Part 1

Never Believe It

"Apa kau gila? Aku ini laki-laki! Bagaimana mungkin hasilnya tetap sama." pekik pemuda itu. Rasa hormat sudah tak ia hiraukan lagi meskipun ia tengah berhadapan dengan laki-laki yang jelas-jelas lebih tua darinya.

"Tapi memang begitu hasil pemeriksaannya, tuan Kim. Dan kandunganmu itu sudah masuk bulan kedua." seru laki-laki paruh baya yang berprofesi sebagai dokter itu.

"Tidak mungkin. Aku laki-laki dan tak mempunyai rahim." ia membuang asal kertas pemeriksaan dirinya itu.

"Kalau kau masih tidak percaya, kita bisa melakukan tes ulang, tuan Kim."

"Tes ulang? Ini sudah tes ketiga dan hasilnya tetap sama!"

Dan detik itu pula pemuda berwajah mulus seperti wanita itu beringsut pergi, dengan air mata yang menggenang di sudut. Ia terlalu malu untuk menangis. Saran dokter itu bukan merupakan jalan keluar baginya. Ia muak.

Menurutnya, melakukan tes ulang sama saja membuat dirinya semakin terpuruk pada kenyataan. Bukan karena ia tak percaya pada dokter itu, ia bahkan ingin sekali tak mempercayai semua ini. Namun, kenyataan sebenarnya begitu menamparnya.

Ia hamil, dan masuk bulan kedua. Sedangkan ia adalah seorang laki-laki yang bahkan tak pernah terlintas sedikitpun di benaknya untuk hamil apalagi menjadi seorang 'ibu'.

***

Suara derap langkah menggema di koridor salah satu gedung sekolah ternama di Seoul. Sekolah khusus laki-laki yang belakangan ini menjadi pembicaraan hangat karena memiliki beragam prestasi yang melambung tinggi.

Nam Woohyum. Pemuda yang tengah berjalan di koridor ternama sekolah itu nampak tenang. Keadaan sekolah telah sepi karena sebagian siswa telah meninggalkannya pada jam pulang beberapa saat lalu.

Kelas memang telah berakhir beberapa jam yang lalu, namun pemuda tampan berhidung indah itu baru saja keluar dari ruang klub musik yang sering ia datangi setelah bel sepulang sekolah dan saat waktu senggang.

Ia terus menyusuri koridor sampai sesuatu menarik perhatiannya.

"Apa yang kau lakukan?" tanyanya datar pada seorang pemuda cantik yang dengan kesalnya tengah menendang pohon-pohon tak berdosa di depannya.

Entah setan apa yang merasukinya untuk menghampiri pemuda itu, bahkan untuk dirinya yang dikenal pendiam dan dingin.

Ia memang tak mengenal dekat pemuda cantik itu, tapi ia mengenal dengan jelas siapa pemuda bermata sipit. Kim Sunggyu, anak pemilik sekolah tempat ia sekolah sekarang.

"Woohyun-ah." Pemuda bernama Kim Sunggyu itu menghentikan aksinya pada pohon itu.

Begitu namanya disebut, Woohyun tak bergeming. Pemuda cantik itu menyebut namanya bukan untuk menyapa, tapi lebih kepada penegasan.

"Woohyun tolong aku!"

Woohyun membulatkan matanya kaget begitu pemuda di hadapannya itu memeluknya sambil terisak.

Tiba-tiba entah Woohyun merasa dadanya bergemuruh. Jantungnya berdebar kencang seperti akan meledak. Sampai-sampai ia merasa sebentar lagi ia akan mati.

"Tolong apa?"

"Aku-" Sunggyu melepas pelukannya dan menoleh ke kanan ke kiri memastikan tak ada seorang pun yang mendengar obrolan mereka.

Merasa sudah aman, Sunggyu segera mendekatkan mulutnya ke daun telinga Woohyun dan berbisik sesuatu disana.

"MWO? K-kau kan-" Woohyun terlonjak kaget sampai tak sanggup melanjutkan kalimatnya.

Sama halnya dengan keterkejutan Sunnggyu saat mendengar berita yang sama tadi, ia juga sulit untuk mempercayai apa yang dikatakan pemuda itu.

"Kau laki-laki, tidak mungkin kau hamil. Lagipula kenapa memintaku untuk bertanggung jawab?!"

"Tapi ini benar-benar terjadi padaku. Aku mohon, Woohyun-ah, tolong aku hanya sampai anak ini lahir." pinta Sunggyu dengan wajah memelas.

"Aku tidak menghamilimu, bagaimana mungkin aku harus mengakui anak itu? Kau gila." Woohyun mulai kesal, ia menepis tangan Sunggyu yang masih bertaut di bahunya.

"Kumohon tolong aku, Ayahku bisa membunuhku jika tahu hal ini. Aku tidak tahu harus meminta bantuan pada siapa. Karena aku belum bertemu siapa-siapa hari ini."

