Part 3

Never Believe It

Mobil yang dikendarai Woohyun terus melesat dengan kecepatan sedang. Pemuda itu diam, matanya fokus ke depan tapi tidak dengan perasaannya yang tak karuan.

Di tempat yang mulai jauh dari keramaian, Sunggyu berusaha untuk bicara. "Sebenarnya kau ingin membawaku kemana?"

Woohyun tak menyahut.

"Hei, ada apa denganmu? Bicaralah! Kau membuatku takut." ucap Sunggyu, ia menyenggol-nyenggol lengan Woohyun berusaha membuat pemuda itu menoleh. Namun nihil.

"Kenapa kemarin kau tiba-tiba pergi? Bukankah akan lebih memudahkanmu jika orangtua kita saling mengenal?"

"Sial, kumohon, jangan sekarang." Woohyun akhirnya angkat bicara.

Meski hanya sebuah gumaman pelan. Ia angkat bicara bersamaan dengan laju mobil yang melambat. Perlahan-lahan berhenti.

Membuat Woohyun mengutuk benda mati itu dan bergumam-gumam tak jelas.

"Ada apa?" tanya Sunggyu cemas.

Tiba-tiba mobil berhenti dan wajah Woohyun tampak kesal.

Apalagi ia dan Woohyun kini berada di tempat yang sepi dan jauh dari keramaian.

"Mogok, bensinnya habis, bagaimana ini?"

"Apa di sekitar sini tidak ada pom bensin?"

Woohyun menggedikkan bahu. "Entahlah."

Sunggyu diam sejenak sambil menatap Woohyun. Lekuk sempurna yang tampan itu sepertinya menyimpan beban yang berat.

Ia menghela napas, kenapa jika berada di dekat Woohyun ia selalu dihantui rasa bersalah?

"Ah, terserah denganmu."

Pintu mobil terbuka kasar bersamaan dengan tubuh Sunggyu yang beranjak keluar dan kemudian berlari menjauh. Woohyun melihat pemuda itu membawa tubuhnya pergi menjauh tak peduli dengan terik yang menyengat. Hingga beberapa helai ilalang yang menelan tubuhnya dan akhirnya Woohyun tersadar, lalu memanggil-manggil Sunggyu.

"Aku akan cari cara untuk pulang, kumohon jangan membahayakan dirimu. Jangan lari!!"

Teriakan itu menggema, ia tak yakin apakah Sunggyu mendengarnya atau tidak. Sampai akhirnya ia putuskan untuk mengerjarnya.

Ketika sampai di belukan ilalang yang meninggi pemuda cantik itu berhenti. Ia menopang tangannya pada lutut, napasnya mulai tersenggal-senggal. Ia lelah.

Derap langkah yang mendekat membuat Sunggyu terhenyak, ia kembali berlari namun terlambat, tangan Woohyun telah lebih dulu merengkuh tubuhnya. Berkali-kali ia meronta tapi tenaganya telah terkuras habis.

"Lepaskan! Aku tahu, kau pasti menganggap aku sebagai bebanmu, kan?"

"Aku tak pernah berpikir seperti itu."

"Lepas, aku tidak mau terjebak di sini dengan pembohong sepertimu." sentaknya lagi.

Berusaha melepas tangan Woohyun tapi tak bisa. "Lagi pula kau seperti tidak suka karena ternyata orang tua kita saling mengenal."

"Itu-"

"Kenapa? Benar dugaanku, kau pasti tidak suka."

Selanjutnya hening. Yang terdengar hanya suara gesekan ilalang yang beradu satu sama lain akibat terpaan angin. Angin yang tampak beda dari biasanya, lebih kencang dan juga sukses membelai anak-anak rambut Sunggyu. Membuat wajahnya yang tadi tertutup oleh rambut kini terlihat jelas raut kekesalan yang tergambar di sana.

Woohyun membisu, terlalu bingung, bukan alasan itu yang membuatnya tak suka dengan keadaan ini. Seandainya Sunggyu tahu bagaimana hubungannya dengan ayahnya, mungkin pemuda itu akan mengerti.

Kediaman Woohyun menjadi suatu celah Sunggyu untuk lari. Ia menyentak tangan Woohyun dan berhasil melepaskan tangan Woohyun dari bahunya.

"Sunggyu-ya." Woohyun tersadar begitu Sunggyu telah berlari menjauh darinya.

***

"Halo, apa ada orang?" Sunggyu terus berteriak tak jelas.

Sesekali ia menyingkap ilalang dan semak yang menghalangi jalannya. Sesekali pula ia menoleh ke belakang memastikan Woohyun tengah mengikutinya. Ia memang kesal pada Woohyun, tapi tersesat di sini membuatnya tak ingin terpisah juga dengan pemuda itu.

