He's Back

Beautiful Lies

Seorang lelaki berbaring di atas rumput dengan satu tangan di belakang lehernya, cahaya mentari sore yang menerobos di antara rimbunan dedauan membuatnya harus memicingkan mata saat didengarnya tapak kaki mendekat ke arahnya.

“Luhan, sampai kapan, aku bosan..!”, suara berat seseorang tepat di atas wajahnya menghalangi cahaya yang tadi jatuh menerpa wajahnya. Dengan gerakan perlahan iapun bangkit tapi tidak untuk berdiri melainkan duduk. Dilemparnya pandangannya jauh ke depan, ke tengah taman. Tidak seperti hari biasanya, taman ini terlihat ramai sekarang atau mungkin karena hari ini hari Minggu. Beberapa lansia tampak berjalan santai dengan anjing kecil mereka yang bergerak lincah mendahului si pemilik kemudian berbalik menyamai langkah si empunya. Suara anak-anak yang menjerit dan tertawa begitu mendominasi, juga derit besi ayunan yang berkarat, sesekali terdengar suara bola yang memantul diiringi sorak sorai beberapa orang. Ah, sepak bola. Sudah berapa lama Luhan tak memainkan permainan itu.

“Sebentar lagi, Lao..”, matanya masih mencari-cari sesuatu atau seseorang di tengah taman itu.

“Apa sih yang kita tunggu hingg-”,

“Ssstt.. diam..!!”, bagai sihir ucapan Luhan barusan mampu membungkam mulut Lao Gao yang hendak memuntahkan rentetan keluhan, kritik dan saran karena Luhan sudah membuatnya duduk di taman seperti orang bodoh tanpa melakukan apapun. Bahkan ada ibu-ibu yang mencurigainya sebagai penculik anak hanya karena jaket kulit dan jambang seksi yang dimilikinya.

Luhan kini tampak serius mengamati sebuah mobil hitam yang melaju pelan di pinggir taman sebelum akhirnya menepikannya di dekat taman bermain. Seorang wanita muda turun dari mobil itu sambil melambaikan tangan ke areal bermain anak-anak, yang dibalas lambaian tangan dari perempuan kecil berbando merah yang sedang bermain di monkey bar, disusul seorang anak laki-laki yang berlari ke dalam pelukan si wanita tadi.

“Apa itu Min-seok?”, Lao Gao mencoba menebak nama wanita itu ragu-ragu. Seingatnya Luhan terlalu sering bercerita tentang seorang gadis bernama Minseok padanya, bahkan dengan cepat Lao Gao dapat mengenali wajahnya karena Luhan memajang foto gadis itu dalam frame cantik di samping tempat tidurnya. Pantas terasa sangat familiar.

“Kim Minseok… namanya Kim Minseok…”, Luhan berbicara tanpa mengalihkan pandangannya dari mereka yang sekarang sudah memasuki mobil dan bergerak perlahan menjauhi tempat itu. “Sudah, ayo kita juga pergi..”.

“Tunggu..”, tahan Lao Gao. “Jadi dia Kim Minseok, pacarmu dulu… dan kau menyeretku jauh-jauh datang ke Seoul hanya untuk melihat ini saja. Sebentar-sebentar, biar ku perjelas..”, otaknya berpikir keras. “Lalu siapa mereka, maksudku anak kecil itu.. Oh tidak Luhan, jangan bilang mereka…”, kalimatnya menggantung.

“Apa? Jangan berpikir macam-macam”,

“Astaga.. Lu,..”, ucapnya dengan ekspresi kaget sambil menunjuk Luhan dengan tatapan tidak percaya. “Mungkinkah…”,

“Yak..!! hentikan tatapan menjijikan itu padaku…”, ucap Luhan kesal sambil menepis jari Lao Gao yang menunjuknya, apapun itu dia tahu Lao Gao sedang berpikiran negatif tentangnya.

“Tak bisa kupercaya Lu, kau meninggalkan wanita itu dalam keadaan hamil bertahun yang lalu. Jadi alasan kau melarikan diri ke China karena ini? Sungguh pria tak bertanggung jawab.. ckckck.. Tapi harus kuakui kau hebat, bisa membuat dua anak sekaligus hahaha..”. Luhan yang sudah berjalan beberapa langkah di depannya, membelalakan mata dan buru-buru berbalik untuk membungkam mulut Lao Gao erat. Atau dia akan berceloteh lebih banyak hal buruk tentangnya di hadapan puluhan orang yang sedang bersantai di sekitar mereka.

“nbvjbjhkhh…hgg..emm..emm..”, racau Lao Gao tak jelas sambil meronta menarik tangan Luhan dari mulutnya.

.

.

“Apa ini sakit?”, Won Geun mengikat pelan perban yang membebat lutut seorang anak kecil, seperti anak anjing yang tak berdaya anak itu mengangguk sedih. “Sekarang tidak apa-apa, asalkan tidak banyak bergerak, kau pasti akan segera sembuh”. Won Geun mengemasi peralatannya setelah memastikan anak tadi meminum obatnya dan berbaring.

“Aku tidak tahu kalau ahli bedah jantung sekarang pindah ke bagian anak”, merasa kalimat ini ditujukan untuk dirinya, Won Geun melihat sekeliling dan mendapati sosok Minseok duduk di deretan bangku di depan kamar inap.

