HATRED Chapter 3

HATRED

Seungwan memainkan jari jemarinya dengan sepasang mata memandang ke arah jendela bus yang menampakkan hujan mulai reda. Disebelahnya, sesekali Sehun membenarkan posisi duduknya, membuka ponsel tapi tak berapa lama memasukkannya lagi ke dalam kantong, matanya mencoba mencari objek menarik, Sehun sedang gugup.

“ehem hem.” Sehun berdehem membuat Seungwan menatapnya, mata mereka saling bertemu tapi hanya sepersekian detik sebelum Seungwan kembali mengalihkan pandangannya ke jendela, Seungwan juga gugup.

Perjalanan pulang kali ini begitu terasa lama, setidaknya bagi Seungwan dan Sehun.  Sehun mengetuk ngetukkan jari jemarinya , menggumamkan sebuah nada lagu, dan kembali membenarkan posisi duduknya. Sementara Seungwan kini beralih pada rambut basahnya yang mulai mengering, ia gigit bibir bawahnya, tak seharusnya ia seperti ini, tak seharusnya ia merasa gugup duduk bersebelahan dengan Oh Sehun. Bukankah Sehun membencinya sejak pertama kali mereka bertemu di loteng sekolah. Tapi beberapa kejadian membuat hatinya berkata lain, Sehun meminta Hyejeong untuk meminta maaf padanya, Sehun menolongnya saat ia akan terjatuh, dan Sehun kini duduk bersebelahan dengannya. Pikiran dan hatinya sedang berdebat tentang Sehun. Sebelum Seungwan menyadarinya, bus akan berhenti di halte tujuannya. Beberapa orang bersiap untuk turun tak terkecuali Seungwan.

 “hei Seungwan...”

“ya?” jawab Seungwan cepat, membuyarkan pikirannya.

“emm... hati-hati....hati-hati  saat kau di jalan nanti, dan bajumu... basah jadi kau harus cepat ganti bajumu.” Sehun mengakhiri perkataannya dengan cepat..

Sehun mengalihkan pandangannya dari Seungwan, pipinya memerah, tangannya mengepal, bagus Sehun bagus! Kau sudah mempermalukan dirimu sendiri.

Masih mencoba memproses perkataan Sehun, Seungwan hanya menjawab singkat, “baik..lah?” dengan nada seolah ia sedang bertanya. Suasana kembali hening, sampai saat bus berhenti, Sehun berdiri memberi jalan pada Seungwan, gadis itu membungkukkan sedikit kepalanya.

“terima kasih.” Ucap Seungwan pelan, melewati Sehun yang tanpa sadar terus memandanginya.

Secara reflek tangan Sehun menarik sedikit tangan Seungwan sebelum ia menuruni bus. Seungwan berbalik memandang tangannya yang dipegang oleh Sehun. Menyadarinya Sehun segera melepaskan pegangannya.

“sampai jumpa besok.” Kata Sehun dengan senyum kikuk.

“huh? Oh ya.. sampai jumpa besok.” Balas Seungwan dengan senyum yang tak kalah kikuk dengan Sehun.

Saat Seungwan sudah turun dari bus, Sehun kembali duduk dan menyembunyikan wajahnya yang memerah dibalik telapak tangan. Sedangkan Seungwan masih mengulang-ulang apa yang dikatakan Sehun dikepalanya, tanpa disadari ia berjalan dengan senyum simpul dibibirnya.

~00~

“kenapa kau begitu membencinya Hyejeong-ah? Aku rasa dia gadis yang baik.” Seolhyun menyantap sandwich di tangannya.

Hyejeong diam. Ia menyandarkan tubuhnya di dinding beton loteng sekolah dengan mata tertutup.

“hei aku tau kau sedang tidak tidur.” Kata Seolhyun lagi.

Seolhyun benar, Hyejeong bisa mendengar semua perkataan Seolhyun, ia hanya memejamkan matanya tapi tidak benar-benar tidur.

Hongbin yang menulis beberapa catatan dibukunya, mengalihkan pandangannya pada Hyejeong, apa yang dikatakan Seolhyun benar Seungwan memang terlihat seperti gadis baik-baik dan sama seperti Seolhyun ia hanya tidak mengerti mengapa Hyejeong begitu membencinya.

