Again

Again (Unbreakable 2)

“KIM TAEYEON! CEPAT DATANG KE RUANGANKU!”

Taeyeon menelan ludahnya sendiri sembari memandang teman-temannya yang berada di sampingnya dengan tatapan memelas. Bibirnya bergerak-gerak tidak karuan, dan kakinya maju mundur, ragu untuk segera masuk ke ruangan yang penuh dengan aura membunuh itu atau tidak.

“KUHITUNG SATU SAMPAI TIGA. SATU!”

Kali ini Taeyeon segera berlari di atas sepatu hak tingginya dengan terbirit-birit dan tanpa sadar membuka pintu ruangan atasannya dengan gerakan yang cukup kasar. Matanya membulat sempurna ketika melihat wajah atasannya yang sudah memerah karena marah. Dengan langkah pelan-pelan, ia berjalan mendekat dan duduk di depan meja atasannya.

“SIAPA YANG MENYURUHMU UNTUK DUDUK, KIM TAEYEON?!”

Jung Hojung, nama atasannya ini, kalau memarahi bawahannya, akan berteriak-teriak sambil menyebutkan nama orang bersalah tersebut lengkap dengan marganya. Selain itu, sang tertuduh akan mendapatkan hujan fenomenal dari Hojung. Tidak apa-apa kalau laki-laki kepala empat itu baru saja meminum kopi atau menghabiskan sepotong kue.

Tapi sepertinya ia habis melahap satu ekor kuda mentah-mentah sekarang.

Nafasnya bau sekali, pikir Taeyeon kesal, segera berdiri lagi.

“TAHUKAH KAU, APA YANG SUDAH KAU LAKUKAN?” jerit Hojung tanpa ampun, melemparkan sebuah kertas ke atas meja dan langsung saja ditatap Taeyeon lekat-lekat. “KAU MEMBUAT MAJALAH KITA DITUNTUT OLEH CHOI SIWON! CHOI SIWON, KIM TAEYEON! KAU TIDAK TAHU DIA SIAPA, HAH?!”

“Ta.. tahu, sajang––“

“JANGAN BERANI-BERANI MENJAWABKU!”

Taeyeon meringis kesal diam-diam. Baiklah, mungkin ia memang boleh memarahinya seperti ini karena Hojung memang atasannya. Tapi, Siwon sialan itu––argh, benar-benar. Taeyeon memang menolak cintanya beberapa minggu lalu, dan Hojung yang mengetahui kejadian itu malah memintanya untuk mewawancarai Siwon tentang karir baseball-nya yang merangsek naik.

Kesempatan emas bagi Siwon untuk membalas dendam.

Taeyeon mengintip takut-takut kertas di depannya dan memandang sebaris kalimat yang dilingkari oleh Hojung. Matanya menyipit sementara otaknya berusaha untuk berkonsentrasi membaca apa yang tertera disana.

 

Kim Taeyeon-ssi tidak mewawancaraiku dengan baik. Dia memintaku untuk mentraktirnya makan malam dengan dalih wawancara. Juga, bahasanya dalam mewawancaraiku sama sekali tidak sopan. Bukankah sudah sepantasnya dia menaruh hormat pada orang yang lebih tua dan tidak menggunakan bahasa-bahasa slang padaku? Karena itu, aku perlu menanyakan perizinan berdirinya majalah Hooked! ini kepada pihak yang berwajib dalam bidang publisitas.’

 

Siwon sialan... sapi di peternakan pamanku pun tahu kalau kau hanya dua hari lebih tua dariku, geram Taeyeon kesal di dalam hatinya. Dan apa? Ia memaksa Siwon untuk mentraktirnya makan malam?

“AKU TIDAK TAHU APA YANG KAU PIKIRKAN, TAPI JANGAN BERANI-BERANI BERKATA KALAU KAU TIDAK BERSALAH!” Hojung masih gemar saja berteriak, membuat Taeyeon harus menahan nafasnya karena bau nafas Hojung membuatnya tidak tahan. “SELESAIKAN MASALAHMU DENGAN SIWON, PRIBADI MAUPUN FORMAL, SEHINGGA IA MENCABUT TUNTUTAN INI SECEPATNYA!”

“Tapi, sajangnim, itu hanya pernyataan, bukan tuntu––“

“KIM––TAE––YEON!”

