HATRED Chapter 5

HATRED

halo pembaca yang budiman :)

terima kasih bagi para readers yang mau membaca my first story ever, jadi maaf maaf nih kalo banyak kesalahan ejaan dan kegagalan dalam membangkitkan imajinasi para readers, tapi saya sebagai author akan berusaha semaksimal mungkin wkwkwk

okedeh enjoy the story ^^

~(^^)~

Makan malam bersama Keluarga Kim berakhir dengan Hyejeong menaiki mobil Jongdae. Gadis itu sudah menolak sebisa mungkin, ia lebih baik naik bus daripada harus berdua bersama lelaki yang baru saja dikenalnya tapi sudah pasti akan menikahinya.

Tapi jika Kim Se Jung sudah memintanya, ia seolah enggan menolak. Sekali lagi, sesuatu dari wanita itu membuat Hyejeong luluh.

Kim Jongdae, penerus bisnis Kim Group, seorang General Manager berusia 24 tahun. Begitulah Kim Se Jung memperkenalkan putranya. Lelaki dengan postur yang tak begitu tinggi, mungkin tingginya hanya 1-2 cm diatas Hyejeong, tapi dengan Hyejeong yang mengenakan sepatu berhak tinggi seperti saat ini, lelaki itu tampak lebih pendek dan Hyejeong sedikit membenci fakta itu. Dia tampak mini sedangkan Hyejeong tampak seperti raksasa.

Terlalu sibuk berkutat dengan pikirannya, Hyejeong tak menyadari mereka sudah sampai di rumahnya. Jongdae turun dan membuka pintu mobil untuk Hyejeong. Ia mengulurkan tangannya untuk membantu Hyejeong tapi gadis itu menolaknya, membuat Jongdae menggaruk tengkuknya canggung.

“baiklah selamat malam Hyejeong-ssi.”

Tanpa menjawab ucapan Jongdae, Hyejeong pergi memasuki pagar rumahnya. Jongdae menggelengkan kepalanya melihat sikap Hyejeong.

~00~

Hampir semua siswa di lorong sekolah kini menatap pada keempat sahabat itu. Ini memang bukan hal yang tak biasa, karena mereka sudah terbiasa dengan tatapan para siswa yang kagum melihat ketampanan dan kecantikannya. Tapi kali ini bukan tatapan kagum yang mereka berikan. Fokus mereka ada pada Hyejeong. Berita tentang pernikahannya sudah tersebar di seluruh media massa. Banyak diantara mereka yang merasa iri karena Hyejeong bisa menikahi putra dari Kim Group yang menurut rumor tampan dan berbakat. Tapi tak sedikit juga yang mencibir bahwa Shin Group kembali memainkan kartu As untuk mengeruk keuntungan dari pernikahan itu.

Seolhyun, Sehun dan Hongbin sama terkejutnya dengan mereka. Ketiganya juga tau dari media massa, fakta bahwa mereka tau bukan dari mulut Hyejeong membuat mereka sedikit kecewa. tapi mereka memilih diam, mereka lebih baik menunggu Hyejeong mengatakan apa yang terjadi sebenarnya.

“huaaaa bukankah hari ini hari yang panjang.” Seolhyun melenguh panjang, meregangkan otot-otot tangannya. “bagaimana kalau kita nonton? Hei Sehun kau punya film baru?”

“tidak.” Jawab Sehun cepat, “dan aku tidak ingin melakukan apapun hari ini, aku mau pulang saja.” Sehun meletakkan tas dipundaknya, dan beranjak pergi, menuruni tangga meninggalkan Hongbin, Seolhyun dan Hyejeong di loteng sekolah.

“wahwah ada apa dengannya, bukankah akhir-akhir ini dia jarang sekali bersama kita.”

Hongbin dan Hyejeong tak menanggapi perkataan Seolhyun, mereka larut dalam pikiran masing-masing. Merasa diacuhkan, Seolhyun memilih bergabung bersama mereka, memandang hamparan rumput lapangan sepak bola yang tampak sepi.

“kenapa hari ini sangat membosankan, hoahm.” Seolhyun berpura-pura menguap, mencoba menarik perhatian Hongbin dan Hyejeong, yang tentu saja sama sekali tak memandangnya.

