia gelisah.

Satu sentuhan di bahunya membuat Sunggyu tersentak. Kedua bola matanya menatap pemuda yang kini sudah berada di sampingnya. Seketika ia menundukkan wajahnya. Rona merah menjalar penuh menutupi warna kulit putihnya. Wajahnya memanas. Ia malu. Sungguh sangat memalukan kejadian tadi bagi dirinya.

"Aku tau kau pasti malu."

Sunggyu menggeleng cepat. Menyembunyikan rona merah di wajahnya dan memberanikan diri menatap Woohyun.

"Wanita itu tidak ada hubungan apapun denganku." Woohyun tersenyum lembut.

"Aku sudah berjanji tak akan ada dusta lagi."

"A-Aku-"

"Wae?" putus Woohyun.

Kini pemuda cantik itu menatapnya dengan tatapan pengemis. Membuatnya bergidik ngeri sekaligus cemas. Ini memang sering terjadi, tapi rasa cemas Woohyun memang tak pernah sirna jika sedikit saja terjadi sesuatu pada pemuda bermata sipit itu.

"Aku lapar, aku ingin makan bakso ikan." mohon Sunggyu dengan senjata puppy eyes nya yang berkali-kali lipat lebih dahsyat.

"Apa?"

***

"Ya! Sudahlah. Ini sudah lebih dari dua puluh tusuk bakso ikan. Ingat kandunganmu." Woohyun meraih sepuluh tusuk bakso ikan yang siap dilahap sekaligus oleh bibir Sunggyu.

"Woohyun.." Mata Sunggyu menatap Woohyun penuh pengharapan. Membuat Woohyun sedikit tertegun.

"Baiklah! Setelah ini kau harus pulang, orang tuamu pasti cemas."

Akhirnya Woohyun tak bisa menolak apapun keinginan Sunggyu hanya dengan melihat matanya. Bagi Woohyun mata itu benar-benar menghipnotis kesadarannya. Semakin lama semakin menjeratnya hingga ia sendiri tak sanggup tuk melepaskan diri dari belenggu itu.

"Itu, kan, Sunggyu hyung dengan Woohyun hyung." ucap Sungyeol yang tak jauh dari tempat Sunggyu dan Woohyun berada.

Ia mengamati kedua orang itu, yang menurutnya memiliki hubungan khusus.

"Apa mereka benar-benar sepasang keka- Augh."

Pemuda bertubuh jangkung itu sedikit oleng begitu sebuah kepala menabrak lengannya.

"A, maaf, aku---Eh, Myungsoo?"

"Hai, Sungyeol." sapa Myungsoo.

Mereka tak berkata apapun setelah itu. Hanya memandang bingung satu sama lain.

Pletak.

Merasa diabaikan Sungjong yang berada di tengah-tengah mereka memukul kepala Seungyeol. Enak saja, ia dibiarkan tersungkur di bawah sedangkan si jangkung yang menabraknya justru seperti merasa tak berdosa. Ia menepuk celananya yang berdebu akibat beradu dengan jalanan. 

Mengabaikan Sungyeol yang meringis memegangi kepalanya.

"Kenapa kau memukulku?" tanya Sungyeol itu geram.

Matanya melotot kesal ke arah pemuda yang bertubuh lebih pendek darinya yang baru saja menghadiahinya sebuah pukulan.

"Kau menabrakku!"

"Maaf!" jawabnya singkat.

"Sungyeol apa kau melihat Sunggyu hyung di sekitar sini?" tanya Myungsoo yang sudah mulai jengah mencari-cari Sunggyu.

Mengabaikan kedua orang yang sibuk membahas masalah kecil.

"Kenapa kalian rapi sekali?" jawab Sungyeol dengan melontarkan pertanyaan juga.

Sungjong mendengus sebal. Dirinya memang tak mengenal atau tak mengetahui hubungan pertemanan kedua orang di hadapannya ini.

Tapi diabaikan tentu membuatnya kesal. Ia berusaha menelan bulat-bulat kekesalannya mengingat tujuan semulanya.

"Hari ini Sunggyu hyung dan Woohyun hyung menikah." jawab Myungsoo tanpa sadar.

"Mwo?"

"Sunggyu hyung tengah hamil."