Mendengar Hojung menyerukan namanya dengan penuh penekanan, Taeyeon segera mengangguk cepat-cepat dan keluar dari ruangan menyeramkan itu sesegera mungkin. Sedetik setelah menutup pintu ruangan Hojung, Taeyeon segera merampas tisu dari meja temannya dan membersihkan wajahnnya.

“Bagaimana rasanya?”

“Ayam panggang? Atau ikan goreng?”

“Sepertinya dia habis melahap bangkai.” Gerutu Taeyeon cukup sarkastik, berjalan ke mejanya dan mencari sabun pencuci wajah. “Benar-benar menyebalkan. Sekarang aku harus kembali lagi ke tempat Siwon dan meminta pria berwajah rubah itu untuk menarik kata-katanya. Kalau tidak Hojung akan menghujaniku lagi dengan hujannya.”

Taeyeon hanya meringis mendengar tanggapan teman-temannya. Gadis itu berjalan menuju kamar mandi di lantai tersebut dan berdiri di depan wastafel, memandang wajahnya sendiri dengan ekspresi jijik. Segera saja ia membasuhnya dengan air, menyabuni wajahnya dan membilasnya kembali. Persetan dengan make up yang ia kerjakan selama setengah jam pagi ini, yang penting titik-titik liur Hojung pergi dari kulitnya.

Gadis itu tersenyum dan mengeringkan wajahnya. Ia kembali ke meja dan mulai mengaplikasikan make up-nya lagi. Kali ini hanya bedak tipis dan lipgloss saja, siapa tahu Hojung ternyata belum puas memakinya.

Lalu Taeyeon tersadar kalau ia harus menemui Siwon. Dengan geram gadis itu bangkit, menarik tasnya dan segera pergi menuju lift. Laki-laki itu memang menyebalkan, dan masalah mereka sebaiknya harus diselesaikan secepatnya. Ketika lift berdenting, Taeyeon keluar dan segera berjalan menuju halte bus.

Empat tahun bekerja di tempat produksi salah satu majalah terbesar di Korea Selatan ternyata belum memungkinkan bagi Taeyeon untuk membeli kendaraannya sendiri. Gadis itu harus rela berpindah-pindah kereta, menunggu bus, ataupun memberhentikan taksi hanya untuk berangkat ke kantor. Hojung bukanlah tipe atasan yang akan dengan senang hati memberikan uang tambahan ketika bawahannya harus pulang malam karena lembur.

“Menjengkelkan.” Gerutu Taeyeon, memberhentikan sebuah taksi dan masuk ke dalamnya. Gadis itu duduk dan memperhatikan wajahnya di cermin yang dibawanya. Bukan karena ia ingin menarik perhatian Siwon atau apa, namun ia tidak akan menunjukkan wajah suntuknya karena Hojung dihadapan laki-laki tidak tahu diri itu. Bisa-bisa Siwon besar kepala.

Choi Siwon adalah salah satu bintang baseball yang sedang di puncak karirnya saat ini. Taeyeon bertemu dengannya dua bulan lalu di sebuah bar––salah satu teman sekantornya berulang tahun dan ia diundang kesana––dan tanpa sengaja menuangkan jus jeruk yang dipesannya ke kemeja pria itu. Perkenalan pun tak dapat dihindarkan dan Siwon mulai mengejarnya sejak saat itu.

Namun popularitas Siwon membuatnya tidak tahan. Taeyeon harus bersabar ketika kantornya dipenuhi oleh wartawan––dan, astaga, bahkan dirinya sendiri adalah seorang wartawan––yang memaksanya untuk menceritakan hubungannya dengan bintang olahraga itu. Dengan dalih kita-sama-sama-wartawan-jadi-kita-harus-saling-mengerti milik Taeyeon, gadis itu selalu berhasil menghindari setiap cercaan pertanyaan dari rekan wartawannya.

Ini semua tidak terjadi kalau saja Siwon tidak bermulut gatal dan menahan diri untuk tidak menyebutkan namanya dimana-mana. Padahal, mereka tidak memiliki hubungan apa-apa. Taeyeon hampir saja mendatangi apartmen laki-laki itu ketika sadar kalau Siwon mengambil fotonya diam-diam dan menunggahnya ke salah satu media sosial seenaknya.

