Orang Itu

7 Reasons Why I Can Not Love You
Please Subscribe to read the full chapter

Juhyun..

Juhyun..

Bae Juhyun..

Nama itu selalu aku dengar sejak pertama kali aku kuliah di sini. Sudah satu semester aku lewati, tapi aku belum pernah melihat wajahnya yang dipuja-puji semua orang itu.

‘Kecantikannya tidak manusiawi’

‘Dia bagai bidadari dari khayangan’

Heol.. Apa kalian tidak berlebihan? Manusia ya manusia.

Senior yang sudah sedikit lagi meninggalkan kampus itu menjadi buah bibir dimana-mana. Dia disebut-sebut sebagai ratunya anak sastra. Tidak ada yang tidak bisa dia lakukan, dia adalah paket lengkap. 

Semua orang tergila-gila padanya, tak terkecuali sahabatku, Seungwan. Dia selalu membicarakan Juhyun. Dia bahkan mengikuti segala kegiatan yang di dalamnya terdapat Juhyun, seperti malam pembacaan puisi, teater musikal, cover dance, bahkan ketika Juhyun didapuk menjadi MC sebuah acara di kampus. Dia pasti datang untuk menontonnnya.

Aku? Hahhh, lupakan. Aku tidak punya waktu untuk menonton hal-hal seperti itu. Aku tidak sepandai dia. Dia mungkin saja menghabiskan sepanjang malam menonton Juhyun dan akan tetap mendapatkan nilai A di pelajaran kalkulus. Hidup sebagai anak teknik sangat tidak mudah.

***

“Seulgi-ya.. Aku mohon kali ini saja..”  Seungwan merengek padaku.

Aku menggeleng. Untuk apa menghabiskan waktu sampai tengah malam hanya untuk menonton pentas tahunan kampus? Sungguh tidak berguna. Lebih baik tidur di rumah.

“Tapi Juhyun Unnie yang menjadi MC untuk pentas kali ini.” Dia terus merengek dengan menarik-narik bajuku.

Aku tetap menggeleng. “Kau biasanya menonton sendirian kan?”

“Ini berbeda. Ini acara besar. Kau harus menemaniku. Aku janji aku akan mengajarimu kalkulus 2 bab lebih awal dari pada yang dipelajari di kelas.” dia bicara dengan suara memohon.           

Mataku berbinar-binar. Jika Seungwan jadi dosenku, sudah pasti dia adalah dosen favoritku.

Aku menatapnya lagi untuk memastikan dia benar-benar memegang janjinya. Dia mengunci jari kelingkingnya di jariku.

Aku pun mengangguk setuju untuk menemaninya.

***

Kampus kami tidak memiliki gedung tetap untuk setiap fakultas.

Mahasiswa teknik bisa saja kelasnya bersebelahan dengan mahasiswa arsitektur.

Semuanya hanya tinggal mengikuti jadwal yang ada.

Di sepanjang lorong yang kulewati bersama , tampaknya pentas tahunan itu masih menjadi topik yang paling hangat sekarang ini.

Mereka berdesas –desus membicarakan bintang tamunya, namun telingaku tidak sengaja mendengar.

‘Bintang tamunya tidak penting, yang penting Bae Juhyun yang jadi Mcnya!’

Heol.. Aku melirik ke sekumpulan wanita itu dan terheran-heran. Sepertinya mereka cocok berteman dengan Seungwan dan membentuk klub pecinta Bae Ju Hyun..

***

Seungwan menutup buku kalkulusnya dan menarik sehelai rambutku.

“Aww.. sakit..” kataku sambil mengusap-usap kepalaku yang terasa perih.

“Kenapa susah sekali mengajarimu?!” dia menggertakkan giginya dengan tangan yang mau mencengkram wajahku.

“Aku mengerti, hanya saja, jika kau butuh waktu dua menit untuk satu soal, kau setidaknya harus memberiku waktu setengah jam untuk satu soal.”

 Seungwan tertawa mendengar jawabanku.

“Yaa. Apa kau keberatan aku mengajakmu ke pentas itu?”

“Tidak. Aku tidak keberatan.” Jawabku.

“Apa kau sama sekali tidak menyukai Juhyun Unnie? Bahkan sekecil ini?”  merapatkan ibu jari dan jari telunjuknya ke arahku.

“Aku tidak tahu Juhyun Unnie itu yang mana.”

“DAEBAK! Aku rasa kau terlalu banyak belajar. Tidak mungkin ada orang yang tidak tahu wajah cantik Juhyun Unnie.”  membelalakkan matanya seolah tidak percaya perkataanku.

***

Sore itu keramaian di kampus tampak terpusat di hall A, tempat di mana pentas tahunan kampus diselenggarakan. Suasana yang begitu padat membuat Seungwan dan aku sulit untuk mendapat tempat yang lebih ke depan lagi.

