Chapter #11

Vector of Fate
Please log in to read the full chapter
  #11     “Bagaimana menurutmu?”   Mata Yoongi tertuju keluar jendela, pandangannya menerawang selagi pikirannya bergelut. Dari apa yang dikatakan Namjoon barusan, dia bisa menyimpulkan kalau perannya memang benar-benar dibutuhkan disini.   Kim Namjoon diam-diam menyuruh Yoongi meninggalkan tugasnya mendekorasi kelas untuk menemuinya di depan ruang OSIS. Disana lelaki itu menjelaskan rencananya pada Yoongi, atau mungkin lebih tepatnya rencana Hwarin. Tiga hari sebelumnya, Hwarin mendesak Namjoon untuk ikut berpatisipasi dalam pentas seni di hari kedua acara ulang tahun sekolah, namun dia menolak usulan itu mentah-mentah karena menurutnya tidak ada waktu untuk melakukan hal itu.   Kemudian hari ini, tepat lima hari sebelum diselenggarakannya acara, hasil rapat OSIS menyatakan bahwa peserta pentas seni harus di-atasnamakan kelas atau klub sebagai salah satu cara untuk mengurangi jumlah peserta yang terlalu banyak. Karena perubahan itu, banyak tugas anggota OSIS yang dipindahkan, hal itu memberi keringanan untuk Namjoon sekaligus memunculkan sebuah ide baru di kepalanya.   “Hwarin menghindariku sejak saat aku menolak pendapatnya, kurasa kata-katanya benar.”   “Kata-kata bahwa setidaknya kau harus mencoba dulu?”   “Ya.” Namjoon mengangguk. “Ada banyak waktu luang untukku sekarang, kita bisa menyiapkannya tepat waktu!”   Alis Yoongi bertautan. “Kau ingat kan terakhir kali kita melakukan hal seperti ini saat SMP?” “Tentu saja, saat itu kita memang masih amatir. Sekarang kita bahkan sudah membuat lagu sendiri, setidaknya coba dulu.”   Kali ini giliran Namjoon yang mengulang ucapan Hwarin, sungguh Yoongi tidak akan percaya kalau temannya itu berkata dia tidak memiliki perasaan yang lebih terhadap Lee Hwarin, namun sekarang bukan saatnya untuk menanyakan hal itu. Yoongi menghela nafas panjang, “Baiklah, kita bicarakan saat pulang sekolah nanti.”     ***     Hoseok memijat pelipisnya kemudian banyak-banyak menghirup udara segar, dia susah-susah mencari tempat sepi di taman belakang gedung olahraga untuk menenangkan pikiran tapi malah dikacaukan oleh Taehyung.   Temannya itu mendadak datang entah darimana tepat setelah pantat Hoseok menyentuh permukaan bangku taman. Naas memang tempat itu berdekatan dengan ruang Klub Astronomi dimana Taehyung berada.   Sudah beberapa kali Hoseok bilang ‘ingin mencari udara segar’ tapi tampaknya Taehyung benar-benar tidak peka dan malah duduk di sebelah Hoseok. Tidak cukup dengan mengganggu kesendirian Hoseok, dia mulai mengoceh dan bercerita tentang hal yang belakangan ini terus mengganggu pikirannya. Curhat pada orang yang sedang punya masalah, apa kau bercanda?   Kalau saja Hoseok tidak mengusir lelaki itu dengan cara halus yang sedikit mendekati kasar―berkata kalau dia butuh waktu sendiri dan tidak mau pusing-pusing memikirkan masalah Taehyung―mungkin sekarang kepala Hoseok akan terasa lebih pening.   “Yah apa yang kau lakukan disini?”   Gangguan apa lagi ini astaga.. Batin Hoseok. Dia menoleh, melihat mata sipit Min Yoongi yang terlihat semakin sipit saat memandangnya sekarang. “Aku―”   “Tunggu, Hoseok? Kebetulan sekali!”   