Sequel

It's Okay My Love
Please Subscribe to read the full chapter

Title               : It’s Okay My Love

Pairing           : Woogyu (Woohyun and Sunggyu of INFINITE)

Genre             : Romance, Drama

Length           : Special Sequel

Rating            : PG-13

Note               :

Akan sangat jahat kalau cerita ini berakhir dengan membuat Mrs. Nam terlihat sangat jahat. Bagaimanapun juga beliau adalah seorang ibu dan dibalik semua kekejamannya, pasti terselip juga rasa keibuan. Selamat menikmati sequel istimewa ini, terutama untuk yang menantikan sequel ini.

.

.

            Don’t like don’t read. No bashing please! No harsh comment whatsoever!

© 2016 David Rd Copyrights

.

When rain falls, I'll be the umbrella that covers you
When the wind blows, I'll be the wall that shields you
And however deep the dark of night,
Tomorrow will surely come.

.

Lima tahun yang lalu

Seorang sopir membukakan pintu bagi atasannya, seorang pengusaha yang datang jauh-jauh dari Seoul menuju sebuah desa kecil di pinggiran Seoul yang sebagian besar penghuninya adalah petani untuk menemui sahabatnya yang sudah lama hilang kontak. Pria yang rambutnya sudah dipenuhi uban itu melangkah pelan menuju sebuah rumah tradisional yang berada sekitar sepuluh meter di depannya. Dilihatnya seorang pria sebaya dengannya sedang menorehkan cat ke kanvas di bawah sebuah pohon yang kemungkinan sengaja ditanam untuk menyejukkan udara di sekitar rumah. Tidak salah lagi, pria itu adalah orang yang selama ini dicarinya.

“Ehm, maaf Haraboji,” Nam Ilsik tak sadar kalau ia sudah berdiri persis di depan pagar rumah dan melamun cukup lama. Kalau tidak karena suara halus anak muda di sampingnya, bisa dipastikan dia akan melamun lebih lama lagi.

“Apakah Haraboji sedang mencari orang?” kembali, anak muda berambut cokelat dengan paras manis itu bertanya dengan sopan padanya.

“Ah, iya. Aku ke sini untuk menemui Kim Jaejin-ssi,” jawabnya secara refleks karena mengingat tujuan awalnya ke tempat ini.

Seketika pemuda itu tersenyum,”Kebetulan sekali Haraboji, orang yang Haraboji cari adalah kakek saya.”

“Benarkah? Kau cucu Jaejin?” pria tua itu terpana mengetahui kenyataan bahwa pemuda yang sangat sopan ini adalah cucu sahabatnya. Pasti sahabatnya telah mendidik pemuda ini dengan sangat baik. Selain itu, paras pemuda ini bisa dikatakan sangat manis. Tubuhnya tinggi, ramping, pokoknya satu kata untuknya. Sempurna.

“Ne Haraboji. Mari masuk!” pemuda itu membuka pintu pagar yang terbuat dari kayu.

“Wah, terima kasih anak muda,” Nam Ilsik membalas senyuman pemuda itu.

“Haraboji tidak perlu berterima kasih. Lagipula Haraboji adalah tamu kakek saya. Oya, Haraboji boleh memanggil saya Kim Sunggyu,” pemuda itu mempersilakan Nam Haraboji masuk dan memberitahukan kedatangannya pada sang kakek yang masih sibuk melukis. Pria itu berbalik dan tersenyum pada Nam Ilsik.

Setelah mengantarkan suguhan pada tamu sang kakek di ruang keluarga, Sunggyu undur diri untuk memberikan privasi pada kedua sahabat yang sudah lama tidak bertemu. Kebetulan juga dia sudah ada janji untuk mengunjungi sahabatnya, Lee Howon.

“Cucumu sangat sopan, Jaejin-ah,” Nam Ilsik membuka pembicaraan.

“Hahaha, tentu saja. Dia adalah satu-satunya hartaku yang tersisa. Harta paling berharga yang aku miliki sekarang.”