“hmm? Bukankah itu Sehun... dan Seungwan?” lagi-lagi Seolhyun berbicara tapi kini lebih kepada dirinya sendiri. Tak hanya Seolhyun yang melihatnya, gadis itu bisa merasakan Hongbin dan Hyejeong menegakkan punggung mereka dan mencoba melihat dengan jelas yang dimaksud Seolhyun.

Sehun dan Seungwan berjalan beriringan saja sudah aneh di mata mereka tapi ada yang lebih aneh dari itu jika melihat senyum mereka masing-masing, ketiga pasang mata itu melihat senyum malu, senyum berseri, bisakah senyum itu dikatakan penuh cinta? Mungkin saja.

“benar juga, aku sering melihat mereka bersama belakangan ini. di kantin, perpustakaan, aku rasa mereka juga sering pulang bersama. Benarkan Hongbin? kau kan satu kelas dengannya.”

Hongbin tak menanggapi, laki-laki itu justru menoleh pada Hyejeong, dan seperti yang diduga lagi-lagi terpancar amarah dari matanya. Sehun adalah lelaki yang dicintainya. Seungwan adalah gadis yang dibencinya. Hongbin tidak bisa membayangkan sebesar apa kini Hyejeong menanam kebencian dalam hatinya. Berjalan bersama bukan berarti mereka punya hubungan khusus, Sehun dan Seolhyun juga sering pergi bersama tapi tak pernah memiliki sesuatu diantara mereka. Tapi entah mengapa bahasa tubuh keduanya berbeda. Berbeda dengan Sehun dan Seolhyun saat jalan bersama, bahkan berbeda dengan Hongbin dan Hyejeong saat mereka masih menjalin kasih dulu.

“tapi mereka terlihat lucu bukan? Yaah Sehun sekarang sudah bisa mendekati gadis selain kita Hyejeong-ah. Pantas saja dia sering bermain dengan ponselnya, wah lihatlah bagaimana cara Sehun menatap Seungwan. Lo-ve  lo-ve  lo-ve. Kenapa aku jadi merasa bangga padanya. Cute!

“tutup mulutmu Kim Seolhyun.”

Seolhyun bisa merasakan betapa dingin kalimat yang keluar dari mulut Hyejeong. Seketika Seolhyun diam, melempar pandangan pada Hongbin yang seolah mengatakan apa ada yang salah dengan yang kukatakan?

Dengan tangan mengepal keras, Hyejeong pergi meninggalkan kesunyian antara Hongbin dan Seolhyun.

~00~

Seungwan menghela nafas panjang, ia coba singkirkan keraguannya, tangannya sudah bersiap untuk mengetuk pintu kamar itu, tapi lagi-lagi ia urungkan niatnya. Sudah sejauh ini dia melangkah, dan ia tidak boleh takut bahkan mundur. Mengurungkan niatnya untuk mengetuk pintu, Seungwan lebih memilih langsung membuka pintu yang untung saja tak terkunci. Pemilik kamar itu menoleh ke arah pintu yang terbuka.

Melihat Hyejeong yang sedang berhias Seungwan tersenyum sinis. Tanpa ragu ia menutup pintu kamar dan melangkah mendekati Hyejeong. 

 “gaun yang kau kenakan cocok sekali denganmu.”

Hyejeong menatapnya tajam, gadis itu tersenyum konyol melihat kelakuan Seungwan yang semakin hari semakin membuatnya muak. Sudah mulai berani masuk ke dalam kamarnya bahkan tanpa mengetuk pintu? Gadis yang luar biasa!

“aku tidak tau apakah kau tidak pernah diajari sopan santun atau bahkan kau tak pernah mengenal apa itu sopan santun. Pertama, kau seharusnya mengetuk pintu dulu sebelum masuk kamar orang dan kedua, jika kau kesini hanya untuk mengatakan hal itu, lebih baik silahkan pergi karena merasakan kehadiranmu di sekitarku saja sudah membuatku muak apalagi aku harus berbicara denganmu.”

 Mendengar perkataan Hyejeong membuat senyum Seungwan semakin merekah.

“hei aku hanya ingin mengucapkan selamat padamu. Bukankah menyenangkan bisa menikah di usia muda? Kau tidak perlu berpikir susah-susah untuk membangun masa depan. Masa depanmu sudah secerah lampu dikamarmu ini Hyejeong.” Senyum itu berubah menjadi tawa yang membuat telinga Hyejeong memanas.