Sudah beberapa jam berlalu. Sunggyu lelah, kakinya gemetar.

Langit yang tadinya cerah berubah sedikit berkabut dan mulai bergemuruh. Kali ini habislah riwayatnya. Mati sia-sia karna tersesat di hutan tanpa ada yang mengetahui jasadnya bahkan orang tuanya.

Sunggyu mengacak rambutnya frustasi.

Diliriknya Woohyun yang masih berada di belakangnya tengah ongkang-ongkang bergelut dengan semak berduri. Kelakuan Woohyun membuatnya muak, bukannya mencari jalan keluar ia malah 'asik' dengan dunianya sendiri.

Kali ini Sunggyu berjongkok, membiarkan kaki lelahnya untuk sekedar beristirahat, bahkan ia tak peduli dengan suara derap Woohyun yang menghampirinya.

"Kau kenapa?" Woohyun memegang pundak Sunggyu.

Sunggyu tak menjawab, hanya hembusan napas yang ia anggap sebagai sarat lelah. Perlahan Woohyun membimbing pemuda itu untuk bangun, namun Sunggyu justru bersikukuh untuk tetap duduk karena ia memang merasa lelah.

"Aku lapar bodoh!"

"Tapi kau sudah menghabiskan semua makanan itu tadi."

"Kau lupa kalau aku hamil, hah?"

"Apa orang hamil memang seperti itu?"

"Bukankah kau lebih tahu?"

"Sudahlah lebih baik kita segera kembali ke mobil, sebentar lagi gelap." Sunggyu mengangguk, tak ada gunanya juga bertengkar sekarang.

'Lupakan keributan tadi, Sunggyu!'  gumamnya.

Woohyun membimbing Sunggyu untuk bangun dan segera berbalik arah.

"Sung-Sunggyu." Woohyun tiba-tiba saja tergagap.

"Apa?"

"Tadi kita lewat mana?"

***

Tubuh Sunggyu menggigil, angin kencang sukses membuat tubuh ringkihnya kian melemah. Lapar mengerumuninya. Apalagi di dalam tubuhnya bukan hanya ada cacing-cacing lapar saja, di sana ada bayi tak bersalah.

Pemuda cantik itu memainkan gerak gerik bola matanya, menggigit bibir bawahnya untuk menghalau sedikit rasa lapar yang menjadi.

"Hattcciihh!" suara bersin Sunggyu membuat Woohyun terhenyak. 

Ia yang sedari tadi sibuk membuat api dengan hanya bermodal dua buah kayu itu sontak menoleh ke arah Sunggyu. Merasa tahu keadaannya, Woohyun melepas jaket miliknya dan membentangkannya pada tubuh Sunggyu.

"Lapar, tuan Nam, lapaaarrr..." Sunggyu menyandarkan kepalanya di bahu Woohyun, membuatnya semakin merasa bersalah karena membawa pemuda itu ke tempat seperti ini.

Woohyun tak langsung menggubris rengekan Sunggyu. Ia membiarkan tangannya untuk terus membuat api dengan batu sebagai pemantiknya. Hingga akhirnya api berhasil menyala sempurna.

"Untuk apa api itu? Kau akan memanggang daun dan menyuruhku memakannya?" celetuk Sunggyu.

"Setidaknya ini bisa menghangatkan tubuh."

"Percuma, sebentar lagi hujan akan turun."

"Jangan bicara begitu, jika nanti benar-benar hujan bagaimana?"

Tepat setelah ucapan Woohyun, rintik-rintik hujan turun begitu derasnya. Membuat Sunggyu sontak bangkit dan meregut-regut kesal.

"Sial, hujan." gerutu Sunggyu.

Woohyun segera berdiri dan menutup kepala pemuda cantik itu dengan jaket miliknya. Ia berusaha tetap tenang meski ia juga merasa sangat gusar, tapi itu tak mengurangi rasa khawatirnya pada Sunggyu yang sedang dalam kondisi yang kurang baik.

Udara yang semakin dingin, membuat mereka berdua kedingingan. Salah-salah bisa membuat mereka mati beku.

"Kita pakai bersama saja." tawar Sunggyu, meraih salah satu sisi jaket yang lain dan menutupi kepala Woohyun.

Woohyun menghela napas. Jarak mereka yang begitu dekat membuat mereka bisa merasakan udara hangat dari hembusan napas masing-masing. Tatapan mereka bertemu. Bola mata itu terus menatap mata Sunggyu. Seketika Woohyun merasakan darah di kepalanya mendidih. Jantungnya yang tiba-tiba memaksa ingin keluar semakin membuatnya sesak.