“Apa maksudmu dengan satu-satunya?”

“Kedua orang tua Sunggyu sudah meninggal karena kecelakaan saat dia masih berusia lima tahun.”

“Jadi, kalian hanya tinggal berdua sekarang?” tidak disangka, banyak sekali hal yang telah ia lewatkan selama lebih dari tiga puluh tahun ini.

“Begitulah. Tapi, sepertinya hal ini tidak akan bertahan lama.”

“Apa maksudnya?”

“Aku rasa aku tidak akan bisa bertahan lebih lama lagi,” pria berkacamata itu mendesah pelan membuat sahabatnya mencoba berpikir keras mengolah kalimat itu. Tidak mungkin kan kalau sahabatnya itu akan pergi untuk selamanya, padahal mereka baru saja bertemu. Lalu bagaimana nasib Sunggyu kalau sampai hal itu terjadi?

“Aku rasa kau sudah tahu apa yang kumaksud, Ilsik-ah. Kita berada di usia dimana batas antara hidup dan mati sudah sangat tipis, sahabatku. Mungkin hari ini atau besok, mungkin aku atau engkau yang akan menghadap-Nya lebih dahulu. Kita tidak tahu,” Kim Jaejin menatap hamparan ladang yang penuh ditanami kubis dengan tenang.

“Apa yang kau sembunyikan dari cucumu?” pria yang mengenakan sweater tebal itu menuntut jawaban jujur dari sahabatnya. Tidak mungkin Kim Jaejin asal bicara tanpa alasan.

“Kau memang pintar Ilsik-ah. Pantas saja sekarang kau sudah sukses seperti ini.”

“Cepat katakan, Jaejin-ah. Apa yang kau sembunyikan dari Sunggyu?”

Pelukis itu tersenyum miris sesaat, kemudian berkata,”Beberapa tahun terakhir kesehatanku memburuk. Aku didiagnosis mengidap gagal hati dan dokter mengatakan sisa hidupku hanya satu bulan lagi.”

Nam Ilsik menegakkan tubuhnya seketika mendengar pengakuan sahabatnya. Bagaimana bisa takdir mempermainkan mereka seperti ini? Di saat sang CEO sudah menemukan sahabatnya, kemungkinan mereka terpisah sudah di depan mata.

Jaejin hanya tertawa kecil berusaha menetralkan suasana. Dia tidak ingin mereka larut dalam kesedihan. Hidupnya tinggal satu bulan dan dia tidak ingin menghabiskannya dengan bersedih. Ditatapnya sang sahabat yang masih terkesan terkejut,“Ilsik-ah, tadinya, aku merasa sangat sedih karena harus meninggalkan Sunggyu seorang diri di dunia ini. Tapi, sekarang sudah tidak lagi.”

“Bagaimana bisa kau berkata seperti itu?”

Senyum tulus kembali mengembang menghiasi wajah lelah sang pelukis,”Bolehkah aku minta bantuanmu, sahabat?”

Tentu saja. Ilsik akan melakukan apa pun yang diminta oleh sahabatnya itu. Oleh karena itu, sang CEO mengangguk dengan mantap. Hanya ini yang bisa ia lakukan untuk membalas budi keluarga Kim yang telah menyelamatkan hidupnya.

“Tolong jaga Sunggyu untukku.”

“Baiklah. Mulai saat ini, Sunggyu adalah cucuku juga.”    

.

.

Dedaunan kering terlepas dari dahan dan beterbangan tertiup angin ke arah gundukan tanah yang berjejer dengan rapi di dalam area pemakaman di sebuah desa kecil di pinggiran Seoul. Desa yang ditinggali oleh penduduk yang masih menjunjung tinggi adat dan kebudayaan lokal. Desa dimana seorang Kim Sunggyu dilahirkan, dibesarkan, ditinggalkan kedua orang tuanya yang meninggal karena kecelakaan, ditinggalkan kakeknya seorang diri, dan dimana ia bertemu dengan Nam haraboji. Desa yang akan menjadi salah satu bagian terbesar dalam kehidupan seorang Kim Sunggyu, atau sekarang sudah secara resmi disebut Nam Sunggyu.