Sekarang giliran Hoseok yang memicingkan matanya sementara Yoongi menghampirinya lalu duduk di bagian lain bangku taman itu. Entah tadi Yoongi seenaknya menanyakan apa yang Hoseok lakukan disini bahkan tanpa tahu siapa orang yang dia tanyai atau bagaimana.   “Aku baru saja bicara dengan Namjoon, dia punya rencana untuk― Ada apa denganmu? Kau sedang sakit?”   Hoseok menghela nafas entah untuk ke-berapa kalinya hari ini. Yah, setidaknya ada orang yang khawatir padanya. “Dengar, aku sedang menenangkan diri karena lelah memikirkan Jung Hyora. Tapi Taehyung malah datang dan mengoceh tentang Hani yang punya teman laki-laki bernama Mark Tuan dan membuatku semakin pusing. Baru saja dia pergi lalu boom! Ganti kau yang datang kesini.”   “Oh...”   Jawaban singkat Yoongi sejujurnya malah membuat Hoseok semakin geram. “Kalau tidak ada hal penting yang ingin kau katakan lebih baik tinggalkan aku sendiri.”   Yoongi menelan ludah, sepertinya bukan ide bagus untuk memberitahu rencananya dengan Namjoon pada Hoseok saat ini. Dia menepuk bahu temannya itu sebelum beranjak, “Beritahu aku kalau kau sudah merasa baikan. Dan jangan terlalu memikirkan Hyora, dia tidak akan pergi kemana-mana setidaknya untuk tiga tahun kedepan.”         Suara langkah kaki pelan di koridor yang sepi membuyarkan lamunan Jungkook. Tadinya dia tengah melamun sambil memandang keluar jendela yang biasanya dia lakukan saat memikirkan gerakan dance baru namun kali ini karena alasan lain.   Sebenarnya pemandangan Jeon Jungkook yang sedang melamun merupakan salah satu hal yang langka di mata pemilik suara langkah kaki―Yoongi. Dalam hati dia yakin, pasti dirinya akan menemui satu lagi orang yang sedang dalam masalah batin.   “Ada apa Jungkook?”   Beberapa kali mata Jungkook berkedip, kemudian dia teringat perkataan teman-temannya yang lain bahwa Min Yoongi adalah salah satu pendengar yang baik. Kenapa tidak mencoba untuk menceritakan masalahnya? Pikir Jungkook.   “Umm.. Jika orang yang kau sukai mendapat surat cinta dari orang lain, apakah salah untuk mendukungnya?”   Benar dugaan Yoongi. Kali ini dia mulai heran kenapa semua temannya mendadak dilanda masalah batin, semoga saja dia tidak ikut terkena. “Kurasa tidak.”   “Tapi bukankah itu artinya aku akan tertinggal satu langkah dari orang asing?”   “Kalau begitu jangan biarkan dirimu tertinggal.”   “Bagaimana caranya? Aku sudah bilang untuk tidak menolak orang itu, bagaimana aku bisa mengatakan yang sebenarnya padanya?”   Yoongi mengernyit, ini cukup sulit. Jungkook terlalu naif di awal, seharusnya dia lebih banyak berpikir sebelum mengatakan hal yang tidak-tidak. Inilah kenapa Yoongi benar-benar menyukai musik, terkadang sesuatu akan lebih mudah dikatakan melalui musik. Tunggu...   “Katakan lewat musik, Jungkook!”   “Apa?”   “Bernyanyilah untuknya. Kau punya kesempatan. Akan ada pentas seni sebagai penutupan ulang tahun sekolah.”   “Bernyanyi? Tapi―”   “Aku bisa membantumu.”   Senyuman puas tersungging di bibir Yoongi. Namjoon, Hoseok, Taehyung dan Jungkook. Keempatnya memiliki masalah berbeda yang bisa diselesaikan dengan satu cara, musik. Kau jenius, Min Yoongi. Pikirnya dalam hati.     ***     Tepat ketika bel pulang berbunyi, Yoongi melesat keluar setelah berkata pada Hwarin “Aku punya urusan” sambil lalu. Tentu saja kalimat itu tergolong kurang jelas untuk dijadikan alasan agar tidak ikut lembur mengerjakan persiapan kelas, tapi sebelum Hwarin sempat berteriak marah sosok Yoongi sudah menghilang di balik pintu.   Mulai Senin sampai Hari-H ulang tahun sekolah di hari Sabtu, segala bentuk kegiatan belajar mengajar dikosongkan demi memberi murid kebebasan untuk melakukan persiapan, bahkan kegiatan Klub juga diliburkan. Sementara itu anggota OSIS akan berada di ruangan mereka atau mungkin dimanapun itu untuk mengerjakan tugas lain, termasuk Kim Namjoon.   Beruntung tidak butuh waktu lama untuk Yoongi mencari temannya itu, karena dia juga sedang berjalan dari ruang OSIS ke kelas. Mereka berpapasan di tengah jalan dan Namjoon cukup terkejut bertemu dengan Yoongi yang begitu bersemangat padahal beberapa jam sebelumnya lelaki lebih terlihat seperti sedang bingung.   “Namjoon, bisakah kita menampilkan dua lagu?”     “Hah? Kenapa?”   “Dengar..” Yoongi menengok sekeliling, tidak begitu ramai tapi persetan karena mencari tempat sepi terlalu memakan waktu, dia akan menjelaskan semuanya pada Namjoon disini saat itu juga.   “Tidak hanya kau yang membutuhkan penampilan ini. Kita punya tiga orang lain yang juga benar-benar membutuhkannya, tapi untuk membantu mereka aku harus memilih lagu lain.”   “Jadi kita tidak memakai lagu yang kupilih?”   “Jika kita tidak bisa menampilkan dua lagu, maka aku yang memilih lagunya.”   “Kalau begitu dua lagu saja.”   Yoongi tersenyum, bersyukur berurusan dengan Namjoon tidak begitu sulit. “Tapi kita perlu dua orang lagi. Satu orang yang bisa melakukanhigh note dan satu lagi bagian vokal.”   “Oh. Sepertinya aku bisa mengurusnya.”         “Kenapa Yoongi terburu-buru begitu?” Tanya Seokjin sehabis melihat temannya mendadak mencelos pergi tepat setelah bel pulang bebunyi.   Hyeso tidak yakin apakah lelaki itu sedang bertanya padanya, tapi jelas-jelas hanya mereka berdua yang sedang berada di sudut kelas saat itu jadi dia hanya mengendikkan bahu. “Entahlah.”   Rasa-rasanya jawaban singkat itu menyulut api dalam diri Seokjin, sekali lagi Jung Hyeso bersikap dingin padanya. Seingatnya dia tidak melakukan hal yang sekiranya bisa membuat perempuan itu marah, tapi kenapa dia mendadak memperlakukan Seokjin seperti ini?   “Kau punya masalah, Hyeso?”   Hanya itu satu-satunya hal logis yang terpikirkan oleh Seokjin, tidak mungkin Hyeso marah padanya hanya karena Seokjin mendadak menyuapinya tteokbokki tiga hari lalu bukan? Mungkin bisa saja Hyeso sedang mengalami Pra-Menstruation Syndrome, tapi setahunya cara kerja sindrom itu bukan dengan membuat seseorang bersikap dingin tiga hari berturut-turut.   “Tidak.” Sekali lagi jawaban singkat dari Hyeso. Seokjin mendecak.   “Lalu kenapa? Sikapmu aneh belakangan ini.”   Mendengar perkataan Seokjin, Hyeso berkedip beberapa kali. “Tidak apa-apa..”   