“tutup mulutmu!!” Hyejeong hampir saja menampar Seungwan jika saja kakaknya tidak masuk ke dalam kamarnya. Ia berharap Min ah tak melihat apa yang akan dilakukannya.

Min ah menatap penuh tanya, menyangsikan keberadaan Seungwan dalam kamar Hyejeong tapi ia coba tak mempedulikannya.

“segera turun Hyejeong, acara akan segera dimulai.” Untuk terakhir kali Min ah menatap Seungwan sebelum keluar dari kamar Hyejeong.

Merasa sangat muak dengan Seungwan, Hyejeong lebih memilih mengikuti perintah kakaknya. Ia tidak peduli dengan Seungwan yang masih berada dalam kamarnya, ia hanya ingin mengakhiri pembicaraan tak bergunanya bersama Seungwan. Sementara itu Seungwan menghela nafas panjang, tak menyadari sedari tadi ia menahan nafasnya. Ia memegang dadanya yang terasa sedikit sesak, kini ia sedang bertanya pada dirinya sendiri apakah yang dilakukannya ini adalah sesuatu yang benar? Apakah tindakannya menekan seseorang adalah hal yang tepat? Tapi kemudian ia singkirkan pikiran-pikiran itu, menurutnya ini adalah hal paling tepat. Yang diterima oleh Hyejeong ini bukan apa-apa jika dibandingkan dengan kehidupannya terdahulu bersama ibunya.

Hari ini adalah hari dimana Kim dan Shin group secara resmi akan mengumumkan rencana pernikahan putra dan putri mereka. Acara yang diadakan di rumah besar keluarga Shin itu dihadiri hampir oleh semua koleganya, tak hanya itu beberapa reporter media massa juga hadir diantara mereka. Seolhyun, Hongbin dan Sehun juga berada disana. Hongbin menatap tajam pada Seolhyun yang sedang menggamit lengan Jiho, lelaki itu tidak tau sejak kapan mereka sedekat itu, apakah mereka sudah berpacaran? Ataukah mereka hanya teman “dekat”?

“ehem... kau bisa membunuhnya kalau kau terus menatapnya seperti itu.” Sehun menyadarkan Hongbin dari tatapan tajamnya pada kedua sejoli itu dan mengulurkan segelas minuman. Hongbin tersenyum kecil, memukul pundak Sehun pelan dan menerima minuman yang diberikannya.

“selamat malam semuanya, selamat datang di acara pesta malam ini.” suara presdir Shin menggema di setiap sudut ruangan besar rumahnya. “sudah lama sekali sepertinya aku tidak mengadakan acara seperti ini, waah aku sangat merindukan kalian semua.” Presdir Shin tertawa dan beberapa koleganya pun tertawa bersamanya. Tapi tawa itu terdengar menakutkan menurut beberapa dari mereka.

Presdir Kim hanya tersenyum miring, tawa itu penuh dengan ketidaktulusan, pikirnya.

“baiklah seperti yang kalian ketahui, aku mengadakan pesta ini bukan hanya karena aku merindukan kalian, tapi ada hal yang lebih penting, kabar bahagia yang sudah kita tunggu. Akhirnya Shin group dan Kim group sebagai perusahaan terbesar di Korea akan bergabung dan membangun bisnis bersama, benar begitu Presdir Kim?” Presdir Shin mengangkat gelas minumannya ke arah Presdir Kim untuk bersulang. Presdir Kim menerima dengan senyum dibibirnya.

“benar sekali, tapi kau melupakan satu hal presdir Shin, ini semua tidak akan terjadi jika saja tidak ada benih cinta yang tumbuh diantara kedua anak kita, tidak banyak yang mengetahui jika selama ini mereka sudah bersama dan memilih untuk menikah. Mungkin cukup mengejutkan tapi tidak bagi kami. Aku rasa ini memang saat yang tepat.” Presdir Kim tersenyum menatap putranya dengan bangga. “dengan rasa bangga akan aku umumkan pada kalian pernikahan anak kami, seperti yang kalian tau, Kim Jongdae, general manager yang nantinya akan menjadi pewaris utama perusahaanku, berikan salam pada mereka nak.”