Seungwan dengan percaya diri menggunakan sepatu platformnya yang tebalnya sekitar 7 cm. Dia sudah sangat bersiap untuk menonton acara ini. Aku tidak terlalu kesulitan dengan tinggi badanku, tetapi aku tetap kesulitan dengan penglihatanku.

Walaupun aku sudah menggunakan kacamata, dari jarak ini aku masih tidak bisa melihat apapun di panggung, semuanya hanya bayangan blur.

Seungwan yang berada di sampingku dan banyak mahasiswa lainnya meneriakkan “BAE JUHYUN! BAE JUHYUN!”.

Bahkan aku tidak bisa melihat wajahnya, aku hanya bisa mendengar suaranya saja, dan tidak ada yang istimewa dari itu.

Setelah kurang lebih satu jam lebih berdiri, aku merasakan pegal di kakiku. Saat band dari kampus kami tampil (akupun tidak tahu siapa mereka), aku mengatakan kepada  Seungwan bahwa aku ingin ke toilet dan memintanya untuk tidak pindah posisi sama sekali.

Aku segera keluar dari kerumunan orang-orang itu dan  menuju toilet.

Setelah selesai dari toilet, aku duduk di kursi yang terletak tidak jauh dari toilet. Aku mengistirahatkan kakiku sambil memijatnya perlahan-lahan.

Aku melihat di ujung kursi ada sebuah buku catatan kecil dengan cover leather berwarna ungu.

Aku pun mengambilnya dan sedikit membuka bukunya agar aku mendapat petunjuk tentang siapa pemilik buku itu. Dari tulisannya dan dari covernya yang berwarna ungu, sangat jelas pemiliknya adalah seorang wanita.

 

Biar kukatakan pada orang-orang

Tentang rahasia aku dan kau

Bahwa kisah ini terlalu sakit untuk dikenang

Namun begitu indah untuk disembunyikan

 

Puisi singkatnya bagus.

Aku sangat tergugah untuk mengambil foto, dan pada akhirnya kulakukan meski tanpa seizin pemiliknya. Toh, aku tidak akan menjual puisinya juga kan?

Tak lama kemudian ada seorang wanita yang berpakaian sangat rapi seperti mau ke pesta. Make up yang digunakannya juga terlalu tebal menurutku. Dia berhenti tepat di hadapanku dan menunjuk buku catatan kecil yang ada di tanganku.

“Apa ini punyamu?” tanyaku sambil menatapnya.

Dia mengangguk dan langsung mengambil buku itu dari tanganku. Setelah mengambil bukunya, dia langsung berbalik dengan mengibaskan rambutnya yang hitam dan bersinar, meninggalkanku begitu saja tanpa mengucap terima kasih sedikitpun. Wow, aku sangat terkesan dengan sikapnya.

Beberapa langkah dia berjalan,  terdengar suara teriakan yang tidak asing di telingaku. “Juhyun Unnie! Juhyun Unnie! Oh My God, bolehkah aku berfoto sebentar denganmu?”. Benar, itu suara Seungwan.

“Seulgi-ya! Kemarilah, tolong foto kami berdua.”

Ah, kenapa dia harus memanggilku? Aku sangat malu dan rasanya sangat ingin pulang sekarang juga. Aku mengambil kamera dari tangan Seungwan dengan malas.

Juhyun.. Bae Juhyun..

Jadi ini Bae Juhyun yang selalu dielu-elukan oleh banyak orang?

“Ah, Unnie kau cantik! Kau sangat cantik!” Suara Seungwan terdengar begitu gembira. “Seulgi-ya, dia sangat cantik kan?”

Apa Seungwan sungguh meminta jawaban yang jujur dariku atau jawaban yang hanya dia ingin dengar saja? Tapi, sepertinya jujur lebih baik.

Aku mengerutkan dahiku, “Cantik apanya?”

Aku tidak peduli penilaian dia terhadapku, yang jelas dia tidak sopan.

Juhyun Unnie menatapku dengan sinis namun tetap berusaha tersenyum.

Seungwan mendorong bahuku sambil menggerutu, “Ya, apa yang barusan kau katakan?”

“Silahkan lanjutkan pekerjaanmu, Unnie. Semangat! Terima kasih atas fotonya!” Seungwan membungkukkan badannya pada Unnie kesayangannya itu. Sebagai balasannya, dia juga membungkukkan badannya dan melambaikan tangannya ke  sambil tersenyum, tapi tidak kepadaku.

Apa kau marah, nona yang (tidak) cantik?

***

Beberapa hari ini aku merasa ada kejadian ganjil yang menimpaku. Setiap kali aku berjalan di lorong, atau di mana pun ketika aku sendirian, aku selalu ditabrak oleh wanita itu.

Iya, Bae Juhyun.

Aku tidak tahu apa yang diinginkannya, jadi aku hanya membiarkannya begitu saja selama ini.

