Again

Again (Unbreakable 2)

Yuri merapikan blazzer cokelatnya yang berantakan dan segera menarik Taeyeon turun dari taksi. Temannya yang satu ini benar-benar pemalas. Ia sudah berjanji akan merubah Taeyeon yang pemalas menjadi rajin semenjak kenal dengan gadis itu, namun visi misinya sia-sia saja karena Taeyeon sama sekali tidak mau menuruti nasihatnya.

Mungkin Taeyeon memang mengaplikasikan dandanan ke wajahnya, namun selera berpakaiannya benar-benar payah. Siapa yang ingin memakai kemeja kebesaran bermotif kotak-kotak merah tua dan blazzer berwarna kuning telur?

Yah. Menyeramkan.

“Bajuku masih banyak, Yul. Untuk apa kau membawaku kesini?” keluh Taeyeon malas, ketika Yuri dengan semangat membawanya memasuki mall besar yang berada di depan mereka. “Dan semuanya masih bagus. Aku tidak akan mau menghabiskan gajiku hanya untuk berfoya-foya seperti ini. Bukankah kau tahu kalau kita susah sekali mendapatkan gaji dari si bau Hojung itu?”

“Bajumu banyak, tapi semuanya sudah ketinggalan jaman!” sergah Yuri, mencubit lengan Taeyeon hingga gadis itu meringis. “Aku tidak tahan mendengar si genit Yeonja itu ketika berbicara. Dia membicarakan selera berpakaianmu yang parah, kau tahu? Dan aku, selaku pengatur busana di perusahaan kita tercinta, tidak akan diam saja ketika aku berteman dengan orang sepertimu.”

Taeyeon memilih untuk tutup mulut saja dan membiarkan Yuri membawanya keluar masuk butik-butik berpakaian. Gadis berkulit kecokelatan itu berjanji kalau untuk kali ini, ia akan membayar baju-baju yang dipilihnya sendiri. Taeyeon merasa tidak enak hati namun ia juga tidak menolak karena ia tahu jelas berapa gaji yang didapatkan oleh seorang gadis lajang dengan jabatan setinggi Yuri.

“Warna salem... boleh.” Gumam Yuri, mempadu-padankan kemeja yang dipegangnya dengan rok sepan berwarna cokelat pucat yang tadi ia rampas dari––darimana, ia sudah lupa––. “Kulitmu itu berwarna seperti susu, dan karena itu kau cocok-cocok saja memakai pakaian dengan warna salem dan pastel seperti ini.”

Taeyeon mengangguk-angguk saja karena ia tidak akan mau membuat Yuri berteriak-teriak di tengah butik ini. Butik ini dipenuhi oleh banyak orang-orang kelas atas––Taeyeon dapat melihatnya dari betapa banyaknya orang-orang dengan tas bermerek dan wajah mulus tanpa cacat yang berlalu lalang disini. Kalau tidak ingin membuat dirinya sendiri malu, lebih baik Taeyeon diam saja dan menurut.

“Lagipula, kenapa kau tidak pernah mencoba untuk mencari baju, ‘sih?” keluh Yuri, menarik beberapa potong pakaian lain dan menatapnya selama beberapa saat. “Tubuhmu ramping dan kulitmu cocok untuk di pasangkan dengan warna apa saja...”

“Bagaimana dengan yang ini? Uh, aku tidak suka!”

Taeyeon tidak mendengarkan kelanjutan perkataan Yuri karena suara seorang yeoja yang terdengar melengking berlebihan menarik perhatiannya. Gadis itu berambut cokelat terang dan sedang melempar sebuah kemeja seenaknya begitu saja ke lantai. Di sebelahnya, seorang laki-laki yang cukup tinggi berjongkok untuk memungut baju yang dilemparkan gadis itu. Hanya punggung laki-laki itu saja yang dapat dilihat Taeyeon karena ia membelakangi pandangan Taeyeon saat ini.

Sepertinya aku mengenal orang itu, gumam Taeyeon tidak yakin dalam hatinya.

Oppa! Ini tidak sesuai tren! Aku tidak suka!” jerit gadis cokelat itu tidak terima. “Baek––“

“Taeyeon, ayo kita bayar. Aku sudah selesai memilih.”

Suara Yuri menyadarkan Taeyeon dan ia segera mengalihkan pandangannya dari pasangan tadi. Ketika ia menoleh lagi, pasangan tersebut sudah pergi dan menjauh dengan posisi sang laki-laki membekap mulut gadis tersebut sambil bersusah payah menyeretnya keluar dari butik.