Dua orang pria berdiri di depan sebuah makam yang terletak di puncak sebuah bukit di bawah sebuah pohon pinus. Seorang yang berambut hitam legam dengan coat panjang warna hitam memperhatikan foto penghuni makam yang tidak lain dan tidak bukan adalah Kim haraboji, sahabat kakeknya sekaligus kakek dari istrinya. Foto itu menunjukkan seorang pria berusia enam puluhan berambut putih yang sedang tersenyum ramah ke arah kamera. Sekilas, Woohyun bisa merasakan kemiripan sang kakek dengan istrinya.

Pria lainnya yang mengenakan coat berwarna burgundy berjongkok dan meletakkan bunga yang ia bawa di dekat foto almarhum kakeknya. Pria tua yang selalu menjaganya dengan sangat baik, bahkan hingga tiada pun beliau masih menjaga cucu tunggalnya. Diusapnya pelan foto sang kakek sambil berujar,”Haraboji, hari ini aku datang bersama cucu menantu Haraboji. Tentu saja Haraboji sudah tahu siapa dia, tapi pastinya Haraboji belum pernah bertemu dengannya, kan?”

Woohyun tersenyum mendengarkan perkataan istrinya yang sedang mengenalkan dirinya pada sang kakek.  Perilaku istrinya ini menunjukkan bahwa Woohyun merupakan salah satu bagian penting dalam kehidupan Sunggyu sekarang. Dadanya terasa hangat. Ia merasa sangat dicintai. Apalagi ketika kedua mata indah Sunggyu menatap ke arahnya disertai dengan sebuah senyuman manis yang bisa membuatnya meleleh.

“Hyun, kenalkan dirimu pada Haraboji!”

Sang atlet mengangguk kemudian mengambil posisi untuk berlutut secara formal di depan makam sang kakek. Tangan kanan berada di atas tangan kiri lalu kedua lutut menyentuh tanah kemudian badan membungkuk sampai lipatan tangan menyentuh tanah. Walaupun Haraboji tidak bisa menerima hormat Woohyun secara langsung, tapi dia tetap harus bersikap hormat pada orang yang telah berjasa membawa Sunggyu padanya.

Selesai memberikan hormat, Woohyun kembali berdiri dan berucap,“Haraboji, maafkan aku yang baru bisa mengunjungimu sekarang. Aku tahu, aku bukanlah cucu menantu yang baik, tapi aku berharap kau mau menerima hormatku. Haraboji, perkenalkan, namaku Nam Woohyun. Aku cucu dari sahabatmu dan aku adalah suami dari cucumu yang sangat manis.”

“Yah, jangan menggombal di sini, Hyun!” Sunggyu melemparkan protes, tapi Woohyun bisa melihat semburat merah muda menyelimuti pipi sang istri membuatnya ingin kembali menjahilinya.

“Haraboji, terima kasih telah menjaga Sunggyu selama ini. Sekarang aku berjanji di depan Haraboji, bahwa aku akan mencintai Nam Sunggyu selamanya. Aku akan berusaha menjadikannya seorang istri dan ibu yang paling bahagia di dunia ini. Aku mohon Haraboji memberkati dan merestui hubungan kami berdua.”

“Haraboji, jangan dengarkan Woohyun! Aku tidak tahu kalau dia punya bakat menggombal yang luar biasa,” seolah-olah sedang berhadapan langsung dengan sosok Kim Haraboji, istri sang atlet merajuk dengan gaya andalannya.

“Hahahaha, Haraboji pasti senang mendengarnya jagiya,” sontak warna merah itu sampai ke telinga Kim Sunggyu membuat Woohyun makin senang.

