Stronger
Silent HelloDahyun sempet deg-degan nggak keburu nonton film. Weekend jalanan Jakarta macetnya nggak ketulungan. Kalau naik motor sih nyampenya bakal cepet karena motor bisa nyelip sedangkan mereka naik mobil yang nggak bisa nyelip. Udah macet, nemu parkirannya juga susah. Dahyun dan Hansol sampe muter-muteran parkiran paling atas.
Emang dasar rejeki orang kali ya, Dahyun dan Hansol nyampe di bioskop tepat 15 menit sebelum film dimulai.
Akhirnya film dimulai. Jadi juga Dahyun ketemu sama mas Rangga idolanya. Hansol nengok ke arah Dahyun, mukanya sumringah banget diajak nonton. Tiba-tiba Dahyun mengangkat senderan lengan di antara dia dan Hansol kemudian dia memeluk lengan Hansol. Rada aneh juga ngeliat Dahyun mau PDA begini. Emang lagi gelap sih, dan orang terlalu sibuk merhatiin mereka.
"Hansol, makasih ya. Aku seneng", bisik Dahyun sambil mengecup pipi Hansol cepat. Mungkin kalau lampu nyala, orang bisa ngeliat wajah Hansol yang merah kayak tomat kali ya. Dasar Dahyun, even udah pacaran gini masih bisa bikin perut Hansol bak dikelitikin sama kupu-kupu.
"Dasar Gembul!", ujar Hansol sambil mengacak-acak rambut Dahyun.
***
"Aduh aku laper", kata Dahyun. Usai nonton film dan dibikin baper sama Mas Rangga, gantian perut Dahyun merangrang.
"Ya udah mau makan apa?", tanya Hansol.
"Apa ya, ayam penyet enak kali ya!", seru Dahyun.
"Ayam penyet? Udah di mal gini mau makan ayam penyet? Nggak mau makan macam pasta atau sushi?", tanya Hansol heran.
"Nggak ah, makan gituan mahal doang kenyang nggak", kata Dahyun santai.
Sayangnya, layaknya mal-mal di Jakarta, semua restoran penuh. Di restoran ayam penyet yang Dahyun kepingin ngantrinya kayak lagi ngantri sembako. Panjang bener. Di food court pun gitu, dipenuhi banyak orang sampai nggak ada tempat buat duduk.
"Waiting listnya masih satu jam lagi Mbak, nggak apa-apa?", tanya pelayan di sebuah restoran makanan Indonesia. Baru Hansol mau jawab iya, Dahyun menarik lengannya.
"Makan di luar aja", bisiknya. Maka sesuai dengan kata Dahyun, Hansol menolak makan di mal. Mereka lalu pergi meninggalkan mal.
***
Jalanan macet, perut Dahyun lapernya udah nggak bisa ditolerir.
"Ah situ situ, ayam penyet situ kan enak!", pekik Dahyun sambil menunjuk ke arah tenda pecel ayam pinggir jalan.
"Hah, makan di situ? Yakin?", tanya Hansol. Padahal maksud hati, Hansol pengin ngajak makan Dahyun di tempat yang kece, tapi anaknya malah ribut minta turun di tenda pecel pinggir jalan perkara laper.
"Ayam penyetnya satu yang dada sama nasi uduk ya Mas, minumnya es teh manis!", dan anaknya keburu udah duduk di bangku panjang. Hansol menyusul dari belakang dan duduk di samping Dahyun.
"Padahal kan aku mau ngajak makan di tempat yang lebih bagus Mbul", kata Hansol.
"Yailah dibilang aku keburu laper, lagian tempat bagus nggak ngejamin makanannya enak tau", kata Dahyun. Hansol cuma menghembuskan nafas panjang. Dahyun lalu keingetan sesuatu.
"Kamu tuh kenapa sih ngilang seminggu belakangan ini? Bikin aku takut kamu ikutan komplotan ISIS apa jualan jawaban UN tau nggak", tanya Dahyun. Bukannya jawab, hal pertama yang keluar dari mulut Hansol adalah tawa.
"Ya ampuuun kenapa bisa sampe ke situ sih mikirnya!", ujar Hansol di tengah tawanya.
"Yeee bukan aku doang yang mikir gitu. Rayi malah mikir kamu jadi hadiah arisan tante girang tau nggak. Lagian ngapain sih kamu ngumpet-ngumpet ketemuan sama orang di bawah pohon? Kayak transaksi barang terlarang tau nggak!", sambung Dahyun. Makin absurd makin gelak tawa Hansol meledak. Puas ketawa, Hansol menenangkan dirinya. Dia ngeluarin dua tiket premier AADC 2 itu.
"Dibilang aku sibuk nyari ti
Comments