Baek? Gumam Taeyeon dalam hati.

Saat itu juga, jantungnya berdegup tidak karuan.

.

.

“Taeyeon-ssi, Hojung-sajangnim memanggilmu.”

Taeyeon mengangkat kepalanya dan segera menggigit bibir. Apalagi yang sudah diperbuatnya sampai laki-laki bernafas bau itu memanggilnya? Taeyeon merutuk pelan sembari bangkit dari kursinya, berjalan ke arah ruangan Hojung dengan penuh perasaan was-was dan hati yang tidak siap.

Tangan Taeyeon terulur untuk mengetuk pintu.

“Masuk.”

Ketika pintu ruangan terbuka, Taeyeon menyadari kalau Hojung tidak sendirian. Ada seorang pria sebayanya yang duduk di hadapan Hojung, membuat Taeyeon menyunggingkan senyuman formal tipis ke arahnya untuk memberi kesan pertama yang baik. Dengan langkah pelan gadis itu mendekat dan berhenti tepat di samping pria tersebut.

“Ini Kim Taeyeon yang kuceritakan.” ujar Hojung, melirik Taeyeon sekilas. “Dia cukup handal menangani kasus seperti itu. Beberapa kasus dapat ia tutup dengan memberikan inovasi-inovasi baru yang mampu menutupi skandal tersebut.”

Bangapseumnida, Kim Taeyeon-ssi.” Ujar orang itu, mengangguk singkat dengan penuh wibawa.

Taeyeon cepat-cepat membungkukkan tubuhnya. “Bangapseumnida, sajangnim.”

“Aku ingin kau menjadi manajer sementara dari artis baruku yang akan kudebutkan bulan depan.” Ujar orang itu, senyuman berwibawanya tak pernah terlepas dari wajahnya ketika berbicara. “Memang sedikit melenceng dari pekerjaanmu, tapi Hojung merupakan temanku yang sangat bisa kuandalkan. Dan sekarang dia mempercayakanmu. Apakah kau mau menerima tawaranku?”

Ye?” jawab Taeyeon bingung.

“Aku akan memberikan dispensasi padamu selama kau membantunya.” Ujar Hojung meyakinkan.

Taeyeon menatap Hojung dan orang tersebut bergantian. Ia kembali menggigit bibir, menimbulkan luka baru pada bibirnya yang tipis dan sering ia gigit ketika bingung dan takut. Gadis itu kembali memandang dua orang tersebut bergantian sebelum akhirnya mengangguk karena melihat wajah berharap dari Hojung dan orang tersebut.

“Baiklah, aku akan berusaha membantu.” Taeyeon berujar pada akhirnya.

“Bagus.” ujar orang itu, memberikan kartu namanya ke arah Taeyeon. “Besok kau sudah mulai bisa bekerja ke gedung agensi kami, ada alamatnya pada kartu namaku disana. Dan kalau ada apa-apa, kau bisa menghubungiku. Sekali lagi, semuanya ada disana.”

Taeyeon mengangguk, memandang Hojung yang kini sedang tersenyum cukup baik ke arahnya. Gadis itu pamit diri untuk keluar dari ruangan Hojung dan segera duduk kembali ke kubikelnya dengan wajah yang menjadi pucat.

Menjadi manajer? Manajer artis? Kau gila, Taeyeon, pikir Taeyeon sambil memukul kepalanya lagi. Ia memundurkan kursi, memandang Yuri yang sekarang sedang sibuk mengedit sampul majalah dengan earphone bervolume penuh di kedua telinganya. Dengan kaki kanannya yang bebas, gadis itu menendang kursi Yuri pelan.

“Apa?” tanya Yuri, sedikit jengkel sambil melepas earphone-nya.

“Mulai besok aku tidak akan bekerja disini lagi.”

.

.

Taeyeon memandang gedung agensi menjulang di depannnya dengan tatapan takut. Tangannya mengeluarkan kartu nama orang yang kemarin menawarkannya untuk menjadi manajer tersebut dan meyakinkan diri kaau ini adalah gedung yang tepat.

Tapi Taeyeon tidak menyangka sebuah gedung agensi bisa sebesar ini...

“Kim Taeyeon-ssi?”