“yah Hyejeong.” Seru Seolhyun, “Hyejeong-ah” ia terus memanggil namanya, “Shin Hyejeong....”

“aissh bisakah kau diam. Aku sedang malas berbicara!” Hyejeong membuka matanya tak menghiraukan Seolhyun, ia berdiri dan lebih memilih memandang sesuatu yang dihadapannya. Ia tumpukan kedua tangannya di dinding beton itu, menikmati angin sepoi-sepoi yang menerpa wajahnya. Di saat seperti ini Hyejeong begitu merindukan ibunya, ia ingin memeluknya, ingin  mengatakan seluruh isi hatinya pada sang ibu.

“dasar keras kepala.” Celetuk Seolhyun yang mendapat lemparan kertas kecil dari Hongbin, ia tau kalau Seolhyun terus membuka mulutnya keadaan akan berubah menjadi buruk dan Hongbin tidak suka itu. Sudah cukup dengan apa yang terjadi kemarin.

“hei guys.” Muncul Sehun dengan senyum lebar yang terukir dibibirnya.

“Seolhyun-ah, bukankah kau harus ke perpustakaan?” melihat kehadiran Sehun, Hongbin pikir adalah kesempatan untuk Hyejeong dan Sehun menyelesaikan masalah diantara mereka.

“apa?” tanya Seolhyun yang tak bisa menangkap kode yang diberikan Hongbin.

Hongbin merutuki sikap Seolhyun, ia terpaksa menarik gadis itu dengan paksa, “ah ayolah kita ke perpustakaan sekarang huh?” Hongbin dan Seolhyun meninggalkan Sehun yang juga bertanya-tanya melihat sikap kedua sahabatnya itu, tapi ia hanya mengacuhkannya.

Mendengar suara Sehun, Hyejeong menyembunyikan wajah di kedua lengannya. Sehun melihatnya dan menghampiri Hyejeong, berdiri disampingnya dan meletakkan telapak tangan diatas kepala Hyejeong.

“yak Shin Hyejeong.” Kata Sehun dengan nada menggoda, “aigoo Hyejeong-ie kau masih marah?” hening, Hyejeong tetap menyembunyikan wajahnya, tak ingin menjawab pertanyaan Sehun.

“ayolah Hyejeong-ah.” Sehun kini coba merangkul Hyejeong, ia singkirkan rambut Hyejeong agar bisa melihat wajahnya walaupun hanya sedikit. Hyejeong coba menghalanginya dengan mengalihkan kepalanya pada arah yang berbeda dengan Sehun.

“hei.. aku minta maaf?” bisik Sehun pelan, masih merangkul Hyejeong. “aku tau kau pasti sangat marah, aku juga benci jika pakaianku kotor, tapi tidakkah kau terlalu berlebihan, lagipula dia tidak sengaja,  belajarlah untuk tidak terlalu keras kepala, hmm?” Sehun kini mengelus rambut Hyejeong, berbicara pelan berharap Hyejeong mengerti apa yang dilakukannya itu tidak benar. “dan aku minta maaf jika aku melukai egomu, maafkan aku Hyjeeong, aku harap kau mengerti apa yang kukatakan. Aku tidak membencimu atau menyalahkanmu, aku hanya ingin kau belajar memafkan orang lain.” Sehun terus mengelus lembut rambut Hyejeong, tapi ia menyadari sesuatu, gerakan naik turun pundak Hyejeong, Sehun tau gadis itu sedang menangis.

Tidak Sehun, kau tidak mengerti.

~00~

Seungwan menatap vending machine didepannya, terik matahari membuat tenggorokannya meronta. Ia kemudian memasukkan uang dan menekan tombol minuman yang diinginkannya. Satu detik.... dua detik.... 8detik... minuman itu tak juga keluar, Seungwan mengerutkan alisnya, mungkin harus menunggu beberapa saat lagi. Satu menit sudah membuat Seungwan mendengus, minuman itu tak juga keluar,  selain tenggorokannya yang terasa semakin meronta ia juga harus rela kehilangan uangnya sia-sia. Gadis itu memukul bagian samping mesin, tapi tetap tak banyak berubah, mesin itu tak bergeming.