Setelah mengucapkan salam perpisahan dengan sang kakek, keduanya lantas berjalan meninggalkan area pemakaman yang sudah secara resmi masuk dalam daftar agenda tahunan. Sesuai dengan usul sang suami yang menginginkan mereka bertiga untuk kembali mengunjungi sang kakek pada perayaan Chuseok tahun depan. Iya, mereka bertiga, keluarga Nam.

Nam Woohyun meraih jemari istrinya dan menautkannya dengan jemarinya. Sunggyu tersenyum mendapat perlakuan seperti ini dari suaminya. Sebelum keluar dari area pemakaman, Sunggyu berkata,”Haraboji sangat menyukaimu, Hyun.”

“Tentu saja. Aku kan menantu idaman semua orang di Korea.”

“Aku menyesal mengatakannya,” sang istri menepuk dahinya dan ingin rasanya menarik kembali perkataannya barusan. Benar-benar memalukan.

“Hahaha, hari ini kau sering berblushing ria. Apakah ini karena Woogyu tidak bersama kita sekarang?”

“Apa maksudmu Hyun?”

“Kau tahu sendiri. Apa yang akan dilakukan oleh dua orang dewasa yang mendapatkan waktu bebas dari anaknya?” alis kiri Nam Woohyun naik turun menggoda sang istri.

Sunggyu melepas tautan jemari mereka dan meninggalkan sang suami sembari berbisik,”Dasar mesum!” sang suami hanya bisa mengikuti langkah istrinya yang terasa lebih cepat dari biasanya sambil gagal menahan tawa.

.

.

Dalam perjalanan pulang menuju rumah lama Sunggyu, mereka berhenti di sebuah kedai kecil di pinggir jalan raya yang tidak begitu ramai. Sebenarnya Sunggyu ingin cepat kembali ke Seoul karena naluri keibuannya sudah mengkhawatirkan keadaan Woogyu. Akan tetapi, sang suami meyakinkan dirinya kalau Woogyu berada di tangan yang tepat, Myungsoo dan Seungyeol. Tentu saja, Seungyeol dan Woogyu adalah partner in crime dalam keluarga besar mereka. Hal ini karena keduanya mempunyai hobi yang sama, yaitu menjahili orang, terutama jika targetnya adalah Jang Dongwoo.

Seorang gadis berusia belasan yang ternyata adalah cucu sang nenek pemilik kedai menyambut kedatangan mereka berdua dengan hangat. Kedai kecil ini menyajikan menu sederhana, tetapi rasanya sangat menggugah selera. Pantas saja banyak pengunjung yang datang kemari.

“Permisi,” seorang pria mendekati meja Woohyun dan Sunggyu membuat pasangan itu menghentikan acara makan mereka.

“Ah, ne. Ada apa ya Tuan?” Woohyun yang memandang pria itu sedikit terkejut karena mengetahui ternyata ada anak kecil sedang bersembunyi di belakang tubuh sang ayah. Sesaat ia tersenyum menyadari keadaan ini.

“Maaf mengganggu acara makan Anda. Tapi, Anda Nam Woohyun, kan?”

“Benar.”

“Ah, syukurlah! Begini Woohyun-ssi, anak saya adalah penggemar Anda. Dia sangat menyukai aksi Anda di lapangan. Bahkan cita-citanya sekarang adalah menjadi pemain bola hebat seperti Anda,” betul kan tebakannya.

”Jadi, bersediakah Anda berfoto bersama anak saya?” sang ayah menunjukkan telepon genggamnya pada Woohyun. Sang atlet menatap Sunggyu meminta persetujuan yang tentu saja langsung dibalas anggukan.

“Baiklah Tuan,” Woohyun berdiri dan mendekati anak kecil yang masih setia bersembunyi di belakang tubuh ayahnya dan bertanya,”Komaya, siapa namamu?”

“Cha Eunwoo, ahjussi,” si anak melepaskan genggaman tangannya pada baju sang ayah dan menatap Woohyun yang langsung dibalas dengan tangan besar Woohyun mengusak rambut si anak dan tersenyum ramah.