Taeyeon menoleh dan mendapati seorang wanita dengan rambut tersisir licin sedang memperhatikannya dari atas sampai bawah. Blazzer hitam wanita itu berbanding 180 derajat dengan kemeja putih tua yang sedang dikenakan Taeyeon. Diam-diam Taeyeon menelan ludah, membayangkan berapa harga yang tertera pada label harga pakaian wanita tersebut.

“Iya?” jawab Taeyeon pelan.

“Salam kenal. Goo Soojung.” Ujar wanita bernama Soojung itu, menjabat tangan Taeyeon dengan sekali sentak. “Mari masuk ke dalam, tuan Presdir dan tuan Byun sudah menunggu anda.”

Taeyeon mengangguk pelan dan mengikuti wanita bernama Soojung itu memasuki gedung agensi. Matanya menatap beberapa orang yang berlalu-lalang dan mengenali mereka sebagai artis-artis yang sering dilihatnya di televisi.

Pekerjaannya memang sering membautnya bertemud an berbicara langsung dengan para artis, namun melihat mereka berada di gedung ini seperti melihat orang lain saja. Ia tidak menyangka kalau Yiyoung, sang bintang iklan itu, bisa tertawa selebar itu, seperti sekarang. Semuanya terlihat berbeda.

Taeyeon memasuki lift dan berdiri di sebelah Soojung. Mereka berdua segera keluar dari lift setelah sampai di lantai dua puluh tiga dan berjalan menyusuri lorong yang cukup panjang sebelum akhirnya sampai di sebuah ruangan dengan labelDebut Soon’.

Soojung mengetuk pintu tersebut dan segera membuka pintunya. Taeyeon yang sedari tadi berjalan di belakangnya mengekor dan menundukkan kepalanya untuk memberikan hormat pada orang-orang di depannya.

“Taeyeon-ssi sudah datang, Tuan.” Ujar Soojung tanpa kehilangan wibawa dalam suaranya. “Perkenalkan, ini adalah artis baru kami yang akan debut bulan depan. Taeyeon-ssi, ini adalah Byun Baekhyun.”

Mata Taeyeon membulat dan dengan cepat ia mengangkat kepalanya.

 

Ya Tuhan...

 

Disana Baekhyun berdiri, tak jauh darinya, sedang memandangnya dengan senyuman yang pernah menemani hari-harinya dulu. Tubuhnya bertambah tinggi dan sekarang rambutnya tidak sepanjang dulu. Lengan kemeja cokelat yang ia kenakan digulungnya sampai siku, dan sekarang tangan itu terulur untuk menjabat tangan Taeyeon.

“Senang bertemu denganmu, Taeyeon-ssi.”

 

Ada sesuatu yang harus kuselesaikan, sunbae.”

Menyingkirlah dari situ, noona manis.”

Sunbae...”

“Noona...!”

“Senang bertemu denganmu, Taeyeon-ssi.”

 

Taeyeon terdiam dan tetap memandang Baekhyun dengan kedua matanya yang melebar. Tanpa sadar kelenjar air matanya aktif memproduksi air-air baru dan air-air tersebut mengalir turun dari matanya, membuat sebuah sungai kecil yang melalui kedua pipinya yang susah payah ia poleskan bedak termaha yang pernah ia beli.

Sementara tangannya menggantung di udara––menunggu Taeyeon menyambut dan menjabat tangannya––, Baekhyun menatap orang di depannya yang tiba-tiba menangis tanpa ekspresi. Kedua alisnya berkerut dan ia segera menarik tangannya kembali, menggantinya dengan sebuah tatapan bingung untuk Taeyeon.

“Anda... tidak apa-apa?” tanya Baekhyun pelan.

Taeyeon tersentak pelan dan tersadar. Ia menggelengkan kepala perlahan, lalu menyodorkan tangan sebagai ganti salam perkenalan mereka yang tertunda. Baekhyunpun tersenyum dan menjabat tangan Taeyeon, memberikan kesan pertama yang baik pada calon manajernya itu.

Taeyeon meniti tangannya kembali dan ia sedikit sakit saat melihat cincin yang dikenakannya bersentuhan dengan kulit tangan pemberinya. Ia mengamati wajah Baekhyun yang terlihat benar-benar tidak mengenalnya sama sekali. Apa kau pura-pura tidak mengenaliku karena kau akan menjadi orang terkenal nanti?