“oh ayolaaaaah.” Seungwan merengek, menepuk berbagai sisi mesin itu, aku tidak boleh menyerah.

Karena frustasi Seungwan kemudian membungkukkan badannya dan mengintip tempat dimana minumannya harus keluar.

Brak!!

“omo..omo....omo.” Seungwan terlonjak kaget dan mundur beberapa langkah dari mesin itu. Jantungnya berdebar kencang, matanya membulat sempurna seolah ingin keluar dari tempatnya. Tapi ia mendengar suara kaleng yang jatuh, menandakan minuman itu keluar pada akhirnya.

“kau harus melakukannya agar uangmu tidak pergi dengan sia-sia.” Sehun memberikan minuman kaleng milik Seungwan dengan senyum manis dibibirnya.

Seungwan masih memegang dadanya, masih mencoba mengontrol detak jantungnya. Ia menghela nafas panjang, menutup matanya sejenak kemudian membukanya dan menatap Sehun yang masih diposisinya. Ia raih minuman itu dari tangan Sehun.

“kau mengagetkan saja tapi terima kasih.” Ucap Seungwan pelan, sedikit membungkukkan badannya dan membalikkan badan berusaha secepat mungkin pergi dari lelaki yang akhir-akhir ini masih membuat pikiran dan hatinya berdebat.

“hei tunggu..” Sehun meraih lengan Seungwan, “tidakkah aku berhak mendapatkan lebih dari ucapan terima kasih?” Sehun menatap mata Seungwan, sementara gadis itu berusaha keras tak membalas tatapannya. Gadis itu melepas pelan pegangan tangan Sehun di lengannya.

“ah maafkan aku.” ia merogoh sakunya, memberikan uang yang tersisa di sana. “aku rasa ini cukup untuk membeli salah satu dari minuman itu?” tangannya menunjuk ke arah vending machine di belakang Sehun.

Sehun menutup matanya dan menghela nafas panjang, “tidak bukan itu maksudku.”

“lalu?” jawab Seungwan dengan ekspresi bingung yang jelas di wajahnya.

“hmmmm.... begini saja.” Sehun nampak berpikir, “bagaimana kalau kau ikut denganku sepulang sekolah?”

Seungwan tidak menjawab, lagi-lagi pikiran dan hatinya berdebat.

“baiklah aku anggap kau setuju, sampai nanti.” Sebelum Seungwan sempat menjawab, Sehun sudah memutuskan.

“apa? Hei tunggu...” Seungwan hanya bisa mengacak-acak rambutnya frustasi melihat punggung Sehun yang semakin menjauh.

~00~

 

Suasana kelas nampak gaduh dengan suara siswa yang melenguh panjang, bersyukur karena kelas sudah berakhir hari ini. Tidak sedikit diantara mereka yang segera mengemas barang sesaat setelah guru keluar dari kelas.

“ehem..ehem.. perhatian perhatian!” seorang gadis menarik perhatian seluruh isi kelas, “maaf sebelumnya, aku tau kalian ingin segera pergi dari sini tapi kumohon ijinkan aku berbicara sebentar?”

“ada apa lagi Park Jiyeon?” salah satu dari mereka membalas. Park Jiyeon, gadis pembawa kabar burung.

“tenang aku tidak akan lama dan aku yakin kalian pasti akan menyukai apa yang akan aku katakan.” Jiyeon tersenyum licik. “Son Seungwan” gadis itu menatap Seungwan, membuat perhatian seluruh kelas mengarah pada Seungwan. “oh, haruskah aku panggil, Shin Seungwan?”

Ekspresi terkejut nampak sekali di wajah Seungwan, “apa maksudmu?” bibirnya bergetar.

“hei Park Jiyeon, omong kosong apa ini, kalau hanya berbicara hal tidak penting lebih baik hentikan.” Salah satu siswa kembali menimpali Jiyeon.

“tidak penting? Tidak tidak ini sangat penting karena mulai saat ini kalian bisa memikirkan kembali ah.. atau lebih tepatnya orang tua kalian bisa memikirkan kembali untuk berinvestasi di saham keluarga Shin.” Jiyeon tersenyum penuh kemenangan, “Shin group, salah satu perusahaan terbesar Korea, pemilik yayasan sekolah kita, siapa yang tidak ingin bekerjasama dengan mereka, tapi tidakkah yang dilakukan presdir Shin begitu memalukan? Wanita simpanan? Anak haram? Wow!” gadis itu bertepuk tangan, sementara seluruh kelas mulai saling berbisik, penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi.

