HATRED Chapter 2

HATRED

“wow wow hei Shin Hyejeong ada apa denganmu huh? Kau mens? Moodmu jelek sekali hari ini.” Seolhyun mendapat tepukan kecil di lengannya dari Sehun, karena ia berbicara sebelum menelan kimbap dimulutnya, membuat beberapa potongan kecil keluar dari mulutnya.

“padahal bukankah lebih baik jika dia disini, mungkin dia bisa menjadi bagian dari kita.” Lanjut Seolhyun sambil membalas pukulan kecil pada Sehun.

“tidak!”

“tidak!”

Sehun dan Hyejeong serentak menjawab. Mereka bertiga masih berada di loteng sekolah, menikmati kimbap yang dibawa oleh Seolhyun. Sebelumnya Seolhyun mengajak Seungwan untuk bergabung bersama mereka, tapi tentu saja Hyejeong menolak mentah-mentah. Sebisa mungkin Hyejeong harus terus menjauh dari gadis itu.

“huaaa.. ok ok. Sejak kapan kalian menjadi picky huh. Chill dude! Hahaha...haha...ha...ha..ha” Seolhyun tertawa garing, karena tak ada yang tertawa bersamanya.

“Yak Kim Seolhyun, kenapa kau selalu mencoba membawa orang lain diantara kita huh? Kau sudah bosan.” Balas Hyejeong setelah menelan susah payah kimbap dalam mulutnya.

“hmm” Sehun membenarkan, “ lagipula dia...” tangan Sehun membuat gerakan abstrak diudara sebelum ia menunjuk pada kimbap dihadapannya, membuat Seolhyun dan Hyejeong mengikuti gerakan tangannya, “....dia bisa mengambil jatah makan kita.”

“aigoo!!” Seolhyun dan Hyejeong serempak melempar plastik kosong pembungkus kimbap ke arah Sehun, membuat lelaki tampan itu memekik.

“hei.. dimana Hongbin?” tanya Hyejeong, tak menghiraukan umpatan-umpatan kecil yang keluar dari mulut Sehun.

“Lee Hongbin, dimana lagi kalau bukan....” Seolhyun menunjuk ke arah belakang tubuhnya.

Tanpa banyak bertanya Hyejeong, berdiri dan berjalan ke arah  tembok beton yang tak begitu tinggi itu. Ia memandang ke bawah, menyapu pandangan ke arah  lapangan basket yang cukup jauh dibandingkan lapangan sepak bola yang langsung tepat di depan matanya. Hyejeong tersenyum, ia bisa dengan mudah mengenali Hongbin yang sedang berlari bermain basket.

“waaaah dia memang sangat keren. Lee Hongbin, kapten tim basket.” Seolhyun mengikuti Hyejeong, memperhatikan bagaimana Hongbin melempar bola basket kesana kemari. “untunglah dia bagian dari kita, kalau tidak hmm bisa gila aku karena kalian pasti tak akan mengijinkanku menambah siapapun diantara kita.”

Seolhyun menopangkan kedua tangannya. Melihat ke arah Hongbin penuh kagum. Hyejeong disampingnya juga tersenyum simpul. Memandang ke arah lelaki tampan itu penuh kagum.

“ayo! Kita berikan kimbap miliknya.” Kata Hyejeong menyadari bahwa masih ada kimbap yang tersisa memang untuk Hongbin.

“yak Oh Sehun!!” teriak Hyejeong saat berbalik dan menyadari seluruh kimbap yang ada telah habis dan tak ada lagi Sehun duduk disana. Semua kimbap sudah dimakan habis oleh Sehun.

~00~

Hyejeong, Sehun, Seolhyun dan Hongbin, kini duduk bersama di sebuah cafe dengan interior serba pink tapi bernuansa vintage, yang tak begitu ramai dengan pengunjung. Mereka selalu memilih tempat paling pojok tetapi tetap dekat dengan jendela besar yang menampakkan beberapa pejalan kaki berlalu lalang.

“yah thanks Sehun-ah.” Hongbin tersenyum lebar melihat beberapa cake yang tersaji dihadapannya.

“aissh! Ya Tuhan ampunilah dosa mereka.” Balas Sehun sambil mengaitkan kedua tangannya dan memandang ke arah atap cafe seolah sedang berdoa.