Seperti yang diperintahkan sang ayah, Jongdae tersenyum dan membungkukkan badannya dalam dihadapan semua orang, membuat mereka tersenyum kagum. Banyak rumor yang beredar tentang Kim Jongdae tapi tak satupun dari rumor itu menunjukkan bahwa dirinya memiliki tabiat yang buruk. Dan melihatnya secara langsung, kini membuat mereka mengerti mengapa banyak gadis yang mengidolakannya lebih dari bintang pop terkenal.

“dan Shin Hyejeong, putri dari keluarga Shin yang akan menjadi pendamping putra kami. Hyejeong-ssi? Kemarilah nak.” Panggilan itu menyadarkan Hyejeong yang sedari tadi berdiri mematung. Hyejeong menghampiri mereka, berdiri dengan menjaga beberapa jarak dari Jongdae. Gadis itu menundukkan kepalanya, berusaha keras menghalau air mata keluar dari pelupuk matanya. Sejenak suasana menjadi hening, hanya suara jepretan kamera beberapa reporter yang terdengar. Mereka semua menanti Hyejeong mengatakan sesuatu, tapi mereka tidak tau jika Hyejeong membuka mulutnya mungkin saja tangisnya akan pecah.

Perlahan tapi pasti Jongdae kini yang menghampiri Hyejeong, menutup jarak diantara mereka dengan mengaitkan jari jemarinya dengan milik Hyejeong, gadis itu seketika menatap Jongdae dan yang ia temukan hanya senyuman lembut, tapi didalamnya Hyejeong bisa merasakan sesuatu yang mengatakan semuanya akan baik-baik saja. Hal itu sudah cukup membuat Hyejeong memberanikan diri menatap banyak orang dihadapannya. Ia tersenyum kecil, sebelum memberikan salam dan membungkukkan badannya. Dan entah siapa yang memulai, kini suara tepuk tangan mulai memenuhi seluruh isi ruangan. Tapi tidak dengan Seolhyun, Hongbin dan Sehun. mereka bertiga menatap Hyejeong, melihat bagaimana tubuh Hyejeong sedikit gemetar, melihat bagaimana matanya yang berkaca-kaca, melihat bagaimana senyumnya yang terlihat palsu. Apa benar mereka menikah karena saling mencintai? Berapa banyak lagi rahasia yang dimiliki Hyejeong?

“Waah bukankah keputusan yang diambil Hyejeong termasuk keputusan yang cukup besar? Hmm? Seolhyun-ah?” Pertanyaan Jiho ini yang mulai menyadarkan Seolhyun dari lamunannya tentang Hyejeong. Ia hanya membalas Jiho dengan senyum singkat, terlalu banyak hal yang ada didalam pikiran dan hatinya saat ini.

Kerutan di alis Hongbin semakin lama semakin dalam, sama dengan Seolhyun ia kini mencoba mengingat apakah Hyejeong pernah membicarakan soal dirinya yang sedang menjalin hubungan atau setidaknya tingkah lakunya yang menandakan bahwa ia sedang memiliki hubungan khusus dengan seorang lelaki. Tapi Hongbin tak menemukan jawabannya, sepanjang yang ia tahu Hyejeong masih memendam perasaannya pada Sehun.

Sementara itu Sehun disebelahnya juga mengerutkan alisnya dalam, “kau tidak menganggap semua yang dikatakan lelaki itu benar kan?” Sehun berbisik pada Hongbin, ia lipat kedua tangan didadanya, menganalisis situasi dihadapannya. “aku tidak percaya Hyejeong menyetujui rencana konyol ini.” Sehun tersenyum kecut.  Mendengar pernyataan Sehun membuat ia semakin yakin kalau ada sesuatu yang tidak benar dengan semua ini.

“lalu bagaimana dengan klarifikasi anda tentang rumor bahwa anda memiliki anak gadis dari wanita lain sehingga membuat istri anda bunuh diri?”

Semua orang memandang reporter yang bertanya itu. Sama seperti reporter itu mereka juga penasaran dengan keberadaan gadis itu. Wajah Predir Shin tampak menegang tapi ia kemudian memaksakan senyum hadir diwajahnya.

“baiklah, apa yang kau katakan itu tidak semuanya salah.” Beberapa orang mulai berbisik satu sama lain. Mengerti siapa yang sedang dibahas sekarang, sangat menarik perhatian Sehun, lelaki itu juga sangat menunggu pernyataan dari presdir Shin tentang Seungwan.