 “tidak usah berbelit-belit langsung saja pada intinya!” seseorang menimpali.

“Son Seungwan adalah anak haram dari wanita simpanan milik presdir Shin.” Pernyataan Jiyeon ini membuat seluruh isi kelas terkejut, mereka kembali saling berbisik. “Bukankah kalian ingat bagaimana istrinya meninggal? Kalian percaya bahwa istrinya terkena serangan jantung? Tidak! Asal kalian tau istrinya mati bunuh diri. Dan aku bisa memastikan bahwa ini adalah fakta bukan rumor. Kalian mengerti kan sekarang, Presdir Shin memiliki wanita simpanan yang mungkin diketahui istrinya bahkan hingga mereka memiliki seorang anak gadis dan BAM! Istrinya memilih mengakhiri hidupnya karena kelakuan bejat suaminya.”

Desas-desus semakin memenuhi isi ruangan, mereka kini tak hanya memandang Seungwan tapi juga Hyejeong.

“hei Seungwan, apa itu semua benar? Hul! Menjijikkan.” Mereka semua mulai mengatakan hal yang sama. Menjijikkan.

Tubuh Seungwan bergetar, cepat atau lambat semua ini akan terjadi.

“hentikan omong kosongmu Park Jiyeon!” teriak Hyejeong, mata gadis itu memerah, air mata mulai berkumpul di pelupuk matanya, tangannya mengepal kuat. “kau masih tidak bisa menerima kenyataan bahwa ayahku tidak akan bekerjasama dengan perusahaan kotormu itu huh?”

“ya itu semua benar.” Seungwan menyela, “aku memang anak dari simpanan presdir Shin, bahkan aku dibuang begitu saja olehnya.” Gadis itu membenarkan semua perkataan Jiyeon, ia menatap nanar pada Hyejeong. Seluruh isi kelas kini mencibir baik Hyejeong juga Seungwan. Tak sedikit diantara mereka yang memandang tak percaya, tak terkecuali Seolhyun yang memandang tak percaya dengan apa yang terjadi. Kini ia mendapatkan jawaban pertanyaannya. Kenapa Hyejeong begitu membenci Seungwan.

“lihatlah, semua sudah jelas, jadi kalian bisa pikirkan kembali apa yang terjadi selanjutnya jika kalian bergabung dengan Shin group, ukh aku muak hanya dengan menyebutnya saja.” Jiyeon tersenyum penuh kemenangan, gadis itu keluar melewati Hyejeong, menabrak pundaknya dengan sengaja. Seluruh isi kelas mengikuti Jiyeon keluar masih dengan cibiran yang ditujukan pada Hyejeong dan Seungwan.

Kini hanya tinggal Seungwan, Hyejeong dan Seolhyun di dalam kelas. Pipi Hyejeong sudah basah penuh air mata. Sementara Seungwan menahan agar air mata tak keluar dari kedua matanya, ia harus tetap kuat, ia tidak boleh terlihat lemah. Seolhyun memegang pundak Hyejeong tapi tangan itu segera ditepis.

 “sudah puas kau sekarang huh?” Hyejeong menatap tajam pada Seungwan. “ini yang kau inginkan? Kau ingin semua tau bahwa kau adalah anak dari presdir Shin, kau ingin semua orang tau itu huh?” rahang Hyejeong mengerat keras, “gadis murahan!” Hyejeong melayangkan tangannya menampar Seungwan, tapi aksinya dihentikan oleh seseorang –Sehun. Ia mendengar semuanya, ia tau apa yang terjadi.