"Kenapa tidak kau gugurkan saja?"

Sunggyu terdiam sesaat. Ia menatap Woohyun dengan mata basahnya.

"Kau benar." ujarnya.

Sedetik kemudian ia bermaksud pergi meninggalkan pemuda berwajah tampan itu.

Woohyun panik saat berpikir Sunggyu akan benar-benar melakukan apa yang ia suruh barusan.

"Ya! Aku hanya bercanda, apa kau benar-benar akan melakukan hal bodoh seperti itu?" sungutnya sambil menahan langkah Sunggyu.

"Lagipula kau 'bermain' dengan siapa? Dengan wanita seperti apa sampai membuatmu hamil seperti ini?"

"Aku tidak pernah melakukannya dengan siapapun!" Jawab asal Sunggyu karena jujur sebenarnya ia pun tidak tahu ayah dari bayi tak berdosa ini.

"Kalau begitu ceritakan saja hal yang sebenarnya pada ayahmu. Aku yakin ia tidak akan marah padamu karena kau pun tidak melakukan hal apapun yang membuatmu hamil. Bilang saja kalau kau tiba-tiba hamil."

"Ayahku tidak mungkin percaya. Mungkin dia akan menghapus namaku dari silsilah keluarga Kim jika ia benar-benar murka. Ayolah! Kau hanya harus mengakui anak ini sebagai anakmu sampai ia lahir dan masalah akan selesai."

"Kau pikir semudah itu mengakui sesuatu yang tidak kau lakukan?" Woohyun mulai hilang kesabaran.

Ia meninggalkan pemuda cantik yang tengah memelas tak karuan itu.

Sebenarnya dalam hati ia merasa iba, kilatan di mata pemuda itu seperti anak kecil yang baru saja kehilangan ibu.

Sunggyu berusaha menahan, namun kekuatan pemuda itu jauh lebih besar darinya.

Ia tak kehabisan akal. Ia mengejar Woohyun hingga posisinya sekarang berada tepat di hadapan pemuda tampan itu.

"Woohyun-ah aku mohon. Akui bayi ini setidaknya sampai ia lahir saja. Setelah itu terserah kau."

Woohyun diam.

Bagaimana mungkin ia mengakui anak yang tak ada sangkutpautnya dengan dirinya.

Bermimpi pun tidak pernah.

Bagaimanapun juga Woohyun adalah seorang laki-laki yang bertanggung jawab jika anak itu adalah anaknya.

Ia berpikir sebentar, rengekan itu terus membuatnya merasa kasihan.

"Aku akan membayarmu berapapun kau minta." tawar Sunggyu.

"Kau pikir aku gila uang?" seru Woohyun yang malah semakin kesal.

Sunggyu terkejut, ia sedikit menyesal dengan dengan perkataannya barusan.

Baru saja Woohyun luluh dengan rengekan maut Sunggyu, kini ia kembali dirundung kekesalan dan bermaksud meninggalkan pemuda cantik itu.

"Maafkan aku, Woohyun-ah. Aku tak bermaksud menganggapmu begitu. Tolonglah, aku mohon tolong aku." Sunggyu menautkan kedua tangannya, bersikeras untuk memohon ditengah tangisnya yang menjadi.

"Baiklah, hanya sampai anak itu lahir, kan?" ujar Woohyun akhirnya, tanpa ada ekspresi yang menggambarkan hatinya pada saat itu.

Sunggyu menganggu cepat. Saking senangnya ia memeluk Woohyun erat sambil melompat-lompat kegirangan.

"Ya! Kau ingin keguguran? Jangan lompat-lompat seperti itu!"

Sunggyu berhenti dari lompatnya. Ia tersenyum sangat lebar dan melepaskan pelukan -paksanya pada Woohyun.

Punggung tangannya mengusap air yang menggenang di sudut mata. Setidaknya sedikit bebannya terangkat, berkat Woohyun.

"Hoek."

"Eh, kenapa?" tanya Woohyun panik.

Wajah Sunggyu tiba-tiba pucat.

Tangannya membekap mulutnya erat. Tak ada yang bisa ia lakukan untuk menjawab kecuali dengan gelengan kepala dan membuat Woohyun tak mengerti.

"Hoek."

"Ini minumlah dan bersihkan mulutmu itu."

Woohyun menawarkan sebotol air mineral dan sebuah tisu.

Kini mereka berada di taman sekolah mereka setelah Sunggyu selesai mengeluarkan semua isi makanan di perutnya.

"Kau sudah makan? Aku belikan makanan untukmu, ya?"

"Tidak usah, perutku tidak enak." jawab Sunggyu dengan suara parau.

"Kau tetap harus makan, walaupun sedikit. Ingat, kau menghidupi seseorang lagi di tubuhmu sekarang. Tunggu di sini, aku carikan roti."

"Jangan roti," Sunggyu menggeleng.

Ia mengelap seluruh sudut bibirnya dengan tisu.

"Aku sedang ingin makan buah jamblang."