“gadis yang kalian maksud memang putriku dari wanita lain, tapi bukan berarti setelah mengetahui semuanya istriku memutuskan bunuh diri. Bukankah kalian semua tau jika istriku meninggal karena serangan jantung, apa perlu aku menunjukkan surat kematiannya atau aku juga harus mendatangkan dokter yang sudah menangani istriku?”

Hyejeong merasakan dadanya sesak mendengar pernyataan ayahnya.

“istriku sudah mengetahui semuanya dan dia bisa mengerti keadaanku. Ini semua memang kesalahanku, tidakkah diantara kalian semua pernah berbuat kesalahan?”

Hyejeong menggigit bibir bawahnya menahan amarah yang semakin menggebu dalam hatinya. Jongdae bisa merasakan tangan Hyejeong semakin kuat menggenggam tangannya.

“lalu dimana anak itu sekarang? Apa benar kau membuangnya begitu saja?” reporter lain kembali bertanya.

“kenapa kalian jadi sangat penasaran dengan hal ini, bukankah hari ini adalah hari bahagia. Tolong hargai pasangan yang sedang berbahagia ini.” kali ini Presdir Kim yang membuka mulut. “maafkan aku Presdir Shin, tapi aku mohon mungkin kau bisa menjelaskan semuanya di lain kesempatan, karena aku tidak ingin menghancurkan suasana yang gembira ini. baiklah aku rasa sudah cukup untuk pertanyaannya dan sekarang selamat menikmati pesta ini, kalian bisa menikmati hidangan yang sudah disediakan.”

Walaupun kecewa dengan akhir dari klarifikasi ini tapi semua orang mulai membubarkan diri untuk menikmati pesta, mulai dari berdansa mengikuti alunan musik sampai menikmati hidangan yang disajikan pada mereka. Sehun berdecak melihat semua yang terjadi dihadapannya, kemudian ia menyapu pandangannya kepada semua orang di pesta itu. Ia mencoba mencari gadis itu, Seungwan seharusnya juga hadir di pesta ini tapi sejak acara dimulai ia sama sekali tak melihat keberadaannya. Pandangannya kemudian berhenti pada bayangan gadis yang ada di jendela besar yang mengarah ke taman rumah ini. tanpa ragu Sehun menghampiri bayangan itu dan melangkah keluar menuju taman. Seperti dugaannya, Seungwan sedang duduk disana dan memandang kosong ke arah kolam renang yang memantulkan cahaya bulan dalam airnya. Untuk pertama kalinya sejak pesta dimulai, Sehun tersenyum.

“merindukanku?”

Seungwan menoleh ke arah sumber suara, dan bertemu dengan Sehun yang tersenyum semakin lebar. Seungwan hanya berdecak tak menjawab pertanyaan Sehun. ia kembali memandang pancaran sinar bulan dalam genangan air. Kini hanya keheningan yang ada diantara mereka, tapi keheningan itu membuat mereka nyaman, larut dalam pikiran masing-masing. Sehun tidak ingin bertanya mengapa Seungwan tak bergabung di pesta itu, Sehun tidak ingin bertanya apa Seungwan tau apa yang sedang terjadi didalam sana, Sehun hanya ingin menikmati kebersamaan mereka dalam diam. Pikiran Sehun melayang pada hari pertama kali mereka bertemu, ia sedikit menyesali kenapa harus bersikap dingin pada Seungwan. Seolhyun dan Hongbin benar, Seungwan gadis yanng baik. Sehun bisa mengerti bagaimana perasaan Hyejeong, tapi ini semua bukan salah Seungwan. Gadis itu mungkin sama menderitanya dengan Hyejeong, atau bahkan lebih. Ia tumbuh tanpa sosok seorang ayah, dan ia tumbuh mengetahui dirinya adalah seorang anak yang ia sendiri tak tau apakah ia adalah anak yang memang diinginkan lahir ke dunia ini atau hanya anak bagian dari sebuah pelampiasan orang tuanya. Walau sedikit ragu Sehun akhirnya memberanikan diri memegang tangan Seungwan. Ia menggenggamnya lembut, Seungwan sedikit tersentak dengan gerakan Sehun.

“kau baik-baik saja?”

Seungwan melihat ketulusan dimata Sehun dan itu membuat dadanya sesak. tidak pernah ada yang memandangnya seperti itu selain ibunya, dan kini ia benar-benar merindukan ibunya. Seungwan membalasnya dengan anggukan dan senyum manis dibibirnya.