“lepaskan tanganku Oh Sehun, kau tidak mengerti! Dia hanya gadis murahan yang ingin menghancurkan keluargaku!” Hyejeong meronta pada Sehun untuk melepas tangannya, Sehun mengertakan pegangan pada tangan Hyejeong saat ia bertatapan dengan Seungwan. Secara tak terduga Sehun justru membawa Hyejeong ke dalam pelukannya, mencoba membuat tenang Hyejeong yang kini menangis semakin kencang, tubuhnya bergetar hebat. Ia biarkan Hyejeong menangis dalam pelukannya berharap Hyejeong bisa mengeluarkan segala luka dalam hatinya. Seungwan menatap Sehun, air mata perlahan menuruni pipinya, Sehun membalas tatapannya tapi Seungwan mengalihkan tatapannya, ia hapus air mata dipipinya, mengambil tasnya dan pergi meninggalkan Hyejeong yang masih berada dipelukan Sehun.

Seolhyun hanya bisa berdiri mematung, ia menolehkan kepalanya saat merasakan sebuah tangan dipundaknya –Hongbin- akhirnya mereka semua tau kenapa Hyejeong begitu membenci Seungwan.

~00~

Berita tentang anak haram yang dimiliki presdir Shin sudah menyebar dengan cepat. Persaingan bisnis Korea memang tak bisa dianggap remeh. Bahkan kehidupan pribadi mampu mempengaruhi kesuksesan sebuah perusahaan. Semua harus tampak sempurna bagaimanapun juga.

“bagaimana ini semua bisa terjadi..” Presdir Shin menghela nafas panjang, ia tidak mengira hal ini bisa begitu mempengaruhi karirnya. Kini banyak investor yang meminta saham mereka. Tak banyak yang bisa dilakukannya.

“apa anda ingin kami membuat pernyataan palsu? Kita bisa mengatakan bahwa nona Son adalah anak yatim piatu yang memang anda angkat sebagai bagian dari kepedulian, bagaimana menurut anda?” penasehatnya  memberi ide.

Ide yang diberikan cukup menggiurkan baginya, dengan begitu ia bisa membalikkan fakta bahwa ia seorang dermawan yang membantu orang yang sedang membutuhkan. Tapi tidak, lelaki paruh baya itu, tidak bisa membuat pernyataan itu. Ia tau hal itu bisa menyakiti Seungwan, bagaimanapun ia tidak ingin lagi membuat gadis itu menderita. Ia mencintai ibu gadis itu, begitu juga dengan Seungwan, ia menyayanginya. Tapi ia juga mencintai bisnisnya. Pikirannya beradu, haruskah ia menerima ide itu?

“apakah tidak ada cara lain? Aku tidak ingin membalikkan fakta, aku hanya ingin mereka melupakan fakta itu, dan kembali mempercayai kita.”

Penasehat itu kini kembali berpikir, kemudian ia tampak ragu untuk menyampaikan pendapat selanjutnya.

“bagaimana jika kita meminta bantuan Kim group? Ehm aku dengar Kim group memliki putra yang juga terjun dalam bisnisnya dan.... ia masih lajang.” Penasehat itu tampak menggantung perkataannya. Presdir Shin mengerutkan alisnya. Melihat reaksi presdir Shin penasehat itu kemudian melanjutkan.

“mungkin kita bisa menjalin kerjasama dengan cara membuat nona Son menikahinya.”

Presdir Shin semakin mengerutkan alisnya, berpikir keras. Ia harus segera mengambil keputusan. Ide itu tidak terlalu buruk, pernikahan adalah jalan satu-satunya untuk membuat semuanya lebih baik.

“baiklah, segera kau hubungi pihak Kim dan kita akan lakukan pertemuan.”

“baik.” Penasehat itu membungkukkan badannya dalam.

“dan satu lagi..” suara Presdir Shin menghentikan langkah penasehatnya, “Hyejeong... Shin Hyejeong, kita akan menikahkannya dengan Shin Hyejeong”

-00- TO BE CONTINUE -00-

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
ohpearl #1
Chapter 4: lebih seneng kalo wendy yg lebih kesiksa sebenernya di banding hyejeong.... wenhun....lovpisan.... coba kim jongin, aku bkal setuju kalo nanti misal si wendy gantiin hyejeong buat nikahin jongin.... wkwk... abaikan aja author.... apapun yg anda buat saya akan suka.... ditunggu next nya
ara2712 #2
Chapter 2: Yay wenhun!! Somehow, hyejeong cocok juga jadi jahat, tapi semoga ngga lama-lama jahatnya hehe author-nim fighting!
alfors
#3
I wonder what would happen next?