My Love

Beautiful Lies

Pernah mendengar ungkapan “Cinta itu Buta?”, itulah yang tengah Luhan rasakan. Dia baru saja menabrakkan dirinya ke pintu kaca sebuah coffee shop saat akan memasukinya. Matanya terlalu sibuk melihat ke arah Minseok yang sedang bercerita sampai tidak sadar pintu itu masih tertutup. Orang-orang di dalam coffee shop bahkan sampai menoleh ke arahnya karena bunyi yang ditimbulkan cukup keras, pun beberapa orang yang kebetulan lewat ikut tersenyum dengan tingkahnya yang konyol.

Tapi tidak dengan seseorang bertopi hitam yang berdiri tak jauh dari sana, dia tertawa puas melihat Luhan yang sedang mengurut-urut keningnya. Dia merengut saat Minseok justru mengusap kepala bocah itu.   

“Ya ampun, kau tidak apa-apa?”, samar-samar dia bisa mendengar suara adiknya, mereka tertawa bersama dan akhirnya masuk ke dalam coffee shop. Kyuhyun menarik nafas panjang, dia memilih menunggu di luar berteduh di meja berpayung yang berjajar rapi di pinggir jalan. Energinya hampir habis, dia terus mengikuti mereka kesana kemari hingga sekarang ke coffee shop. Kalau bukan karena mengkhawatirkan adiknya, tentu dia tidak akan repot pergi ke tempat ramai seperti ini. Meningkatkan level game online di hari minggu menurutnya lebih menggoda.

Dari tempatnya duduk dia masih bisa melihat Minseok dan Luhan berdiri di dalam antrian. Dia mengambil ponselnya, mendengarkan lagu dari penyanyi favoritnya melalui headset kemudian menempelkan punggungnya dengan nyaman pada kursi,

Neo saranghalli eobseo, ani nan mollattdeongeoya. Itorok nuni busin neoraneun sarami. Nae yeote kkuk isseojutettneunde (There no way I love you, No I just didn’t know. A dazzling person like you. You were always by my side)

dia mulai bernyanyi pelan, lirik berikutnya dia hanya bergumam tak jelas sambil mengetuk-ngetuk meja mengikuti melodi lagu yang masuk ke telinganya.

Neul anirago haesseo, nae babo gateun maeumi. Dugundaeneun geotjocha moreun cheog hal mankeum urineun pyeonhaesseotdeon geoya (I always denied it, my foolish heart. To the point where I didn’t even know that my heart was pounding, we were so comfortable).

“Aishh.. kenapa lagu ini sih, menyindirku, huh..”, mencopot headsetnya, tidak lagi berminat mendengarkan lagu takut shuffle playlistnya memutar lagu galau lagi. Aktivitas di jalanan Hongdae mulai ramai, banyak pasangan muda atau keluarga berlalu lalang melewatinya. Orang-orang tampak bersemangat menikmati hari yang cerah itu. Di seberang jalan, ada beberapa badut yang berjoget dikelilingi anak-anak kecil, suara tepuk tangan diiringi gelak tawa terdengar setiap kali si badut berhasil memamerkan trik sulapnya.

Semuanya menyadarkan Kyuhyun akan satu hal, dia sendirian duduk di meja itu tanpa teman. Entah sudah berapa banyak waktu dalam hidupnya yang terbuang sia-sia dengan kesendiriannya itu. Hidupnya terlalu individualis, tidak begitu memperhatikan sekitar. Terlalu fokus pada apa yang dia suka tanpa mengindahkan apa yang orang lain suka. Kyuhyun lagi-lagi menghela nafas berat, pikirannya melayang entah kemana.

Selagi dia sibuk dengan pikirannya, dia tidak menyadari bahwa sedari tadi ada yang memperhatikannya. “Kyuhyun”, tepukan pelan yang mendarat di bahunya membuatnya kaget.. Dia segera mengangkat pandangan, mengerjapkan mata dan membalas tatapan sepasang mata beiris gelap milik gadis yang sekarang duduk di depannya. Ia cukup terkejut melihatnya.

“Oo..”, adalah satu jenis huruf yang bisa mewakili kekagetannya, jari telunjuk Kyuhyun mengarah lurus kepada gadis itu, kira-kira kalau diartikan menjadi kalimat “Lho kok kamu bisa ada di sini?”, dan gadis itu tidak cukup pintar untuk menangkap maksud dari gesture tangannya apalagi ditambah ekspresi wajah Kyuhyun yang absurd.

