HATRED Chapter 1

HATRED

Seungwan menahan teriakan di ujung bibirnya. Tubuhnya gemetar melihat sang ibu berlumuran darah.

“aaa...aa.aapa yang te..terjadi?” kata gadis itu terbata.

Ibunya hanya bisa mengulurkan sepucuk amplop, darah terus keluar dari mulutnya sejalan dengan air mata Sengwan yang terus mengalir.

“pergilah! Baa..bba..bbawa ini bber.. bersamamu.”

Dada Seungwan terasa sesak, didepan matanya sang ibu meregang nyawa. Tak pernah sekalipun terpikir dalam benaknya melihat sang ibu menghadapi ajal begitu tragis.

Seungwan tau ia harus segera pergi sebelum dirinya bernasib sama seperti ibunya. Seungwan ingin berteriak sekencang mungkin, hatinya berteriak bahwa tidak, ia tidak ingin meninggalkan ibunya sendiri, ya ia lebih baik mati bersama ibunya, ya lebih baik ia dibunuh sama atau bahkan dengan cara yang lebih kejam daripada sang ibu. Tapi tidak, pikirannya berkata lain. Ia harus pergi mengambil apa yang harus ia miliki. Ia harus bahagia demi sang ibu.

“lakukan apa yang harus kau lakukan.. uhuk..” sekali lagi darah keluar dari mulut sang ibu, Seungwan hanya bisa memeluknya erat tak peduli dengan bajunya yang berlumuran darah. Ia mengangguk, ia tau apa yang harus dilakukannya.

Terdengar suara langkah kaki yang membuat Seungwan membeku, “pergilah cepat!” seru ibunya parau. Dengan tubuh yang gemetar Seungwan meninggalkan ibunya yang tergeletak meregang nyawa sendiri. Untuk terakhir kalinya ia menatap sang ibu sebelum untuk selamanya ia tak akan pernah melihatnya lagi.

~00~

Seungwan melangkahkan kakinya, dengan tangan gemetar ia coba ketuk pintu rumah megah itu. Pintu itu tidak bergeming, ia coba ketuk lebih kuat berharap ada jawaban. Sebelum ia mengetuk pintu untuk ketiga kalinya, pintu terbuka menampakkan pelayan yang segera membungkukkan badannya.

“Selamat pagi. Ada keperluan apa nona?”

“Bisakah aku bertemu dengan tuan Shin?” katanya berbisik, jika saja situasi tidak setenang ini maka Seungwan yakin pelayan itu tak akan mendengar apa yang dikatakannya.

“maaf, apakah anda sudah membuat janji?”

“tidak...tidak... aku... aku mohon bisakah aku bertemu dengannya?”

Suara gadis itu masih terasa berbisik, ia mengulurkan amplop itu pada sang pelayan, tangannya bergetar. “berikan ini padanya.”

Sebelum pelayan sempat mengambil amplop itu, sebuah tangan lebih dulu mengambilnya.

Tangan Seungwan mengepal kuat, akhirnya ia bertemu dengannya, dengan orang yang selama ini membuatnya membayangkan seperti apa ia sekarang, seperti apa ia sesungguhnya jika dibandingkan dengan foto yang selama ini ia lihat.

“ayah...” bisik gadis itu, matanya berkaca-kaca.

Lelaki paruh baya itu mengerut melihatnya.  Tangan Seungwan meraih kalung yang dipakainya, mengisyaratkan agar lelaki yang dipanggilnya ayah melihatnya. Rahang lelaki itu mengeras, ia mengenal kalung yang dipakainya, ia tau kepada siapa kalung itu diberikannya. Lelaki itu membuka amplop yang ada ditangannya. Ia melihat sepucuk surat dan sangat mengenal tulisan didalamnya dan sebuah foto, foto dirinya bersama perempuan yang selama ini dirindukannya.

“kkkaau...kau putri Youngji? Son Youngji?”

Seungwan mengangguk, “ayah..”

Lelaki itu meraih pundak Seungwan, memandangnya lama sebelum akhirnya memeluk Seungwan erat. Air mata Seungwan tak lagi dapat dibendungnya. Tubuhnya masih bergetar.

-00-

Hyejeong mengepalkan tangannya kuat. Jika tatapan mata bisa membunuh maka sudah pasti nyawa Seungwan melayang begitu saja di tangan Hyejeong.

“tidak ayah. Aku tidak akan menyetujui gadis ini tinggal bersama kita.” Katanya tegas, masih menatap Seungwan.