Seolhyun dan Hyejeong hanya bisa tertawa melihat kedua sahabatnya bertingkah konyol. Kedua gadis itu memaksa Sehun untuk membayar semua makanan yang dipesan Hongbin karena ia sudah memakan  kimbap milik Hongbin.

Seolhyun memandang sekeliling cafe saat merasa ada seseorang yang memandang mereka, dan benar saja tidak jauh dari mereka ada beberapa siswa dari sekolah yang sama dengan mereka tetapi nampaknya mereka adalah seorang junior. Hal ini memang sudah biasa terjadi pada keempat orang itu. Di sekolah maupun luar sekolah pasti akan ada yang berdecak kagum melihat keempatnya.

Bagaimana tidak,

Kim Seolhyun, gadis dengan kulit eksotis itu menjadi dambaan hampir semua lelaki disekitar mereka, muda bahkan tua. Terutama jika melihat dari bentuk tubuhnya yang bisa dibilang sempurna. Walaupun sikapnya kekanak-kanakan tapi itulah yang menjadi daya tariknya. y but cute.

Lee Hongbin, lelaki dengan senyum seribu watt-nya, mampu membuat gadis disekitarnya mabuk kepayang. Selain sikapnya yang easygoing, Hongbin juga terkenal atletis, terutama untuk basket. Seorang ketua organisasi siswa dengan pencapaian akademik yang tak usah diragukan lagi. Almost perfect.

Oh Sehun, lelaki yang mampu membuat tak hanya gadis tapi juga lelaki akan menengok padanya hanya karena kehadirannya diantara mereka. Aura kuatnya  membuat para gadis yanng melihatnya tak bisa berpaling dan membuat para lelaki iri melihat wajah tampannya. Tapi dibalik itu semua hanya sahabat-sahabatnya-lah yang tau bahwa hati Sehun begitu lembut dan loyal. Handsome baby.

Dan yang terakhir,

Shin Hyejeong, gadis yang mempunyai aura sama kuatnya dengan Sehun, gadis yang tak kalah seksi dibandingkan dengan Seolhyun, gadis yang juga memiliki pencapaian akademik yang tak kalah dengan Hongbin. Dia memiliki sifat keras kepala yang terkadang membuat banyak gadis menjauhinya karena risih tapi tak jarang beberapa gadis memujanya karena pembawaannya yang tampak cool. Chic girl.

“yah...” Seolhyun mengisyaratkan pada ketiga orang didekatnya untuk melihat pada meja yang dimaksud.

Sehun dan Hyejeong hanya menghela nafas panjang dan mengacuhkannya saat melihat apa yang dimaksud Seolhyun. Sementara Hongbin tersenyum manis, membuat gadis-gadis dimeja itu berteriak kecil dan menutup mukanya yang memerah, sebelum kembali mengalihkan pandangan pada Seolhyun yang tersenyum pada Hongbin.

“Wow Lee Hongbin jjang!” gadis itu mengacungkan jempol pada Hongbin.  Diantara mereka berempat memang Seolhyun dan Hongbin yang bisa dibilang paling ramah pada “fans” mereka.

Bunyi lonceng kecil diatas pintu cafe membuat Seolhyun mengalihkan pandangannya. Gadis itu memang suka mengamati hal-hal disekitarnya.

“oh Seungwan-ah!” teriaknya saat melihat Seungwan berjalan memasuki cafe. Seolhyun melambaikan kedua tangannya tinggi-tinggi. Sehun dan Hongbin sontak melihat Seungwan yang berdiri kikuk di tengah cafe.

Seungwan mengampiri mereka dengan senyum kecil, dalam hati kecilnya merutuki kenapa ia terus bertemu dengan Hyejeong.

“hei bergabunglah....” belum sempat Seolhyun menyelesaikan perkataannya, Seungwan sudah menarik kursi dari meja lain untuk bergabung bersama mereka.

“ah..haha..hahaha..ha good.” Seolhyun coba menyembunyikan susana aneh dalam tawanya yang garing.

Sementara itu Hongbin hanya melihat gerak-gerik Seungwan, sebelum mengulurkan tangannya, “Lee Hongbin.” Ia perkenalkan dirinya secara tiba-tiba, membuat Seungwan menerima uluran tangannya dengan ragu.

“ah... Seungwan, Son Seungwan.”