Penampilan Sungmin sungguh terlihat sangat segar dengan baju soft pink dan celana jins hitam, tidak lagi menggunakan jas putih membosankan dengan stetoskop yang menggantung di leher. “Maaf ya aku sedikit terlambat”, setelah mengambil tempat di depannya.

“Hah?”,

“Jadi?”, tanya Sungmin

“Heh?”, Kyuhyun merasa seperti orang bodoh yang terus mengeluarkan kata tak bermakna. Sungmin mengerutkan keningnya kesal.

“Jadi apa yang mau kau bicarakan? Beberapa hari yang lalu Minseok menghubungiku katanya kau…”

“Aaahhh..”, menepuk tangannya bersemangat, akhirnya Kyuhyun mengerti apa yang terjadi. “Sepertinya ini rencana adikku mempertemukan kita. Sebenarnya aku di sini tidak sedang menunggumu tapi mengikuti Minseok. Dia pergi dengan teman barunya karena penasaran jadi aku mengikutinya”.

“Jadi bukan kamu ya?”, Sungmin tidak dapat menyembunyikan kekecewaan yang terdengar dari nada bicaranya. Kyuhyun menggeleng. Suasana menjadi canggung.

 

Tak lama si biang kerok muncul dengan kaki tangannya, bisa ditebak Minseok tersenyum lebar menghampiri mereka.

“Wah, Kak Sungmin kenapa kau lama sekali?”, langsung memeluknya antusias, Sungmin membalas dengan mengusap punggungnya.

“Maaf..”, ucapnya kurang bersemangat.

“Tidak apa-apa, Ayo duduk..!”, Minseok menarik tangan Sungmin untuk duduk di sebelahnya, mengabaikan tatapan kesal dari Kyuhyun sedangkan Luhan hanya bisa berpura-pura fokus dengan ponselnya saat Kyuhyun meliriknya. Jiwa manly’nya berubah jadi abu dan hilang tertiup angin. “Apa kalian sudah lama di sini?”, sekarang Minseok dengan tampang tak bersalah bertanya pada Kyuhyun yang jelas-jelas mengikutinya sejak sejam yang lalu.

“Jadi dari tadi kau tahu aku mengikutimu. Kau mengerjaiku ya..!”, bentaknya sambil melemparkan pandangan kesal pada adiknya, tangannya sudah dilipat di depan dada sedari tadi.

“Tidak.. bagaimana bisa? Aku tidak mengajakmu, salah kakak sendiri mengikutiku..”, pembelaan diri yang masuk akal. “Oh iya Kak Sungmin, hampir lupa kenalkan ini Luhan temanku, dia pindahan dari Beijing”, keduanya saling jabat tangan dan tersenyum, Minseok benar-benar mengabaikan keberadaan kakaknya. Tidak butuh waktu lama bagi ketiga orang ini untuk kemudian larut dalam topik obrolan yang menyenangkan. 

Beberapa saat kemudian

Minseok berdehem, memberi Luhan semacam kode yang langsung direspon dengan kedipan mata.

“Oh iya Luhan, apa kau sudah belajar untuk ulangan  matematika besok?”, tanyanya di tengah obrolan.

“Ah benar,.. besok ulangannya Pak Yunho..!”, Luhan menepuk jidatnya sendiri, pura-pura panik. Minseok terkekeh dalam hati melihat aktingnya yang perlu diacungi jempol. “Sepertinya aku perlu berlatih soal, aku kan kurang paham trigonometri. Minseok, bisa kau ajari aku?”, kalimat terakhir yang Luhan ucapkan adalah improvisasi sekaligus modus.

“Baiklah, bagaimana kalau kita belajar di rumahku?”, ajakan Minseok membuat Luhan girang setengah mati. “Ehmm.. kakak-kakakku tersayang sepertinya kami harus pulang”.

“Ya sudah, kakak juga...”.

“Tidak boleh..!!”, cegah Minseok, suaranya yang cukup keras, membuat Sungmin kaget. “uhm.. maksudnya, Kak Min kan baru datang duduk sebentar di sini ya temani kakakku, kasihan dia sudah mengikuti kami tanpa minum, pasti dia juga masih capek. Iya kan Kak..??!”, Kyuhyun yang dari tadi diabaikan tidak menyahut.