“kau tidak akan memutuskan apapun, Shin Hyejeong.” Balas ayahnya keras.

Saat ini, di ruang tamu, semua berkumpul, mendengarkan keputusan tuan Shin tentang Seungwan yang akan menjadi bagian dari keluarga Shin.

“ayah percaya begitu saja padanya? Bagaimana kalau dia berbohong? Anak simpanan huh?” Hyejeong tersenyum sarkastik.

“Shin Hyejeong!!” teriakan tuan Shin mengagetkan Seungwan. Ia masih takut, benar-benar takut, tapi ia coba bertahan.

Sementara itu air mata mulai menuruni pipi Hyejeong. Belum genap satu tahun ibunya pergi meninggalkan dunia, sekarang ia harus menerima kenyataan bahwa ayahnya memiliki simpanan dan anak haram itu.

“Hyejeong-ah..” kata Shin Min ah –sang kakak- pelan. Perempuan itu memegang pundak Hyejeong yang tegang. Ia juga terkejut, ia juga membenci apa yang dilakukan ayahnya, sama seperti Hyejeong. Tapi Min ah tidak suka berdebat, kepalanya mulai pusing, terlebih dengan kandungannya yang mulai membesar.

“lepaskan aku kakak! Jika ayah tetap membiarkan gadis ini tinggal disini, baiklah, aku yang akan pergi dari rumah ini.” teriak Hyejeong, ia coba lepaskan tangan sang kakak yang coba menghalanginya.

“tidak Hyejeong, sudahlah kita harus bisa menerima keputusan ini.” Min ah kini memegang lengan Hyejeong yang memberontak, “Shin Hyejeong!.... ackh..” Min ah memegang perutnya saat merasakan sakit yang luar biasa, sebelum akhirnya tak sadarkan diri.

“kakak! Kakak..”

~00~

Hyejeong menatap kakaknya nanar, demi sang kakak ia rela menyetujui keputusan ayahnya dan tetap tinggal dalam rumah yang sama. Hyejeong menggenggam tangan kakaknya yang terbaring lemah. Air mata terus mengalir dari mata indahnya, ia tak bisa berkata apa-apa. Belakangan, terlalu banyak hal tak terduga yang dialaminya, semua berawal saat ia menemukan tubuh ibunya tergantung di kamarnya. Bunuh diri. Dan entah mengapa sang ayah tampak tak merasa kehilangan, Hyejeong yakin itu, karena di hari pemakaman ibunya, sang ayah justru lebih memilih perjalanan bisnis ke luar negeri. Sekarang ada seorang gadis diluar sana yang mengaku sebagai anak dari ayahnya, jika Hyejeong menghubungkan titik demi titik yang ada, kini ia menyadari mungkin inilah alasan ibunya bunuh diri, inilah alasan mengapa ayahnya tak menghadiri acara pemakaman. Ayahnya memiliki wanita lain dan mengkhianati ibunya.

“istirahatlah. Kau pasti lelah. Min ah sudah tidak apa-apa, aku yakin dia akan semakin baik besok, dia hanya perlu istirahat untuk saat ini. begitu juga denganmu”

Kim Woo bin –suami Min ah- memegang pundak Hyejeong, mengisyaratkan agar Hyejeong pergi ke kamarnya dan beristirahat. Hyejeong mengangguk lemah. Saat ini, di dunia ini yanng ia percaya hanya Min ah dan Woo bin. Hyejeong menyayangi mereka begitu juga sebaliknya.

Hyejeong berjalan lemah menuju kamarnya, seluruh tubuhnya terasa lelah. Ia berharap semua yang terjadi padanya saat ini hanyalah mimpi dan ia akan terbangun melihat senyum ibunya yang kini hampir setiap hari dirindukannya.

“bagaimana keadaan Min ah-ssi?”

Hyejeong menghentikan langkahnya, menatap sayu pada gadis di depannya. Ia tak mau lagi berdebat tapi gadis ini muncul begitu saja dihadapannya. Hyejeong hanya diam, mencoba mengabaikan pertanyaan Seungwan.

“aku tau kau membenciku. Tapi ini bukan salahku. Tidak ada diantara kita yang bersalah. Aku, kau, ayahmu, mungkin sudah ditakdirkan bertemu.”

“sudah cukup! Aku tak mau lagi berbicara denganmu. Kau boleh tinggal disini tapi bukan berarti aku akan menganggapmu sebagai bagian dari keluarga ini. Jadi jangan pernah berharap untuk bicara padaku lagi, aku sudah muak!” rahang Hyejeong mengeras menahan amarah dalam hatinya.