“waaah benar juga, kalian belum pernah bertemu sebelumnya, hanya aku dan Hyejeong yang mengetahuinya. Yah Sehun-ah kau tidak ingin berkenalan juga dengannya?” Seolhyun menendang kecil kaki Sehun dibawah meja, tapi Sehun hanya bersikap acuh, membuat suasana semakin aneh.

“Oh Sehun. Dance. Basket.” Tiga kata itu meluncur dari mulut Seungwan membuat mata Seolhyun sedikit terbelalak.

“wow entah kenapa tiga kata itu benar-benar menggambarkanmu Oh Sehun. Hei wan-ah rupanya kau mengenalnya?”

“seluruh sekolah juga tau tentang kallian.” Jawab Seungwan dengan senyum kecil.

“ow ok.. baiklah kalau begitu aku juga akan memperkenalkan gadis ini pada kallian. Seperti yang kalian tau namanya Son Seungwan, dia baru saja pindah sekolah dari emm.... aku rasa tidak penting dia pindah dari mana, karena aku juga tidak mengetahuinya, haha. Dan dia baru pindah pagi ini. dan yang terakhir dia satu kelas denganku dan Hyejeong.” Seolhyun tersenyum lebar, ia ulurkan tangannya pada pundak Hyejeong, memeluknya dari samping.

“senang bisa mengenalmu, Seungwan-ssi” kata Hongbin tersenyum manis ke arah Seungwan.

“ah panggil aku Seungwan saja.” Seungwan berkata cepat saat mendengar Hongbin memanggilnya dengan formal.

“ayolah Sehun, Hyejeong, kenapa kallian keras kepala sekali. Lihatlah bukankah Seung –“

“aku pulang saja.” kata Hyejeong sambil berdiri dari kursinya.

“apa? Hei Shin Hyejeong, kau saja belum memakan cakemu, hei...” Seolhyun mencoba membuat Hyejeong kembali duduk tapi semuanya sia-sia, karena sifat keras kepala Hyejeong.

“aku tidak nafsu makan, aku muak!” Hyejeong mengeratkan rahangnya, kedua tangannya terkepal kuat. lagi-lagi ia menatap mata Seungwan tajam. Gadis itu beranjak pergi meninggalkan Seolhyun dan Hongbin yang bingung, Sehun yang hanya bisa menghela nafas panjang, dan Seungwan yang tersenyum pahit.

~00~

“maaf  nona, tapi saya tidak bisa mengabulkan permintaan nona.” Sopir itu menundukkan kepalanya dalam pada Hyejeong.

“oh ayolah ahjussi, kalau sampai ada apa-apa denganmu aku yang akan menanggungnya.” Hyejeong masih meminta dengan keras kepala.

Pagi ini dia hanya ingin mengendarai mobilnya sendiri ke sekolah tanpa sopir itu saja, tapi sang sopir tak kalah keras kepala dengan Hyejeong. Ia sudah diperintahkan untuk selalu menemani Hyejeong kemanapun ia pergi. Jika pergi bersama sopir itu artinya Hyejeong akan satu mobil dengan Seungwan dan Hyejeong tidak mau itu terjadi (lagi).

Hyejeong menatap sopirnya jengkel, ia menghela nafas panjang, matanya nampak mengawasi sekitar sebelum ia menarik kunci mobil yang ada di tangan sopir.

“aha! Tenang saja ahjussi kalau ayah marah, serahkan saja padaku.” Dan ia berhasil mengambil kunci itu, kemudian menepuk pelan pundak sopir itu. Sebelum sopir itu sempat mengambil kembali kunci mobil, Hyejeong sudah berlari memasuki mobil, menyalakan mesin dan pergi menninggalkan sopir yang mengacak-acak rambutnya karena frustasi.

“oh  selamat pagi nona.” Sopir itu kembali menundukkan kepalanya saat melihat Seungwan. Gadis itu membalas dengan senyum kecil.

“maaf  nona, saya akan mencari mobil lain untuk nona.” Sopir itu menyadari bahwa Seungwan melihat apa yang baru saja dilakukan majikan yang lainnya itu.

“ah tidak usah ahjussi, aku naik bus saja.” gadis itu mencegahnya . “sungguh. Aku sudah terbiasa naik bus, lagipula masih ada cukup waktu. Baiklah aku pergi dulu.”

“ta..tapi....”

Gadis itu berjalan keluar meninggalkan sopir yang kembali mengacak-acak rambutnya frustasi.