“Tuh kan, saking capeknya kakakku sampai tidak bisa mengeluarkan suara, buahahaha…”, sumpah tawa Minseok kali ini terdengar sangat jahat di telinga Kyuhyun, mengingat apa yang sudah dilakukan padanya. Dia tidak habis pikir bagaimana orang-orang di luar sana mengira gadis berjepit rambut kupu-kupu di depannya ini sangat manis dan baik hati. “Aku akan langsung pulang ke rumah kok, jadi jangan khawatir lagi ya.. Aku sayang kakak!”.

Cup ~

Minseok mencium pipi kiri Kyuhyun sekilas, lalu pergi berlalu bersama Luhan. Baiklah dia akui adiknya memang sangat manis. Dia menggelengkan kepalanya heran dengan tingkah Minseok yang membalikkan badannya setelah berjalan jauh dan melambaikan tangan.

Kini yang setia menemani Kyuhyun dan Sungmin adalah keheningan. Berkali-kali mulut Kyuhyun mencoba bersuara tapi terkatup kembali saat dilihatnya Sungmin hanya diam memandang ke seberang jalan, ke tempat badut yang Kyuhyun lihat tadi. Dia bukan tipe orang yang banyak bicara, dan kini dia kesulitan untuk membuka obrolan. Bingung apa yang harus diobrolkan. Kesehatan? Dia tidak begitu tahu mengenai hal itu, bahkan tidak bisa membedakan bentuk obat yang mana pil, tablet dan kapsul. Rumah sakit? Ugh, bagaimana kalau dia sedang tidak mood membicarakan tempatnya bekerja yang banyak menyita waktu itu. Hobi? Ah sepertinya itu adalah topik yang bagus, semua orang pasti punya sesuatu yang disenangi.

“Kyu, sebaiknya aku pulang sekarang..!”, memecah keheningan

“Kenapa terburu-buru?”,

“Kau sudah tidak capek lagi kan? Jadi ku rasa aku bisa meninggalkanmu, lagi pula tidak ada gunanya lagi aku di sini. Kau juga sebaiknya pulang”, mengambil ponsel dari atas meja dan memasukkannya ke dalam tas.

“Baiklah, bagaimana kalau ku antar pulang?”,

“Tidak usah, aku bawa mobilku sendiri”,

“Tunggu..”, Sungmin langsung menepis tangan Kyuhyun yang menahannya. “Kau marah? Karena tadi? Aku minta maaf kalau begitu. Minseok pikir kita berpacaran, jadi dia sengaja membuat kita bertemu seperti ini. Apa kau marah karena dia membohongimu?”.

“Tidak, aku tidak marah”.

“Lalu kenapa kau bersikap begini?”,

“Sudahlah, kau tidak akan mengerti..”,

“Kalau begitu jelaskan! Karena aku terlalu bodoh untuk mengerti”, ucap Kyuhyun  dengan suara keras, tidak peduli dengan orang-orang yang mulai berhenti dan menonton mereka sambil berbisik. Dia sendiri juga mulai kesal, heran dengan makhluk bernama wanita, mereka ingin dimengerti tanpa mau menjelaskan, mengatakan tidak apa-apa padahal jelas terlihat mereka ada masalah.

“Kyu… ku mohon jangan permalukan aku di depan umum seperti ini”, hati Kyuhyun terasa sakit saat melihat genangan bening mulai menggenangi kedua sudut mata Sungmin. Menyesal sudah membuat gadis di hadapannya ini menangis, dia sudah keterlaluan.

“Dimana mobilmu? Aku yang menyetir”, tanpa banyak bicara, merebut kunci mobil dalam genggaman Sungmin dan menariknya menjauhi kerumunan.

 

Kyuhyun menepikan mobil satu blok sebelum rumah Sungmin.

“Maaf..”, ucap Sungmin, setelah Kyuhyun mematikan mesin mobil.

“Kita bisa bicarakan lain kali kok, aku juga minta maaf tadi, sangat memalukan ya..”, menggaruk kepalanya, dia benar-benar salah tingkah.