"Hyung!" Sungjong mengingatkan.

Pernikahan ataupun kehamilan Sunggyu dilakukan dengan tertutup, hanya keluarga yang mengetahui masalah ini, semua hal itu masih harus dirahasiakan.

Tapi kini Myungsoo justru menceritakannya begitu saja dengan pemuda jangkung yang kini nampak terkejut.

Kedua tangan Myungsoo membungkam rapat mulut lancangnya. Selalu seperti ini, ia memang bukan orang yang pandai menjaga rahasia.

Meski ia tanpa sadar mengucapkan itu, tetap saja akhirnya ia beberkan semuanya. Myungsoo meringis menyesal. Matanya melirik ke arah Sungyeol yang masih tak percaya.

"J-Jadi benar Sunggyu hyung dan Woohyun hyung-" perkataan Sungyeol terputus.

Tak jauh dari tempatnya kini, Sunggyu dan Woohyun sedang asik bercengkerama.

"Sunggyu hyung hamil?"

Myungsoo dan Sungjong mengikuti arah pandangan Sungyeol yang mengarah ke Sunggyu dan Woohyun. Melihat mereka yang terlihat baik-baik saja membuat Myungsoo sedikit lega.

Sedikit? Yah. Sedikit karena ia masih sedikit cemas atas kelancangannya barusan. Habislah riwayatnya di tangan Sunggyu kali ini.

"T-TIDAK MUNGKIN!" teriak Sungyeol tiba-tiba, membuat Myungsoo dan Sungjong terlonjak.

Pemuda jangkung itu menggeleng-gelengkan kepalanya, menolak kenyataan yang tidak bisa di cerna oleh otaknya.

"Sungyeol berjanjilah jangan beritahu siapapun tentang hal ini." mohon Myungsoo.

"TIDAK! TIDAK MUNGKIN!" Sungyeol mengabaikan wajah memelas Myungso. Meninggalkan kedua orang itu masih terus berteriak-teriak tak jelas.

"Apa dia gila?" gumam Sungjong begitu punggung Sungyeol menghilang di perbelokan jalan.

"Ya Tuhan, habislah aku."

Tanpa mereka sadari seseorang tak jauh dari mereka, mendengarkan semua percakapan itu.

Ia berdiri di balik pohon besar. Wajahnya menatap datar. Satu hatinya seperti terkoyak, ia terlalu lama menahan sakit.

"Jadi, ia hamil? Lucu sekali."

TBC

Mianhe... Lagi-lagi lama update.. Gomawo buat yang bersedia nunggu cerita ini.. Ku tunggu aja upvote & commentnya ya.. ^^

XOXO Trieriz

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
imsmlee86 #1
Chapter 5: Sunggyu terlalu manjaaa, harus dimarahin sekali" kalau ga kasihan woohyun ;A;
imsmlee86 #2
Chapter 4: Myungsoo siap"itu mulut dijait sunggyu... btw kayak ada suasana bollywoodnya gitu ya woohyun sama sunggyu kejar"an mulu xD
imsmlee86 #3
Chapter 3: Rasanya pengen ke woohyun ke sekarang juga dan bilang: oppa aku hamil anakmu xD woohyunnya baik banget♡
imsmlee86 #4
Chapter 1: Buah jamblang... seriously hahahaha *emot ketawa nangis*
KiwiPrincess #5
Chapter 4: Huaaa..itu yg nguping siapa???? Ah, authornim selalu sukses bikin penasaran.. >.< semoga kelanjutannya bisa di update secepatnya.. >,<
pcyexx #6
Chapter 4: aaaaaa mkasih updatenyaaaaaa dibuat penasaraaannn wk, hidupp woogyuuuu wk
KiwiPrincess #7
Chapter 3: Waaahhh..jadi makin penasaran..what wil happen next?!? Jeng..jeng.. ?

Baru nyadar kalo aku blm ngesubscribe ini ff..aigooo.. ?
alonelover
#8
Chapter 3: Penasaran, Sunggyu bisa hamil gimana ceritanya.
pcyexx #9
Chapter 3: I'm seriously curious about the next chapter... please update soon author nim~
just please let woohyun show sunggyu that he really care about him, let they have their moment and understand each other better~ thank u for the update~ ^^