BRUKKKK!

Saat pikiranku sedang memikirkan tingkah anehnya, lagi-lagi dia dengan sengaja menabrakku. Tapi, kali ini aku tidak akan membiarkannya lolos.

“Ya, apa maumu sebenarnya?” aku menarik tangannya.

Dia menyeringai ke arahku dengan mengerikan.

“Tempo hari aku mendengar kau meremehkan aku. Sepertinya kau mengatakan aku ini tidak cantik. Iya kan?” Dia mengibaskan rambutnya di depanku seolah ingin menonjolkan seluruh kecantikannya.

Aku hanya mengangguk membenarkan perkataannya.

“OH, jeongmal!” wajahnya terlihat kesal. “Aku Bae Juhyun. Bae-Ju-Hyun.”

Aku mendengus. “Iya aku tahu. Lalu kenapa? Apa semua orang harus punya penilaian yang sama?”

“Tidak ada orang yang mengatakan aku ini jelek. Hanya kau satu-satunya.” Dia menyentuh kacamataku. “Oh, sepertinya kau minus.. pantas saja.”

Dia tertawa kecil.

“Aku tidak mengatakan bahwa kau jelek, NONA! Aku hanya berpikir kau tidak secantik yang dibilang orang. Beda kan?” HHHHHHH! Sikapnya sungguh mengganggu! Aku tidak tahu kenapa begitu banyak orang begitu menggilainya.

“Apa kau tahu bahwa puisi yang kaubuat jauh lebih indah daripada pembuatnya?” kataku.

***

Aku sedang duduk di lounge kampus sambil memakan sandwichku. Aku butuh persiapan matang untuk quiz besok. Aku membaca catatan dari Seungwan kata demi kata, sampai semuanya bisa kucerna dengan baik.

“Hey..”

Seorang gadis datang menghampiriku dengan senyumnya yang lebar. Dia membawa sebotol air mineral di tangannya. Aku hanya melihatnya sekilas dan melanjutkan belajarku tanpa mempedulikannya yang duduk di sampingku tanpa permisi.

“Soal kejadian waktu itu. Aku minta maaf.” Ujarnya.

Aku mengernyitkan dahiku.

“Kau tau, sebenarnya... Saat aku mencari bukuku yang hilang dan dari jauh aku melihatmu menggenggamnya. Aku sudah merasa gugup untuk menghampirimu.”

Sungguh, aku tidak mengerti apa yang dia katakan. Aku tetap berusaha untuk berkonsentrasi pada apa yang sedang kupelajari. Aku memasukkan potongan terakhir sandwich ke dalam mulutku..

“Aku tahu aku tidak sopan karena aku lupa mengucapkan terima kasih.”

“Baguslah, akhirnya kau sadar.” Jawabku singkat dengan pipi yang masih penuh mengunyah sandwich.

Juhyun Unnie mendengus. “Aku ingin kau tau bahwa aku sangat gugup. Y..ya.. menurutku gadis yang berkacamata itu terlihat seksi. Kau tau kan siapa yang kumaksud, Kang Seulgi?”

UHUK!

Aku tersedak mendengar perkataannya.

Dia memanggil namaku untuk pertama kalinya. Bahkan kita tidak pernah berkenalan secara resmi. Wajar jika aku mengenalnya karena dia begitu terkenal. Tapi, jika dia tahu namaku?

Aku merasa aliran darah di pipiku semakin cepat, aku bisa merasakan kehangatannya. Pipiku dibuat memerah olehnya.

Irene tersenyum jahil dan dia berusaha membuka tutup botol yang dibawanya tadi. Dia tampak kesulitan. Lucu sekali. Kenapa seseorang bisa begitu kesulitan hanya karena membuka tutup botol?

Aku

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
hi_uuji
#1
Chapter 7: Kasian banget di drabble ini Wendy jadi third wheel terus 💔🫂
hi_uuji
#2
Chapter 4: Aduuh bgsattt ini rumit bet dah
hi_uuji
#3
Chapter 2: Anjjjjjj sakit banget 😭
hi_uuji
#4
Chapter 1: Perasaan udah pernah baca ini di wp 😭😭😭 tapi tetep kaget 😭😭😭
HaradaKim #5
Chapter 7: Kok sedih ya
bpmaknae
#6
Chapter 7: Line terakhir dari juhyun ngena bgt, gila amaze aku ama fic ini
bpmaknae
#7
Chapter 6: Keren bgt idenyaa, joohyun yg bisa liat masa lalu dan seulgi yg bisa liat masa depan ughhh
bpmaknae
#8
Chapter 4: Nooooo plot twistnya parah :'(
bpmaknae
#9
Chapter 2: Aaaa gila gatau lg ini jantung biaa deg2an gini bacanya
Seulrenefrvr #10
Chapter 7: Sedih semua ya -____-