~///~

Hyejeong memilih memisahkan diri dari kerumunan beberapa orang yang entah itu mengucapkan selamat padanya atau bertanya macam-macam padanya. Ia bisa melihat kakak dan suaminya sedang berdansa, mereka terlihat manis walaupun sedikit kesusahan karena perut besar yang menghalangi mereka berdua berdansa. Hyejeong merasakan kebahagiaan tapi juga kesedihan saat melihatnya. Mereka terlihat sangat saling mencintai dan begitu bahagia terlepas dari fakta bahwa ayahnya seperti tak lagi menganggap mereka bagian dari anggota keluarga. Tapi fakta bahwa dirinya tak akan merasakan kebahagiaan itu membuat ia mengasihani dirinya sendiri. Hyejeong kini melihat lelaki yang berdiri tak jauh darinya. Kim Jongdae tampak tersenyum pada hampir setiap orang yang menghampirinya. Hyejeong hampir tidak pernah melihatnya tidak tersenyum bahkan sejak mereka pertama kali bertemu. Jongdae lelaki yang baik, Hyejeong bisa merasakan itu. Dia juga masih cukup muda, dia bukan lelaki tua yang sengaja dijodohkan dengannya seperti drama dalam layar kaca. Dia juga cukup tampan, bukan lelaki aneh seperti dalam kisah-kisah perjodohan menyedihkan yang selama ini Hyejeong tau. Tapi dengan fakta itu bukan berarti dengan mudah Hyejeong jatuh cinta padanya. Apa yang sebenarnya membuat laki-laki itu juga menyetujui pernikahan ini? Dengan perawakan tampan dan pewaris utama perusahaan besar di Korea, bukan tidak mungkin ia bisa memiliki kekasih bahkan bisa lebih dari satu. Ia bisa memilih wanita yang lebih cantik dibanding dirinya, memilih wanita dengan pemikiran dewasa bukan anak ingusan seperti dirinya.

“kau memandangnya seperti sedang menelanjanginya.” suara Hongbin membuyarkan lamunan Hyejeong. Gadis itu memukul pelan dada Hongbin karena perkataannya tadi. Mereka saling melempar senyum, Hyejeong selalu bisa merasa lebih tenang bersama Hongbin. Lelaki itu seolah bisa membantu memikul beban yang Hyejeong alami.

“sepertinya dia lelaki yang baik, kau pintar juga memilihnya hmm?”

“kami dijodohkan.” Seketika Hyejeong mengatakannya, mencoba menghindari tatapan mata Hongbin.

Akhirnya Hyejeong membuka mulutnya. Walaupun Hongbin sudah menduga bahwa ini semua adalah perjodohan, tapi Hongbin ingin benar-benar mendengar itu dari mulut Hyejeong. Hongbin memegang pundak Hyejeong dan berusaha membuat Hyejeong kembali menatapnya.

“kau pikir aku tidak tau? Aku bisa tau ini semua semudah aku membalikkan telapak tanganku. Kau bisa membodohi mereka semua tapi tidak denganku, Seolhyun atau Sehun. Kami semua tau.”

Seketika air mata menuruni pipi Hyejeong, ia tak lagi bisa membendungnya, ia mulai terisak, ia tidak peduli jika ada yang melihatnya menangis sekalipun, tidak peduli jika semua orang tau fakta yang sebenarnya, ia tidak bisa lagi menutupinya, tidak bisa lagi memasang senyum palsu dihadapan mereka semua. Hongbin hanya bisa mengelus punggung Hyejeong, berharap bisa sedikit membuat tangisnya reda.

-00- TO BE CONTINUE -00-

 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
ohpearl #1
Chapter 4: lebih seneng kalo wendy yg lebih kesiksa sebenernya di banding hyejeong.... wenhun....lovpisan.... coba kim jongin, aku bkal setuju kalo nanti misal si wendy gantiin hyejeong buat nikahin jongin.... wkwk... abaikan aja author.... apapun yg anda buat saya akan suka.... ditunggu next nya
ara2712 #2
Chapter 2: Yay wenhun!! Somehow, hyejeong cocok juga jadi jahat, tapi semoga ngga lama-lama jahatnya hehe author-nim fighting!
alfors
#3
I wonder what would happen next?