“Tidak, aku ingin bicara sekarang”, Kyuhyun menaruh perhatiannya pada Sungmin saat gadis itu mulai bicara. “Sebenarnya aku marah padamu, kenapa kau tidak mengakhiri kebohongan kita. Dulu kau bilang setelah malam itu kita akan mengakhirinya, lalu kenapa adikmu masih mengira kita berpacaran. Apa kau tidak mengatakan apapun pada mereka? Apa kau terlalu tidak peduli padaku, hingga tidak ingat bahwa aku pacar pura-puramu. Kau tahu bagaimana perasaanku tadi? yang bahkan kedatangannya tidak diharapkan olehmu”. Kali ini Sungmin lebih kuat untuk menahan air matanya, dia tidak menangis.

“Tidak kau salah paham, aku memang belum mengatakan pada keluargaku tentang hubungan kita tapi bukan berarti aku tidak peduli. Dan tadi, bukan karena aku tidak mengharapkanmu tapi benar-benar kaget kau ada di sana. A-apa hubungan kita mengganggumu? Kau ingin aku mengatakan pada keluargaku bahwa kita sudah berpisah?”, dijawab dengan anggukan lemah Sungmin. “Kenapa kau suka sekali membohongi dirimu sendiri?”, Sungmin begitu terkejut matanya membulat, mendongak menatap Kyuhyun.

“Aku tidak berbohong, Kyu..”,

“Berhentilah berbohong..! Aku tahu kau sedang berbohong Lee Sungmin. Kenapa kau melakukan semua ini?”, kata Kyuhyun dingin. Untuk pertama kalinya setelah bertahun-tahun mereka kembali merasakan moment yang telah lama berlalu di antara mereka.

“Apa maksudmu?”,

“Kau mencintaiku kan?”, jantung Sungmin berdetak kencang, dadanya terasa sangat menyesakkan.

“Tidak..”.

“Bohong..”.

“Kyu, aku lelah.. bisa kita hentikan pembicaraan ini?”, 

“Aku mencintaimu...”, Kyuhyun meraih pergelangan tangan Sungmin dan menariknya ke dalam dekapannya. Tenggorokan Sungmin tercekat, lidahnya terasa kelu untuk berucap. Air mata yang sejak tadi sekuat tenaga ditahannya kini tak kuasa lagi dibendungnya. Tangisnya pun pecah, “Maaf, setelah bertahun-tahun aku baru mengatakannya..”. mendengar itu butiran bening terus mengalir dari mata indahnya apalagi saat Kyuhyun mengecup lembut keningnya. “Tapi percayalah, aku tidak pernah menganggapmu sebagai pacar pura-puraku. Itu hanya aku jadikan alasan agar aku bisa semakin dekat denganmu, aku terlalu pengecut untuk mengatakan bahwa aku mencintaimu. Bahkan untuk mengajakmu keluar seperti ini pun aku terlalu gengsi, memang bukan aku yang memintamu datang tapi bukan berarti tidak ada yang ingin aku bicarakan. Aku hanya tidak tahu, dari mana aku harus memulai”. Kyuhyun semakin mengeratkan pelukannya. Lama mereka berdua terdiam.

Sungmin masih terisak dalam dekapan nyaman Kyuhyun, ternyata ada banyak kesalahpahaman yang terjadi di masa lalu, ada banyak pertanyaan yang ingin ditanyakan, begitu banyak cerita yang perlu diceritakan. Tapi berada dalam dekapan pria yang dia cintai saat ini rasanya semua kesedihannya selama ini terbayar. Dia berharap bisa terus merasakan kehangatan dari pria ini. Pria yang selalu masuk ke dalam setiap mimpinya, dan membuatnya bahagia hanya dengan mengingatnya. Pria yang menjadi alasan terbesar dalam hidupnya untuk tidak membagi cintanya dengan pria manapun.

“Sekarang kita pulang ya..”, kata Kyuhyun sambil melepaskan pelukannya, menyeka sisa air mata Sungmin. “Wah hari ini aku sudah membuatmu menangis sebanyak dua kali, kalau ditambah satu lagi aku bisa dapat hadiah”, canda Kyuhyun yang membuat Sungmin mau tidak mau membentuk mulutnya menjadi senyuman. “Di kemudian hari aku akan memberimu banyak kebahagiaan, dan jangan pernah menangis karena aku lagi. Aku lebih baik menerima tamparan darimu daripada harus melihatmu menangis dalam kesedihan”, tangannya terangkat membelai rambut hitam Sungmin.

Plakk..

“Yaaa… masa kau benar-benar menamparku sih”, kaget saat Sungmin menampar pipinya, sebuah tamparan lembut sebenarnya hanya saja Kyuhyun bereaksi terlalu berlebihan.