“Oke Eunwoo, ayo sekarang berfoto bersama ahjussi!” masih dengan posisi berlutut, Woohyun berpose bersama Eunwoo. Ayah Eunwoo sibuk mengambil beberapa foto dari berbagai arah karena ini adalah kesempatan langka.

“Terima kasih, Woohyun-ssi,” sang ayah membungkuk sembilan puluh derajat berterima kasih pada sang atlet. “Saya doakan supaya Anda sehat selalu dan bahagia bersama keluarga Anda. Terima kasih juga Sunggyu-ssi telah mengizinkan suami Anda untuk berfoto bersama kami,” ujar sang ayah sembari membungkuk kecil pada Sunggyu yang masih duduk di tempatnya.

“Tidak perlu berterima kasih Tuan. Aku ikut senang kalau suamiku bisa membuat  anak sekecil Eunwoo sudah mempunyai mimpi dan cita-cita.”

“Ayo, ucapkan terima kasih, Eunwoo-ya!”

“Eung,” anak berambut hitam pekat itu maju selangkah dan membungkukkan badannya sembilan puluh derajat seperti yang tadi dilakukan ayahnya pada pasangan di depannya.

“Terima kasih banyak Ahjussi-deul.”

“Ah, betapa imutnya,” ujar Sunggyu yang gemas dan langsung menghampiri anak kecil itu untuk mengusak surai hitamnya.

 

Hari ini adalah hari pertama Woohyun kembali bertanding setelah hampir satu tahun absen. Rekan setim dan pendukungnya sangat menantikan kembalinya sang atlet berbakat ke lapangan hijau. Untung saja tim di mana ia bernaung memberikan waktu supaya Woohyun bisa memulihkan kesehatannya pascaoperasi transplantasi hati yang dijalaninya sehingga ia tidak perlu terburu-buru dan memaksakan diri untuk kembali merumput.

Di dalam ruang ganti, ia kembali merasakan suasana yang sangat dirindukannya. Memang, sepakbola adalah sebagian dari hidupnya. Untuk bisa sampai pada posisi ini, ia harus memulai kariernya sejak belia. Itulah sebabnya ia tidak ingin menjadi seorang pengusaha seperti yang ayahnya lakukan dan beruntungnya ayahnya mendukung keputusan Woohyun itu.

“Wah, adik kecil, sedang mencari siapa?” suara Yang Yoseob, rekan satu timnya, membuat Woohyun yang tengah sibuk berganti pakaian membalikkan badannya ke arah suara. Terlihat beberapa rekannya, seperti Doojoon, Taekwoon, Yoseob, Dongjun, Minhyuk, dan Kikwang sedang mengerumuni sesuatu. Ah, tidak, lebih tepatnya seseorang.

“Ah, imut sekali anak ini,” Yoseob yang seolah-olah sudah berubah menjadi fans anak itu mencoba mencubit pipi si anak.

“Betul, aku ingin sekali mencubit pipinya. Gemas sekali rasanya,” Kikwang yang berdiri di samping Yoseob pun ikut menjulurkan tangannya ke arah pipi gembil si anak.

“Yah! Jangan main cubit-cubit begitu! Kasian tahu!” Taekwoon yang memang terkenal kaku dan sulit menerima skinship mencoba menyelamatkan si anak dari tangan-tangan nakal Yosoeb dan Kikwang.

“Aku sedang mencari Appa, Ahjussi,” suara itu sudah tidak asing di telinga pemain sepakbola bernomor punggung 10.

“Appa?” Doojoon yang merupakan kapten tim berlutut di depan anak kecil itu membuat Woohyun dapat melihat dengan jelas sosok buah hatinya yang tersenyum bahagia.

“Eung. Aku ingin memberikan semangat dan dukungan untuk Appa,” Nam Woogyu memang anak yang baik. Beruntung sekali dia bisa mempunyai anak sepertinya.