“kenapa dengan semua orang hari ini, haissh! Ya Tuhan selamatkan aku dari simba.” –Simba- sebutan untuk tuan Shin.

Sementara itu, tak butuh waktu lama bagi Seungwan untuk menunggu bus berikutnya, ia menaiki bus yang berisi hampir semua dengan siswa sekolah. Karena sudah tak ada lagi tempat kosong untuk duduk, Seungwan pun berdiri. Sebenarnya ia benci jika harus berdiri, karena ia tidak suka jika harus menyeimbangkan tubuhnya dengan laju bus yang terkadang bisa membuatnya mual, tapi apa boleh buat sudah tidak ada waktu lagi jika harus menunggu bus selanjutnya.

Benar saja, bus yang kali ini ia tumpangi melaju cukup kencang, gadis itu memegang ring di atasnya dengan kuat, dan secara mendadak bus berhenti yang membuat penumpang didalamnya terkaget tak terkecuali Seungwan yang jatuh terduduk, tidak bukan dilantai bus tapi di pangkuan seseorang. Seungwan menatap orang itu, mata mereka saling memandang, selama beberapa detik mereka masih berada di posisi yang sama. Pipi Seungwan memanas, ia yakin kini wajahnya memerah, tak jauh berbeda dengan lelaki dihadapannya.

“Sehun?” dan Seungwan belum beranjak dari pangkuan Sehun.

Beberapa siswa yang mulai berdesakan untuk keluarlah yang membuat keduanya sadar jika mereka sudah berada halte dekat sekolah. Seungwan dan Sehun melihat sekitar mereka.

“kita sudah sampai?” bisik Sehun lebih kepada dirinya sendiri, dan Sengwan bisa mendengar suara itu, membuat hatinya berdesir dan sekali lagi pipinya masih memanas.

“ehem..” suara yang dibuat Sehun inilah yang membuat Seungwan benar-benar sadar dan bangkit dari pangkuannya. Sehun menatap matanya beberapa detik lalu berjalan melewati Seungwan yang hatinya semakin berdesir hebat. Tak berapa lama Seungwan mengikuti langkah Sehun keluar dari bus.

~00~

Setelah kejadian yang Seungwan lewati, ia bersumpah jantungnya berdetak lebih kencang saat ia melihat Sehun. Damn! Kejadian itu sudah terjadi seminggu yang lalu dan disinilah Seungwan, mengutak atik makanan di tray-nya dan sesekali senyum simpul ia tampakkan di bibirnya.

“hei Seungwan, kau tidak makan sosismu?” Seulgi, gadis yang menghampiri Seungwan pertama kali untuk berkenalan dengannya saat Seungwan baru saja memasuki sekolah itu.

“aku rasa dia sudah gila.” Joohyun, gadis dari kelas sebelah yang diperkenalkan Seulgi kepada Seungwan.

Baru beberapa hari yang lalu bertemu tapi mereka sudah merasa seperti sahabat yang berteman begitu lama.

“yah Seungwan kau gila?”

Brakkk!!

Suara itu meninggalkan pertanyaan Seulgi yang menggantung, ketiga gadis itu kini memandang apa yang terjadi di hadapannya.

“apa kau tidak bisa melihat huh? Kau buta?!”

Tangan Hyejeong mengepal kuat, matanya merah memandang gadis dihadapannya. Seolhyun mencoba menenangkannya dengan mengelus punggung Hyejeong, kemudian Hyejeong mengambil jus yang ada didekatnya dan  hampir menyiramkannya pada gadis yang sudah menumpahkan makanan secara tak sengaja di baju Hyejeong. Tapi sebelum Hyejeong benar-benar melakukannya, sebuah tangan menghalanginya.

“hentikan Hyejeong.”

Seungwan memegang kuat tangan Hyejeong , ia ambil jus yang ada di tangan Hyejeong dan meletakkannnya secara kasar di meja.

“pergi dan tidak usah ikut campur.”

“tidak, sebelum kau meminta maaf padanya kau tau dia tidak sengaja!”

Hyejeong tersenyum miring mendengar perkataan Seungwan.

“apa kau bilang? minta maaf? Dia sudah membuat pakaianku kotor seperti ni dan kau menyuruhku meminta maaf padanya?!!”

Hyejeong melayangkan tangannya pada Seungwan, dan lagi sebelum Hyejeong berhasil melakukannya sebuah tangan menghalanginya. Ia menoleh pada pemilik tangan itu.