Tanpa sadar Woohyun menggerakkan jemarinya. Mengusap setitik air yang membasahi poni Sunggyu. Ia menggosokkan kedua tangannya dan menangkupkannya ke wajah pemuda itu. Sunggyu berdesir, untuk sesaat ia menahan napasnya, wajah Woohyun begitu dekat. Hidung bangir miliknya menyentuh pipinya. Sunggyu kemudian menutup mata, semakin erat ketika sebuah kehangatan memagut bibir tipisnya pelan. Hujan yang semakin deras memaksa mereka memperdalam tautan itu.

"Apa yang kalian lakukan?"

Keduanya tersentak. Sunggyu reflek mendorong tubuh Woohyun dengan kasar. Woohyun yang lengah itu limbung dan hampir terjerembab. Mereka menoleh serempak ke arah suara yang menginterupsi. Seorang laki-laki paruh baya dengan cangkul di pundaknya mendatangi keduanya.

***

Hujan deras beberapa menit lalu kini perlahan surut. Mereka berjalan dalam diam. Sejak pertemuan yang tidak dikehendakinya dengan laki-laki paruh baya itu, membuat mereka sedikit canggung. Keduanya hanya berjalan sesuai instruksi, laki-laki yang mereka temui itu berjanji akan membantu mereka menemukan jalan besar. Mencari bensin dan mobil Woohyun yang terparkir sembarang tentu saja.

"Kalian pacaran?"

Deg.

Woohyun tersenyum getir.

"Kita ini sama. Dulu aku juga mempunyai kekasih seorang laki-laki. Dan pada kenyataannya aku menikah dengan wanita hanya untuk status sosialku." ucap laki-laki itu bernostalgia.

Woohyun mengerutkan keningnya. Percaya atau tidak kejadian seperti itu memang ada di dunia ini.

"Bahkan sekarang aku sudah mempunyai dua putri."

Woohyun masih tak menyahut.

"Kekasihmu itu cantik." lanjut laki-laki itu.

Woohyun mengikuti arah pandangnya yang kini memerhatikan Sunggu yang berada berapa langkah di hadapan mereka.

"Dulu, kekasihku seorang laki-laki kekar." lanjutnya lagi dengan sedikit tertawa.

"Aku baru sadar di dunia ini benar-benar ada laki-laki berkulit mulus seperti wanita itu."

Tak ada yang bisa ditolak Woohyun untuk penegasan itu. Dari dulu ia menatap Sunggyu memang sebagai laki-laki yang memiliki wajah seperti wanita. Bukannya ia menganggap Sunggyu itu banci, tetapi dengan wajahnya yang cantik itu, tak ada alasan untuk menolak pesonanya.

Woohyun menghentikan langkahnya tiba-tiba. Laki-laki yang berada satu langkah yang sama dengannya menoleh bingung. "Hei."

"Woohyun apa yang kau lakukan?" seru Sunggyu yang ikut berbalik. Ia mendapati Woohyun tengah menghilangkan tanah basah dengan disepatunya.

Woohyun mendongak, ia tersenyum begitu lembut dengan wajah yang kelewat sempurna itu.

"Tidak apa-apa."

"Oh. P-Paman, sebenarnya dimana pom bensin itu?" tanya Sunggyu tergagap.

Ia mengalihkan matanya dari senyum itu. Entah kenapa rasanya aneh ketika terkagum dengan wajah tampan itu.

'Ya Tuhan, kau itu laki-laki, Sunggyu-ya!!' gumamnya.

"Di balik pepohonan itu."

***

Woohyun melepas seatbelt yang bertaut di tubuh Sunggyu. Pemuda cantik itu tengah tertidur. Hari telah dini, mereka juga telah berhasil kembali ke mobil dan kini mereka telah tiba tepat di rumah Sunggyu.

Woohyun memandangi wajah polos itu, ia masih khawatir dengan keadaannya. Pemuda bermata sipit itu terlihat letih. Rasa bersalahnya semakin besar, ia merasa tidak bisa menjaganya.

Mungkin jika Sunggyu tidak dalam keadaan mengandung, ia tak begitu khawatir. Namun kenyataannya Sunggyu tengah mengandung membuatnya harus ekstra hati-hati menjaganya. Jangan sampai ia mendapat masalah jika sesuatu terjadi.

"Sunggyu-ya, kita sudah sampai, bangunlah." Sunggyu menggeliat, perlahan membuka matanya yang sebenarnya enggan untuk terbuka.

Ia menatap Woohyun sekilas, kemudian membuka pintu mobil bermaksud keluar. Dan diikuti Woohyun.

"Apa ini rumahku?" Sunggyu meremas rambut nya.