“Choi Siwon... mati kau...” geramnya kesal, menutup cermin yang tadi dipandanginya dengan kasar dan memasukkannya ke dalam tas.

Taeyeon turun dari taksi dan berjalan memasuki apartmen mewah di daerah Gangnam. Ia mengabaikan tatapan tidak suka dari beberapa orang akibat bunyi yang ditimbulkan dari antukan heels-nya ke lantai marmer gedung tersebut. Taeyeon menekan tombol lift dan masuk sesegera mungkin ketika pintu lift itu terbuka.

Ia memikirkan apa yang harus dilakukannya terlebih dulu ketika bertemu dengan Siwon nanti. Apakah ia harus meninjunya di hidung sampai pria itu mimisan? Atau menendang perutnya menggunakan heels-nya yang menyenangkan ini? Atau ia harus mencampur makanannya dengan racun––ia tidak membawa racun––jadi lupakan.

Bunyi dentingan lift terdengar dan Taeyeon berjalan keluar dari dalamnya. Matanya menyisir pintu-pintu apartemen yang berwarna cokelat dan kakinya berhenti di depan pintu dengan nomor 7-7. Tangannya terulur untuk menekan bel, dan kemudian ia melipat tangannya sendiri sembari menunggu dengan perasaan tidak sabar.

Siapa... disana?

Taeyeon memutar matanya ketika mendengar suara Siwon yang menyebalkan itu. Apartmen yang Taeyeon yakin biaya sewanya ini melebihi gajinya setahun itu dilengkapi dengan fasilitas yang memungkinkan si empunya apartmen mengetahui siapa tamu yang datang kesana. Wajahnya pasti akan muncul di layar monitor di dalam sana.

Cih. Dasar menyebalkan.

“Bukakan saja pintunya. Aku harus berbicara denganmu.” Jawab Taeyeon ketus.

Terdengar sebuah tawa kecil dari dalam sana. “Aku harus mengetahui siapa tamuku––“

“Kim Taeyeon.” Potong Taeyeon akhirnya, tidak tahan dengan Siwon yang menurutnya lebih pantas tinggal di rumah sakit jiwa saja.

Bunyi klik pelan terdengar dan Taeyeon melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam. Baru saja ia melewati sebuah lorong pendek dan sampai di ruangan utama, ia sudah melihat Siwon yang berdiri tidak jauh didepannya dengan senyuman menjengkelkannya itu. Melihat Taeyeon sudah datang, pria itu segera duduk di sofa merahnya dan menepuk-nepuk tempat kosong di sebelahnya.

“Disini.” Ujar Siwon pelan.

Taeyeon berdecak, memutar bola matanya dengan kesal. “Tidak sudi.” Gumamnya pelan, lalu berjalan sampai berada tepat di depan Siwon. “Aku tidak akan berlama-lama. Aku hanya ingin kau mencabut semua ucapanmu tentangku dan tentang hooked. Karena kau, aku hampir saja diusir dari kantor dan kehilangan pekerjaan!”

Siwon tersenyum, menatap Taeyeon tanpa takut. “Begitu? Bagaimana kalau aku tidak mau?”

“Choi Siwon...” geram Taeyeon kesal, mengepalkan tangannya kuat-kuat. “Mungkin aku memang tidak dilahirkan berkelimpahan seperti dirimu! Kau harus belajar untuk menghargai orang lain, dan pekerjaanku sangat berarti untuk memberiku biaya hidup! SEKARANG JUGA CABUT PERKATAANMU TENTANG SEGALA SESUATU YANG BERHUBUNGAN DENGANKU ATAU AKU AKAN MENENDANG KEPALAMU YANG BERHARGA ITU!”

“Ck, pelankan suaramu. Ada sepupuku menginap disini.” Desis Siwon malas, sembari tangan kanannya menarik ponsel yang berada tak jauh dari tempat duduknya. “Dasar wanita. Aku hanya bercanda, Taeyeon-ssi. Ternyata atasanmu juga termakan umpanku, huh? Benar-benar tidak bisa diajak bermain.”