“lepaskan tanganku Oh Sehun!!” Hyejeong berteriak meronta.

“minta maaf padanya Hyejeong.” Kata Sehun tegas, ia melepas pegangannya pada Hyejeong dengan sedikit entakan. “Seungwan benar, dia tidak sengaja dan juga sudah meminta maaf jadi sekarang kau yang harus meminta maaf  padanya..... dan Seungwan.”.

Hyejeong memandang Sehun skeptikal, “kau juga memintaku untuk minta maaf padanya? Dan gadis ini? Apa kau sudah gila Oh Sehun. Tidak! Aku bersumpah seumur hidup tidak akan meminta maaf padanya sekalipun.” Hyejeong mengacungkan tangannya pada Seungwan.  Ia berlari pergi meninggalkan Sehun yang menghela nafas panjang, Hongbin yang mengangkat kedua tangannya pasrah, Seolhyun yang menggigit bibir bawahnya gugup, dan seluruh penghuni kantin yang memperhatikan mereka.

Disini di sekolah yang penuh dengan calon pewaris kekayaan orang tua mereka, membuat Seungwan mengerti bahwa mereka benar-benar hidup dengan kekuasaan yang diatas segalanya.

Disisi lain, di loteng sekolah, pipi Hyejeong sudah basah dengan air mata sekalipun ia coba hapus beberapa kali. Entah kenapa ia begitu marah terlebih fakta bahwa Sehun memintanya untuk minta maaf pada Seungwan membuat hatinya semakin terluka. Gadis itu menoleh saat merasakan jaket yang menyelimuti tubuhnya.

“huaaaahh sudah berapa lama aku tidak kesini, tidak banyak yang berubah ternyata.” Hongbin merentangkan tangannya dan menghirup udara disekitarnya.

Hyejeong kembali mengusap air matanya, bahunya naik turun karena terlalu lama menangis.

“hei..” Hongbin beralih pada Hyejeong, ia pegang pundak gadis itu dan menatap Hyejeong lembut. Hongbin tersenyum, menggeleng-gelengkan kepalanya pelan. Hyejeong memang kekanakan. Hyejeong mengalihkan pandangannya dari Hongbin, air mata kembali memaksa untuk kelluar dari matanya. Hongbin kemudian memeluknya,  mencoba menenangkan hati Hyejeong yang terluka. Hyejeong membalas pelukan Hongbin erat dengan airmata yang kembali menuruni pipinya.

~00~

Seungwan meenghela nafas panjang, ia ulurkan tangannya pada hujan yang turun dengan deras. Sekolah sudah semakin sepi, hampir satu jam dan hujan tak juga reda. Ia bisa saja menelpon sopir untuk menjemputnya, tapi tidak Seungwan tidak ingin merepotkan walaupun itu memang sudah tugas dari seorang sopir. Langit tampak semakin gelap, perpaduan antara mendung dan matahari yang sebentar lagi akan terbenam.

Gadis itu hanya ingin segera pulang, jika ia terus menunggu untuk hujan reda maka ia tidak yakin bisa ada di rumah dalam waktu dekat.

“apa aku nekat saja?” Seungwan bertanya pada dirinya. Dengan memindah posisi tas dengan cara memeluknya Seungwan coba berlari menelusuri hujan.  Hujan mulai membasahi kepalanya sedikit demi sedikit, ia percepat langkahnya berlari.

“aah!!”

“hei hati-hati!”

Karena tak memperhatikan langkahnya, Seungwan hampir saja terpeleset tapi itu tidak akan terjadi karena Sehun –entah darimana- muncul dan memegang pinggang Seungwan.

-00- TO BE CONTINUE -00-

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
ohpearl #1
Chapter 4: lebih seneng kalo wendy yg lebih kesiksa sebenernya di banding hyejeong.... wenhun....lovpisan.... coba kim jongin, aku bkal setuju kalo nanti misal si wendy gantiin hyejeong buat nikahin jongin.... wkwk... abaikan aja author.... apapun yg anda buat saya akan suka.... ditunggu next nya
ara2712 #2
Chapter 2: Yay wenhun!! Somehow, hyejeong cocok juga jadi jahat, tapi semoga ngga lama-lama jahatnya hehe author-nim fighting!
alfors
#3
I wonder what would happen next?