“Kau terlalu banyak bicara..”, mengerucutkan bibirnya.

“Kau ingin aku diam? Baiklah kalau kau memaksa..”, dia semakin mendekatkan wajahnya ke arah Sungmin.

“Mau apa kau! ”, mendorong tubuh Kyuhyun menjauh.

“Apa? Aku hanya ingin membantu menarik sabuk pengamanmu saja kok. Katanya tadi mau pulang. Memangnya apa yang kau pikirkan?!”.

“Ah tidak ada..”, Wajah Sungmin langsung merah padam karena malu, menyibukkan diri dengan mengaitkan sabuk pengamannya. Kyuhyun hanya memperhatikan.

Tiba-tiba Kyuhyun menyisipkan jemarinya di sela-sela jari Sungmin, lalu menatapnya penuh kesungguhan membuat gadis itu terkejut. “Min…”, nada bicara Kyuhyun berubah menjadi serius kembali. “Besok ketika orang tuaku sudah kembali dari Jepang aku akan minta maaf dan menceritakan semuanya pada mereka. Memulai cerita kita dari awal, menjadikanmu istriku dan membangun keluarga kita”. Kyuhyun memang pria yang penuh kejutan.

“Dan aku akan jadi wanita paling bahagia karena bisa memilikimu. Terima kasih”, matanya berkaca-kaca, tidak ada kata yang bisa melukiskan kebahagiaannya saat ini. Sungmin tersenyum melihat tangan mereka saling bertautan, saling menggenggam satu sama lain.

 

SM High School

“Ini seriusan Baek? Kalian menghitungnya?”, mata Minseok tak berkedip saat Baekhyun menunjukkan isi kotak biru berpita yang sejak tadi pagi ada di dalam laci mejanya.  Sebuah cake lucu berbentuk rilakuma dengan tulisan

‘HAPPY 700 DAYS

ChanBaek Love 4 Ever’

“Tentu saja”, katanya bangga dan menutupnya kembali dengan hati-hati. “Aku akan memberikannya pada Chanyeol saat istirahat nanti. Jangan bilang padanya ya, ini rahasia..!”, Minseok membuat gerakan seperti mengunci mulutnya dan membuang kuncinya ke luar jendela. Baekhyun tertawa.

“Terus, bagaimana denganmu, kau sudah menjawabnya?”. Minseok menggeleng. “Yaa.. kenapa!? Bukankah kau menyukai orang itu sejak dulu, ishh.. kau ini aneh sekali”.

“Hahh..,”, dengan lesu menjatuhkan sebagian tubuhnya ke atas meja. “Aku tidak tahu…aku juga ingin tahu”.

Sudah beberapa hari sejak Lee Won Geun menyatakan perasaan dan memintanya menjadi pacarnya, tapi hingga kini Minseok tak kunjung memberikan jawaban. Gadis itu justru lebih banyak menghindar.

Minseok tidak ingin menganggu acara Baekhyun dan Chanyeol yang sedang merayakan hari jadi mereka yang ke 700 di taman belakang sekolah. Jadi dia putuskan mengikuti Kyungsoo ke perpustakaan, dia punya alasan kenapa tidak ingin berada di kelas. Luhan. Berada di dekatnya sering membuatnya merasa aneh. Dia sendiri bingung sejak kapan dia jadi begitu, di dalam tubuhnya seperti ada jutaan kupu-kupu yang terbang ke sana kemari. Perasaan apa ini. ‘apa aku menyukainya?’, batinnya.

‘Tidak boleh, sadarlah Minseok, sadarlah..!’, menggelengkan kepalanya kuat-kuat. Menepis bayangan Luhan yang tiba-tiba muncul dalam benaknya. Buku Fisika yang sedang dipegangnya tidak banyak membantu mengalihkan pikiran.

“Kau kenapa?”, Kyungsoo menyikut lengan Minseok, membuyarkan lamunan. Alih-alih menjawab pertanyaan, dia malah balik bertanya.

“Soo, boleh aku bertanya padamu?”,

“Tanyalah”,

“Apa mungkin kita mencintai dua orang secara bersamaan?”. Kyungsoo menaikkan sebelah alisnya mendapat pertanyaan semacam itu.