Mata sayunya menatap rumah besar yang kini ada di hadapannya. Rasa pusing seketika bergelayut di kepalanya, membuatnya tak bisa mencerna apapun yang ada di hadapannya.

Tiba-tiba Sunggyu oleng, Woohyun segera memegangi tubuhnya. Ia berjalan terhuyung membimbing Sunggyu masuk ke dalam rumah.

Mereka berdua langsung disambut oleh kedua orangtua Sunggyu.

Demi Tuhan, Woohyun tidak berani menatap keduanya. Nyonya Kim langsung menghampirinya dan mengambil alih membawa Sunggyu ke kamar.

"Kau baik-baik saja, nak?"

"Aku lapar, Eomma." rengek Sunggyu.

Nyonya Kim tersenyum mendengar itu, Woohyun menatapnya dengan datar. Ia seperti melihat kehangatan seorang ibu yang selama ini dirindukannya.

"Tenanglah Sunggyu akan baik-baik saja." Sebuah suara berat menginterupsi Woohyun.

Ia menoleh mendapati laki-laki paruh baya dengan seorang pemuda yang usianya terlihat lebih muda darinya. Woohyun terkejut melihat kedua orang yang baru saja datang dari arah ruangan lain tersebut.

"Ayah, Sungjong.." Woohyun tercekat untuk beberapa saat. "Dari mana kalian tahu..."

"Bagaimana aku bisa diam saja, mengetahui puteraku menghamili anak orang lain." sergah laki-laki paruh baya ini, tuan Nam, ayah Woohyun.

Laki-laki berusia 45 tahunan itu merangkul bahu Woohyun dan membawanya duduk.

"Ini tak seperti yang ayah pikirkan." Woohyun berkelit, tapi kemudian ia diam mengingat apa janjinya pada Sunggyu.

"Kau laki-laki, Woohyun, apapun bisa terjadi." tuan Nam menyesap pipa tembakau yang ada di tangannya. Ia sempat melupakan benda itu sejenak ketika Woohyun tiba.

"Kami sudah membicarakannya, seminggu lagi kalian akan menikah?"

"Apa? Ini tidak masuk akal, ayah. Aku masih sekolah."

Woohyun menoleh ke arah tuan Kim, ketika laki-laki itu berdiri.

"Lebih baik aku tinggalkan kalian dulu."

Lalu Woohyun menatap ayahnya lagi.

"Ayah," rengeknya. "Katakan padaku kalau kau bercanda."

Ayahnya menggeleng.

"Persetan!" umpat Woohyun dan membawanya tubuhnya pergi dari tempat itu.

Tanpa terdengar suara ayahnya yang diharap memanggil-manggilnya.

TBC

Aih.. Merasa bersalah.. Kok ga nyambung banget ya.. Hhhmmm.. 
Tapi yawsudahlah memang begini adanya.. Mau dirubah tapi ntar harus ngerubah alur lagi.. Ampyun.. Ku tak sanggup.... 😭😭

So ku cuma berharap vommentnya aja ya.. Terimakasih... 😚😚

XOXO Trieriz

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
imsmlee86 #1
Chapter 5: Sunggyu terlalu manjaaa, harus dimarahin sekali" kalau ga kasihan woohyun ;A;
imsmlee86 #2
Chapter 4: Myungsoo siap"itu mulut dijait sunggyu... btw kayak ada suasana bollywoodnya gitu ya woohyun sama sunggyu kejar"an mulu xD
imsmlee86 #3
Chapter 3: Rasanya pengen ke woohyun ke sekarang juga dan bilang: oppa aku hamil anakmu xD woohyunnya baik banget♡
imsmlee86 #4
Chapter 1: Buah jamblang... seriously hahahaha *emot ketawa nangis*
KiwiPrincess #5
Chapter 4: Huaaa..itu yg nguping siapa???? Ah, authornim selalu sukses bikin penasaran.. >.< semoga kelanjutannya bisa di update secepatnya.. >,<
pcyexx #6
Chapter 4: aaaaaa mkasih updatenyaaaaaa dibuat penasaraaannn wk, hidupp woogyuuuu wk
KiwiPrincess #7
Chapter 3: Waaahhh..jadi makin penasaran..what wil happen next?!? Jeng..jeng.. ?

Baru nyadar kalo aku blm ngesubscribe ini ff..aigooo.. ?
alonelover
#8
Chapter 3: Penasaran, Sunggyu bisa hamil gimana ceritanya.
pcyexx #9
Chapter 3: I'm seriously curious about the next chapter... please update soon author nim~
just please let woohyun show sunggyu that he really care about him, let they have their moment and understand each other better~ thank u for the update~ ^^