Kini giliran Dongjun yang berkata,”Aigoo, dia benar-benar anak yang baik karena telah m

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
diniazakee #1
Chapter 7: Aku baru ketemu ff woogyu ini setelah obrak-abrik aff...
Ceritanya keren, walaupun di chapter awal alurnya terlalu cepat, tapi seterusnya aku bisa menikmati ff ini dengan baik. Plus plus dengan gombalan Woohyun >\\\\<
Aku tunggu ff Infinite lainnya, terutama woogyu, dan sungjong (aku gak liat nama dia disini wkwk)
KiwiPrincess #2
Chapter 7: Uwaaahhh kereeeennnn...aku suka bangettttttt...haha..100000000 thumbs up for you XD

Yeay Woogyu mau punya adik.. :p
ruuann
#3
Chapter 7: aaarrrhhh...keren banget thor ceritanya.
perasaan saya benar-benar masuk ke dalam ceritanya.
terima kasih sudah berbagi cerita yang sangat indah ini. ^_^
keep fighting thor...
Riska_Nam
#4
akhhh aku suka banget critanya gyu lucu woohyun sweet
parkdaeun
#5
Chapter 7: Assdgsksla Sunggyu imut banget disini Woohyun sweet banget aaaaa Woogyu juga kawaiii sekali ;-; astaga thor baper aku bacanya(?) paling suka scene dimana woogyu mau nyemangatin papanya aaa <3 thank you sequelnya!
aiai_kimie #6
Chapter 7: Sungguh keluarga idaman. Terharu hiks banget bacanya.
Woohyun sweetnya g O.D .. the best buat author.
Gomawo ff woogyunya warrbyazaaaah.. ;)<3
KimAnHee #7
Chapter 6: Aaaaaahh (lagi -_-) manisnyaaaaaaa..
Woogyu lucu banget sih, pengen kukarungin trus ku jadiin pajangan dikamar :v
Entah knp, pas bca bgian mrs. Mr. Nam dan Jinhee yg lari2 dirumah skit bwt aku pengen ketawa keras..
Autho-nim, makasih utk ff nya dan maaf bru kubaca, tiba2 aku terserang penyakit 'malas nunggu ff chapter' jd aku cuman ngontrol aja smpe ff nya udh complit bru ku baca, maaf yaa~ ^^
Dan, apakah ini ada sequel nya hehehe *garuk tengkuk* oh ya, 'That Should be Mine' sma 'I Like You The Best' nya ditunggu loh thor, nggak lupakan sma dua ff itu *kedip2 mata* kkk~
Aku masih setia menunggu loooohh..
Utk ff nya, aku suka pake banget sma cerita yg bs ngaduk2 perasaan org kek nasi campur(?) buatanmu thor, keren. Semangat utk ff lainnya \^o^/
Aku tw ini kepanjangan hahahahaha
KimAnHee #8
Chapter 5: Aaaaahhh (knp gini smw ya?) *toyor kepala sendiri* :v
Huwaaaaaa selamatkan anakkuuuu *maklum lg kumat :v* aduh itu si nenek sihir ngapain sih pake nyusul kerumah sakit, ntar malah bwt kegaduhan lg, setuju sma Nam appa 'ini tdk bs dibiarkan' makin ngelunjak tu org.....
KimAnHee #9
Chapter 4: Aaaahhh sedih banget pas bagian Woogyu ngehibur pasien lain sementara dirinya juga kesakitan *peluk Woogyu*
Dasar nenek sihir, jahat banget sih jd manusia dikutuk jd kodok baru tw rasa o.O *dipites Woohyun* :v :v
KimAnHee #10
Chapter 3: Aku gak tw Keo itu siapa, tp mereka keren, untung aja Gyu oppa ketemu sama orang baik, lah klo sma org jahat kek nenek sihir *lirik mrs. Nam* kan gawat jdnya o.O
Oke fix, karna ntu anak gak ada bapaknya, biar aku aja yg jd eomma nya o.O :3