"Jamblang? Buah apa itu?" Woohyun terkejut bukan main mendengar nama buah yang bahkan belum pernah terdeteksi oleh mulutnya.

Ia pikir Sunggyu mengada-ngada.

"Aku juga tidak tahu. Tapi aku sedang ingin sekali memakan buah itu." Sunggyu mengelus-elus perutnya yang masih rata.

"Kalau begitu, cari saja sendiri."

"Kau tega membuatku kelaparan?"

"Carilah buah lain, kau bisa meminta apel, melon, atau semangka, tapi tidak untuk buah itu. Harus kutemukan dimana buah semacam itu? Sedangkan aku hanya menggunakan sepeda, tidak mungkin jika aku mencarinya jauh-jauh."

"Woohyun, please." rengek Sunggyu sambil menunjuk-nujuk lengan Woohyun dengan jari telunjuknya.

Berekspresi seperti anak kecil yang merajuk meminta dibelikan mainan.

"Baiklah." Woohyun mengalah.

"Janji setelah itu jangan minta yang aneh-aneh lagi."

"Janji!!" Sunggyu tersenyum senang bersamaan dengan tubuh Woohyun yang mulai menghilang dari pandangannya.

Dalam hati ia berpikir, ia juga tidak tahu bagaimana bentuk buah itu.

***

Woohyun mendesah lega, setelah lebih dari satu jam ia mendatangi beberapa pedagang buah dengan hanya menggunakan sepeda, akhirnya ia menemukan buah yang tadi dimaksud dengan Sunggyu.

Kalau dihitung, jarak yang ia tempuh setara dengan ratusan kali ia melakukan sit up, keringat yang ia keluarkan kurang lebih sama dengan olahraga itu.

Ia tidak habis pikir, ternyata buah seperti itu benar-benar ada di dunia ini.

"Ini." ujarnya sambil menyodorkan sekantung penuh buah itu ke tangan Sunggyu.

"Aku lelah, cepat habiskan!"
Sunggyu mengambilnya dengan senang hati.

Ia memetik satu buah dari tangkainya dan menghirup baunya.

"Sudah, terima kasih, tuan Nam. Aku kenyang."

Woohyun melongo.

Susah payah ia mencarikan buah langka seperti itu hanya untuk dichirup aromanya tanpa dimakan sebiji pun?

"Sepertinya aku ingin ice cream sekarang." kata Sunggyu kemudian.

"Apa? Lalu buah ini.. Aish, aku sudah mencari ini jauh-jauh dengan menggunakan sepeda dan kau dengan santainya bilang seperti itu." teriak Woohyun dengan geram, dalam pandangan Sunggyu di kepala pemuda itu seperti tumbuh dua tanduk berapi-api yang membuatnya bergidik.

"Itu salahmu, kau lama sekali." jawabnya.

"Sudahlah, belikan aku ice cream, maka hari ini selesai." pinta Sunggyu masih dengan wajah tanpa dosa.

"Tidak, aku tidak mau."

"Ayolah belikan untukku~"

"TIDAK MAU."

"Sekali ini saja, Nam Woohyun!"

"TIDAK!"

TBC

Aku kembali lagi ney, tapi kali ini ga ada baper2an n bahasa yang sok puitis..

Makasih buat yang sudah bersedia mampir trus baca, ditunggu vomment nya aja..

Love Trieriz

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
imsmlee86 #1
Chapter 5: Sunggyu terlalu manjaaa, harus dimarahin sekali" kalau ga kasihan woohyun ;A;
imsmlee86 #2
Chapter 4: Myungsoo siap"itu mulut dijait sunggyu... btw kayak ada suasana bollywoodnya gitu ya woohyun sama sunggyu kejar"an mulu xD
imsmlee86 #3
Chapter 3: Rasanya pengen ke woohyun ke sekarang juga dan bilang: oppa aku hamil anakmu xD woohyunnya baik banget♡
imsmlee86 #4
Chapter 1: Buah jamblang... seriously hahahaha *emot ketawa nangis*
KiwiPrincess #5
Chapter 4: Huaaa..itu yg nguping siapa???? Ah, authornim selalu sukses bikin penasaran.. >.< semoga kelanjutannya bisa di update secepatnya.. >,<
pcyexx #6
Chapter 4: aaaaaa mkasih updatenyaaaaaa dibuat penasaraaannn wk, hidupp woogyuuuu wk
KiwiPrincess #7
Chapter 3: Waaahhh..jadi makin penasaran..what wil happen next?!? Jeng..jeng.. ?

Baru nyadar kalo aku blm ngesubscribe ini ff..aigooo.. ?
alonelover
#8
Chapter 3: Penasaran, Sunggyu bisa hamil gimana ceritanya.
pcyexx #9
Chapter 3: I'm seriously curious about the next chapter... please update soon author nim~
just please let woohyun show sunggyu that he really care about him, let they have their moment and understand each other better~ thank u for the update~ ^^