Hyejeong meninggalkan Seungwan yang masih terpaku. Seungwan bertanya-tanya apa yang ia perbuat di kehidupan sebelumnya hingga ia harus menjalani hidup seperti sekarang ini.

Ia benci dengan apa yang diperbuatnya, ia benci harus menyakiti hati orang lain. Perlahan air mata keluar membasahi pipinya. Seungwan juga menderita.

~00~

Hari ini hari pertama Seungwan memasuki sekolah baru, ia tutup matnya, menarik nafas panjang. Bisa menemukan tempat seperti ini membuat Seungwan merasa tenang, loteng sekolah yang menurut banyak anak angker tapi ia tak peduli ia hanya butuh ketenangan. Ia coba lepaskan pikirannya dari apapun yang terjadi dua hari ini. Hari ini tak jauh lebih baik dari kemarin, Hyejeong masih tetap bersikap dingin padanya –bukan hanya Hyejeong tapi seluruh penghuni rumah itu. Tuan Shin memang menyambutnya dengan baik tapi ia lebih mementingkan bisnisnya. Ambisius, pikirnya. Gadis itu menatap lapangan sepak bola dihadapannya. Melihat beberapa siswa yang mulai berlalu lalang.

KRAK!!

Mata Seungwan sontak terbuka, melihat ke arah sumber suara. Melihat beberapa tongkat kayu yang berserakan. Angin hari ini tidak begitu kencang sehingga harus merobohkan beberapa kayu itu. Seungwan mulai melihat sekelilingnya, tak ada siapapun, bulu kuduknya berdiri. Tidak, ia tidak percaya dengan cerita misteri.

“oh !!”

Kini ia mendengar suara seseorang, Seungwan melangkahkan kakinya mundur, bersiap jika memang ia melihat sesuatu muncul.

“siapa di sana?” ia bertanya tapi tak mendapat jawaban.

Ia melihat tirai berwarna merah itu –tempat beberapa tongkat berjatuhan-, dengan mengumpulkan segenap keberanian, Seungwan menghampiri suara itu, kakinya melangkah ragu.

“hei, hellooo...”  . Suara itu masih tak menjawab.

“waaaaa!!!”

“huaaaaaa!!”

Seungwan berteriak. Lelaki itu berteriak.

“siapa kau?” tanya Seungwan, matanya masih terbelalak, jantungnya berdegup kencang saking kagetnya.

“aiish berisik!” jawab lelaki itu.

Seungwan masih melihat lelaki itu,  memakai baju yang sama dengannya Seungwan baru menyadari ia  juga salah satu siswa sekolah ini.

“siapa kau? Apa yang kau lakukan disini?” pertanyaan itu muncul dari mulut Seungwan. Dan lagi-lagi lelaki itu tidak menjawab. Lelaki dengan tubuh tegap itu malah menggerutu sambil mengacak-acak rambutnya. Seungwan tak bisa mendengar apa yang dikatakannya.

“hei, aku bertanya padamu..”

“Oh Sehuuuun~”

Sebelum pertanyaan Seungwan terjawab, ia kembali mendengar suara –yang ia yakini seorang gadis- dari arah tangga.

“hei Oh Sehuuun, aku membawakanmu kimbap...oh hai”

Kim Seolhyun –pemilik suara itu- mennyadari keberadaan Seungwan, “kau gadis baru itu, bukan?”

Seungwan hanya tersenyum kecil dan membungkukkan sedikit kepalanya. Tubuhnya mematung saat melihat gadis dibelakang Seolhyun, ia melihat Hyejeong yang tersenyum lebar, tapi memudar seiring ia melihat Seungwan. Mereka beradu pandang.

“apa yang kau lakukan disini?”

-00- TO BE CONTINUE -00-

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
ohpearl #1
Chapter 4: lebih seneng kalo wendy yg lebih kesiksa sebenernya di banding hyejeong.... wenhun....lovpisan.... coba kim jongin, aku bkal setuju kalo nanti misal si wendy gantiin hyejeong buat nikahin jongin.... wkwk... abaikan aja author.... apapun yg anda buat saya akan suka.... ditunggu next nya
ara2712 #2
Chapter 2: Yay wenhun!! Somehow, hyejeong cocok juga jadi jahat, tapi semoga ngga lama-lama jahatnya hehe author-nim fighting!
alfors
#3
I wonder what would happen next?