“Mungkin”,

“Lalu apa yang akan kau lakukan?”,

“Tidak ada, cintai saja keduanya. Bukankah bagus kalau kita mencintai banyak orang”, jawaban Kyungsoo membuat Minseok frustrasi, temannya ini pasti salah mengartikan arah pembicaraannya.

“Bukan begitu maksudnya. Begini… Ada dua pria”. Minseok mengacungkan jari telunjuk dan tengahnya sebagai ilustrasi. “Ini pria A dan ini pria B. Aku sudah lama menyukai A lalu ini si B dia teman baru yang sangat menyenangkan. Si A memintaku menjadi pacarnya seharusnya aku senang tapi sepertinya aku juga menyukai B, aku bingung. Menurutmu siapa yang lebih aku sukai?”,

Kyungsoo mengerutkan kening, memandang dua jari Minseok yang masih teracung, “Menurutku kau lebih menyukai si B”.

“Tadinya aku pikir juga begitu, tapi aku takut perasaanku pada B hanya sementara”.

“Minseok, temanku yang manis..”, menaruh tangan di pundaknya. “Jika kau benar-benar menyukai A tidak peduli ada pria B atau Z, kau akan tetap menyukai A. Perasaanmu tidak akan berubah. Baiklah, kau mau aku meyakinkan perasaanmu?”, mata Minseok berbinar penuh semangat. “Sebentar ya..”, Kyungsoo pergi menuju rak mencari-cari sesuatu, telunjuknya dengan teliti menyusuri judul yang tertera di punggung buku. “Aku akan mengajukan beberapa pertanyaan tapi kau harus menjawabnya dengan cepat dan jujur ya”. Minseok setuju. “Tapi tutup matamu”.

“Kenapa harus tutup mata”, Minseok protes kali ini.

“Agar kau bisa konsentrasi dengan jawabanmu. Ingat ya, jangan banyak berpikir, langsung katakan jawaban yang pertama kali muncul di kepalamu”,

“Baiklah”, Kyungsoo menyunggingkan salah satu sudut bibirnya saat Minseok mulai menutup mata.

“Pantai atau gunung?”, memulai pertanyaannya

“Pantai”.

“Bintang atau bulan?”,

“Bintang”.

“Merah atau biru?”

“Biru”.

“Menggambar atau menulis?”.

“Menulis”.

“Menyanyi atau menari?”.

“Menyanyi”.

“Lee Won Geun atau Xiao Luhan?”.

“Xiao Luhan”. Minseok langsung membuka matanya, tangannya refleks menutup mulut. Tidak percaya dengan apa yang baru saja diucapkannya. “Aku tadi..”, kaget dengan jawabannya sendiri. Wajahnya langsung merona.

“Sudah tidak perlu begitu”, menurunkan tangan Minseok yang terus mengipasi wajahnya yang memerah.

“Kau membuatku sangat malu”.

“Kau sudah yakin kan dengan perasaanmu. Ini kembalikan ke rak tadi”, dia menerima buku yang diulurkan Kyungsoo dan karena penasaran Minseok membaca judul buku itu.

“Hei.. ini kan..”. menunjuk bukunya

“Kumpulan 1000 Resep Masakan Nasional dan Tradisional Korea..”, ucap Kyungsoo santai. Minseok hanya bisa sweetdrop tanpa kata.

 

Notes :

Author gemes sendiri, bikin cerita ga tamat-tamat. Tapi Insha Allah next chapter tamat kok

Maaf ya alur cerita yang tidak jelas, 

 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Navydark
#1
Chapter 10: Yeaaay. Xiuhaaaaan. Menang saingan dari won geun buat minseok, skarang buat ziyu luhan saingan sama heechul. Kekekeke
Navydark
#2
Chapter 9: Aaaaaa, kan jadi ikutan galau deh. Minseok buat siapaaa?
yoeunseo #3
Chapter 8: pas awal chapter gokil lucu, kok tambah kesini angst gitu....
TT_TT
Navydark
#4
Chapter 8: Sedihnyaaaaaa, sedih buat semua. Clbk aja deh, hehe. Xiuhan jayaaa
Navydark
#5
Chapter 7: Noooo, minseok ahh...... Kan luhan kelamaan nih minseok keburu mau nikah deeeh
Navydark
#6
Chapter 6: Dasar kyu cemburunya agak kelewatan dan keterlauan tapi lawak banget gini.
Its okay thor, yg penting endingnya maknyoss buat xiuhan. Hoho