“Minseok..!, serunya senang, dengan gerakan yang sangat natural langsung memeluk gadis itu. “apa aku terlambat?”, memeriksa jam tangannya seolah-olah dia telah melewatkan sesuatu yang penting. Tentu saja penting bagi Won Geun, mereka punya janji untuk fitting baju untuk pernikahan mereka yang akan dilangsungkan beberapa minggu lagi. Won Geun sudah melamar Minseok beberapa bulan yang lalu di hadapan kedua orang tua mereka. Dan akhirnya penantiannya selama bertahun-tahun hanya untuk mendengar jawaban “Iya”, dari Minseok berbuah manis.

“Kita masih punya waktu satu jam”,

“Benarkah?”,

“Hmm..”, angguk Minseok mantap. "Oh iya, bagaimana bisa kau ada di bangsal anak?", katanya saat keduanya mulai berjalan. Beberapa perawat mengangguk saat melewati mereka.

"Tadi Dokter Im ada operasi, jadi aku membantunya melakukan pemeriksaan rutin".

"Begitu", lagi-lagi Minseok mengangguk. "Melihat caramu berinteraksi dengan anak kecil tadi membuatku senang".

"Kenapa?", Won Geun membukakan pintu ruang prakteknya untuk Minseok, dan membiarkannya terbuka lebar.

"Karena kau jadi tersenyum lebih banyak".

"Tentu saja, apalagi dengan anak-anak kita nanti". 

"Tsk..", semburat merah langsung menghiasi kedua pipi Minseok yang langsung memalingkan muka, menghindari tatapan langsung dari Won Geun yang pasti akan membuatnya semakin malu. Dia harus berterima kasih pada salah satu perawat yang tiba-tiba memanggil Won Geun untuk datang ke ruang administrasi.

"Sebentar Sayang, aku perlu memberikan laporan harian", menepuk halus pundak Minseok, meraih tumpukan kertas di meja dan melesat pergi meninggalkannya di ruangan bernuansa putih itu. Tak banyak yang dapat Minseok lakukan selain melihat-lihat barang yang ada di atas meja, termasuk laptop yang terbuka. Dengan sekali sentuh layar laptop itu menyala menampilkan wallpaper dengan siluet gadis berambut panjang yang tengah menatap matahari tenggelam, ya.. bukankah itu dirinya? foto di pantai waktu itu?

.

 “Maaf tadi membuatmu menunggu lama”, ucap Won Geun saat dia masuk ke dalam mobil, sudah ada Minseok yang duduk dengan seatbelt yang terpasang rapi.

“Tak apa", memiringkan kepalanya sambil tersenyum, membuat matanya menyipit sangat menggemaskan. Harus diakui dia bukanlah pria romantis yang biasa mengungkapkan kata cinta, bisa dibilang terlalu kaku hanya untuk mengatakan “kau sangat cantik” atau “aku mencintaimu”. Dia lebih senang menunjukkan perasaannya lewat sentuhan kecil seperti saat ini, membelai puncak kepala Minseok dengan lembut. Minseok tersenyum, bersyukur bahwa pria yang sebentar lagi jadi suaminya itu begitu mencintainya. Meskipun tidak sebesar cinta Won Geun tapi Minseok merasa dia juga telah jatuh cinta padanya, dia jatuh cinta saat Won Geun menepati janjinya untuk mengobati hatinya yang terluka, saat dia mengembalikan hari-harinya, saat dia bisa membuatnya nyaman dan membuatnya yakin untuk bisa menerima cinta yang lain.

Tidak ada yang sadar siapa yang memulai, kini kedua bibir mereka telah bersentuhan dengan mata terpejam. Lembut dan hangat, bahkan tangan Won Geun terangkat menyentuh pipi Minseok di sela-sela ciuman mereka dan tidak ada perlawanan darinya. Gadis itu baru mendorong pelan dada Won Geun saat dirasa pasokan udara untuk paru-parunya habis, dengan wajah semerah tomat tentunya.

 

 

Uhuk..uhukk... Ceritanya pengen update tapi malah ini yang terpikir pertama kali, dan gak ada ide lagi... Maaf terlalu pendek, kalau teman-teman ada ide bisa dikomen atau diinbox. Perlu pencerahan yang terang buat jalan cerita ini atau author malah ga update lagi. Thanks for reading...

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Navydark
#1
Chapter 10: Yeaaay. Xiuhaaaaan. Menang saingan dari won geun buat minseok, skarang buat ziyu luhan saingan sama heechul. Kekekeke
Navydark
#2
Chapter 9: Aaaaaa, kan jadi ikutan galau deh. Minseok buat siapaaa?
yoeunseo #3
Chapter 8: pas awal chapter gokil lucu, kok tambah kesini angst gitu....
TT_TT
Navydark
#4
Chapter 8: Sedihnyaaaaaa, sedih buat semua. Clbk aja deh, hehe. Xiuhan jayaaa
Navydark
#5
Chapter 7: Noooo, minseok ahh...... Kan luhan kelamaan nih minseok keburu mau nikah deeeh
Navydark
#6
Chapter 6: Dasar kyu cemburunya agak kelewatan dan keterlauan tapi lawak banget gini.
Its okay thor, yg penting endingnya maknyoss buat xiuhan. Hoho