“Taeyeon, ini orang yang kubicarakan denganmu kemarin malam bersama Hojung.” Ujar tuan Presdir, mempersilakan Taeyeon duduk bersama-sama dengan mereka bertiga. “Selama beberapa waktu kalian berdua akan bekerja sama dan otomatis akan menjadi sering bertemu, jadi kuharap kalian bisa berteman dengan main.”

Taeyeon mengangguk pelan, tidak berani menatap orang-orang di depannya.

“Sekarang silakan bicarakan tentang jadwal kegiatanmu bersama Taeyeon-ssi, Baekhyun-ah.” Ujar sang presdir dengan tegas. “Berikan berkas-berkasmu padanya agar Taeyeon­-ssi bisa mengambil tindakan-tindakan yang diperlukan kedepannya.”

Ne, sajangnim.”

Taeyeon masih belum terbiasa untuk mendengar suara Baekhyun yang jauh lebih berubah sekarang. Suaranya menjadi berat dan tidak terdengar seperti dulu. Tidak seperti dulu dimana suaranya selalu dibuat-buat agar terdengar seperti pria dewasa.

“Taeyeon-ssi?”

Taeyeon mengangkat kepalanya dan memandang Baekhyun yang sekarang tengah beridiri di depannya dengan mata mengajak. Gadis itu mengangguk dan segera membungkukkan diri pada presdir dan Soojung, lalu mengikuti Baekhyun yang melangkahkan kakinya keluar dari ruangan tersebut.

“Haaaaaah!”

Sedetik setelah pintu ruangan di tutup, Baekhyun segera menghela nafasnya kuat-kuat. Ia memandang Taeyeon yang sedang memandangnya dengan bingung, lalu tersenyum jenaka. “Aku tidak bisa apa-apa di depan paman, Taeyeon-ssi. Kalau aku bersikap tidak sopan sedikit saja, dia bisa menjewerku.”

Ye?” Taeyeon menautkan alisnya dengan bingung. “Paman?”

“Ya. Dia berjanji akan mendebutkan artis dalam waktu dekat dan ternyata artis yang akan didebutkannya itu mengalami patah tulang.” Ujar Baekhyun, sementara mereka berjalan menyusuri lorong lantai 23 itu dengan gerakan lambat. “Jadi mereka meminta bantuanku untuk menggantikannya sementara waktu.”

Taeyeon mengangguk-angguk dan memandang lantai. Baekhyun, kita sudah tinggal berdua saja sekarang. Tidak bisakah kau berhenti berpura-pura dan memelukku saja?

“Aku akan memberikan noona hasil tes kesehatanku dan––oh, ya, bolehkah aku memanggilmu noona?”

Taeyeon menoleh dan memandang Baekhyun dengan kedua matanya yang kini tengah berkaca-kaca kembali. Sebuah senyuman getir terseungging di bibirnya, lalu ia mengangguk pelan.

“Ya,” ujar Taeyeon pelan, mengusap titik air matanya diam-diam. “Memangnya apalagi?”

.

.

Bunyi telepon berdering terdengar menggema di ruangan tamu suatu rumah. Seorang laki-laki berambut cokelat terang dengan malas menjulurkan tangannya, berusaha menggapai-gapai benda kecil menyebalkan tersebut yang sekarang sedang berteriak-teriak tidak karuan.

“Ya?” jawabnya malas.

Dimana kau sekarang, Taem?” tanya orang di seberang sana. “Jemput aku.”

Taemin mendesah malas, menguap dan menggaruk-garuk perutnya yang terasa gatal. “Ah, noona, memangnya tidak ada bus disana? Aku sedang sibuk, tugas kuliahku menumpuk...”

“Taemin, kalau kau tidak menjemputku, tidak apa-apa. Aku akan memberikan wasiatku sekarang.” Ujar Taeyeon dengan nada hiperbola. “Pertama, kalau kau ingin menikah, kau harus meletakkan fotoku di samping altar. Kedua, carikan Yuri pacar. Ketiga, jangan lupa terus memberikan bunga pada makamku seminggu sekali...”

Taemin memutar bola matanya. “Noona ada dimana sekarang?”

Kau memang adikku yang baik. Aku akan memberikan alamatnya.

Laki-laki itu mendengus kesal dan segera bangkit untuk menjemput kakaknya yang merepotkan itu. Setelah meminta ijin pada ibunya yang sedang merajut, Taemin masuk ke dalam mobil dan melajukan mobilnya sesuai alamat yang dikirimkan Taeyeon.