Taeyeon tidak bisa memilih antara mendang bokong Siwon atau mencabut habis alis laki-laki itu. Kalau menendang bokongnya, bisa dipastikan roknya akan tersingkap dan dia tidak boleh membiarkan Siwon makin menjadi-jadi. Akhirnnya gadis itu memutuskan untuk diam saja sementara Siwon menelepon seseorang yang tidak ia kenal.

“Beres.” Ujar Siwon, kali ini meminta Taeyeon untuk duduk dengan tenang. “Aku tidak akan mengusilimu lagi. Aku hanya ingin bertanya. Apa benar kau tidak menyukaiku? Aku bisa memberimu kehidupan yang lebih baik lagi kalau kau mau.”

Taeyeon menghela nafasnya, memandang Siwon dengan tatapan malas. “Kita sudah membicarakannya berulang kali, bukan? Aku mempunyai seorang tunangan. Dan ia memintaku untuk menunggunya. Tidak mungkin aku mengingkari janjiku dengan menerima tawaranmu itu, Siwon-ssi.”

“Menunggunya? Untuk berapa lama?”

“Tahun ini adalah tahun ke sembilan.”

Pardon?” gumam Siwon tidak percaya, memandang Taeyeon yang kini berada di depannya. “Kau menunggu seseorang selama itu? Lalu ia melamarmu ketika kau masih berusia berapa, kalau begitu?”

Taeyeon memandang langit-langit apartmen Siwon, dan bayangan wajah Baekhyun menyergapnya. Wajah polos anak laki-laki ingusan berusia empat belas tahun itu kembali menjadi nyata dan tanpa sadar di bibirnya tersungging sebuah senyuman perih. Taeyeon mengembalikan pandangannya pada Siwon, lalu membuka mulut untuk berbicara.

“Tujuh belas tahun. Sedangkan ia baru berusia empat belas tahun.” Jawab Taeyeon tenang, disambut oleh tatapan tidak percaya Siwon. “Kalau tahun ini dia masih belum menampakkan wajahnya yang menyebalkan itu kepadaku, aku akan melepaskannya, Siwon-ssi. Karena kalau ia memang tidak muncul, itu artinya dia adalah laki-laki yang lebih buruk dari ayahnya sendiri.”

.

.

.

.

.

chapter pembuka untuk AGAIN, sekuel dari UNBREAKABLE. yeaaaaaaaay!!!!!!!!

semoga tidak mengecewakan untuk kalian yang menungguku dengan sangat :") aku sayang kalian semua. beneran.

tengkyu feri mac. tengkyu!

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Novykurnia #1
Ceritanya menguras air mata. Ditunggu kelanjutannya kakak author.. Bagus banget.
ziualhaq #2
Chapter 4: Kalo baekhyun inget skrg juga ga bakal seru sih ya. tapi ga tega liat taeng menderita gitu. huhu
lagi sedih2 nya malah jadi ngakak gegara pendeskripsian tentang mr hojung hahaaaha
update soon thor.. jangan berenti nulis jebaaaaaaaallll
ziualhaq #3
Chapter 3: Yah ilang ingatan :(
penasaran juga sih kemana aja baekhyun selama 9th ini???
aduh itu sih batin baek, hati nya taeng itu udah ada setengah di kamu mau segimana pun kamu ilang ingatan. syodih juga. ku jadi baper
ziualhaq #4
Chapter 2: Long time no seee.. aku baru cek lagi aff dan baru sadar kalo ketinggalan 3 chapter. Dan apa ini? apa2an tuh si baekhyun? dia pura2? ilang ingatan? atau gmn?????
ahhhhh taeng nya kasian, nunggu harap2 cemas, pas ketemu orang yg ditunggu nya malah sama sekali ga ngenalin dia :( ige mwoyaaaa
Aasyah #5
Chapter 4: Baper dah guee....
EkaRahma #6
Chapter 4: ASLI BAPER..........
dhesyanie #7
Chapter 4: Akhirnya chapt 4 nya di update lebih cepet,. Aduh ko Baper
EkaRahma #8
Chapter 3: Author kalau minta di ingetin buat next chapt nggak masalah kok wkwkwkwk dengan senang hati saya ingatkan :V
dhesyanie #9
Chapter 3: Next chapternya di percepat lagi dong,. Jgn sampe kelupaan lagi ya,ditunggu bgt loh chapter selanjutnya
Aasyah #10
Chapter 3: Finally... makasih thor udah update