Lima belas menit kemudian ia melihat kakaknya sedang duduk di sebuah halte bus dengan wajah murung. Untung saja jalanan cukup lengang sehingga ia cepat sampai kesini, sehingga kalau ia terlambat lima menit saja mungkin Taeyeon sudah dikerubungi oleh orang-orang sekarang karena melompat ke arah bus yang sedang berjalan.

Taeyeon yang menyadari adiknya sudah datang segera bangkit dan masuk ke dalam mobil. Ia memandang Taemin sekilas, lalu segera menyandarkan tubuhnya yang terasa penat ke jok mobil tanpa ingin berbicara apapun.

Taemin yang menyadari kakaknya sedang sangat letih mengerti dan langsung menjalankan mobil dengan perlahan. Berkas-berkas yang ada di tangan kakaknya sepertinya akan membuat perempuan itu begadang malam ini. Ia akan mendengar umpatan Taeyeon yang dikeluarkannya tiap begadang lagi nanti.

Mobil sampai di depan rumah dan Taeyeon segera keluar dari mobil. Ia tidak sempat mengucapkan terimakasih pada adiknya dan memilih untuk langsung mandi saja. Semoga segala penat dalam kepalanya cepat hilang dan ia bisa langsung mempelajari berkas-berkas Baekhyun agar menjadi manajer yang baik untuk tunangannya itu.

Tunangan? Pikir Taeyeon sinis. Ia bahkan tidak meminta maaf.

Taeyeon menatap cincin yang tersemat di jari manisnya dengan perasaan mual. Ia segera melepas cincin tersebut dan meletakkannya di atas meja segera setelah ia masuk ke dalam kamar. Setelah mempersiapkan ritualnya yang ia lakukan sebelum mandi––melepas pakaian, mengisi bath tub dengan air dan menuangkan sabun busa kedalamnya––, Taeyeon segera melompat masuk untuk merendam tubuhnya dengan air panas.

Jemarinya terangkat untuk memijat kening yang terasa penat. Gadis itu membenamkan kepalanya sepenuhnya dalam air, lalu kembali naik lagi ketika oksigen di paru-parunya mulai habis. Dengan kesal ia mengeringkan tangannya dengan handuk dan meraih ponselnya yang tergeletak tidak jauh dari bath tub-nya.

Keningnya berkerut ketika sebuah nomor yang tidak dikenalnya mengiriminya pesan. Dengan perlahan ia mengetuk layar untuk membuka pesan tersebut.

 

Unknown       : Manajer Kim?

 

.

.

 

manajer kim? manajer kim? uuuuuuuu

manajer kim minta kalian buat mendukung fanfic ini.

bhay!

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Novykurnia #1
Ceritanya menguras air mata. Ditunggu kelanjutannya kakak author.. Bagus banget.
ziualhaq #2
Chapter 4: Kalo baekhyun inget skrg juga ga bakal seru sih ya. tapi ga tega liat taeng menderita gitu. huhu
lagi sedih2 nya malah jadi ngakak gegara pendeskripsian tentang mr hojung hahaaaha
update soon thor.. jangan berenti nulis jebaaaaaaaallll
ziualhaq #3
Chapter 3: Yah ilang ingatan :(
penasaran juga sih kemana aja baekhyun selama 9th ini???
aduh itu sih batin baek, hati nya taeng itu udah ada setengah di kamu mau segimana pun kamu ilang ingatan. syodih juga. ku jadi baper
ziualhaq #4
Chapter 2: Long time no seee.. aku baru cek lagi aff dan baru sadar kalo ketinggalan 3 chapter. Dan apa ini? apa2an tuh si baekhyun? dia pura2? ilang ingatan? atau gmn?????
ahhhhh taeng nya kasian, nunggu harap2 cemas, pas ketemu orang yg ditunggu nya malah sama sekali ga ngenalin dia :( ige mwoyaaaa
Aasyah #5
Chapter 4: Baper dah guee....
EkaRahma #6
Chapter 4: ASLI BAPER..........
dhesyanie #7
Chapter 4: Akhirnya chapt 4 nya di update lebih cepet,. Aduh ko Baper
EkaRahma #8
Chapter 3: Author kalau minta di ingetin buat next chapt nggak masalah kok wkwkwkwk dengan senang hati saya ingatkan :V
dhesyanie #9
Chapter 3: Next chapternya di percepat lagi dong,. Jgn sampe kelupaan lagi ya,ditunggu bgt loh chapter selanjutnya
Aasyah #10
Chapter 3: Finally... makasih thor udah update