Baiklah, cukup. Kim Seokjin benar-benar tidak tahan. “Sepertinya kau butuh waktu sendiri, ya? Beritahu aku kalau kau sudah merasa lebih baik.” Lelaki itu kemudian beranjak, melangkah menjauhi Hyeso keluar dari ruang kelas.   Hyeso, masih duduk di lantai, kini memeluk lututnya. Melihat Seokjin pergi semakin jauh darinya membuat dadanya sesak, pemikiran kalau laki-laki itu mungkin tidak keberatan menjauhi Hyeso membuatnya mendadak ingin menangis. Tapi sekarang dia tidak berada di waktu dan tempat yang tepat, tidak mungkin dia menangis di tengah keramaian kelas bukan?   Selama ini dia selalu menghabiskan hari-harinya bersama Seokjin, seiring berjalannya waktu mereka sudah menjadi teman dekat, mungkin menjadi satu-satunya yang memiliki perasaan lebih adalah kesalahan fatal. Hyeso menarik nafas panjang lalu membuangnya, dia tidak boleh bersikap seperti ini..     ***     “Jadi, kenapa kita berkumpul disini?”     Jungkook memandangi satu-persatu orang yang mengelilingi meja restoran fast food saat itu. Seokjin yang tidak melepaskan matanya dari daftar menu makanan sedetik pun, Hoseok yang memandang langit malam diluar jendela, Taehyung yang asyik bermain-main dengan botol merica, Jimin yang sibuk dengan ponselnya, serta Yoongi dan Namjoon yang saling pandang bingung harus menjawab pertanyaan Jungkook sekaligus mulai menjelaskan darimana.   “Kami―Aku dan Namjoon―butuh bantuan kalian.” Akhirnya Yoongi membuka mulut.   Semua spontan menghentikan kegiatan mereka masing-masing. “Bantuan apa?” Tanya Jungkook lagi.   “Aku sudah dengar kalau masing-masing dari kalian sedang memiliki masalah sendiri-sendiri, dan aku berinisiatif untuk memberikan bantuan, tapi itu juga berarti ka
Please log in to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
nsama48
hello. maaf karena selama ini menghilang:") cerita ini udah jalan dua tahun tapi belum tamat aja;;
aku baru update satu chapter (walau mungkin kalian udah lupa ceritanya gimana), please kindly say if you're expecting another new chapter! oh iya, mungkin cerita ini bakal kurombak sedikit.

Comments

You must be logged in to comment
CHANGBOOM_ #1
same
keyhobbs
#2
Chapter 15: Heeh?? Jadi itu bayangan d belakang kookie itu beneran??kira in aku mah itu cuman byangan tukang bersih2 yg lewat hehehe... Eh iya,kok Rahee kayak yg ngindarin hoshi gitu? Terus malah sama yoongi, ahh...kok aku gk rela ya klo Rahee sama yoongi jadinya-_- eh, jimin masih begitu ya?kenapa sih sebenernya?? Ayo Jimin daripada sakit hati mending sama aku aja jimin mah, d jamin gk bkalan sakit hati...hahaha:D btw, mana nih pasangan jhope-hyora? Kok gk keliatan?hihi^^
keyhobbs
#3
Chapter 14: Uwwah....maaaaaf...bru sempet buka aff lg!! Jadinya ketinggalan deh-_- tpi gak apa-apa ya,comment nya sekalian aja, chap 12 jujur aku bru ngeh klo kelas F yg namanya soon young tuh hoshi, maklum bru kenal seventeen baru2 ini, nah d sini agak bingung Rahee itu bkaln sama hoshi ataukah jimin?atau yoongi?entahlah aku pusing..hehe, chap 13 hyeso-jin jadian!!!ya ampun aku bener2 gk bisa berhenti senyam-senyum pas mereka makan rujak and berakhir dgn pengakuan jin ke hyeso, duh pengen juga:( and chap 14, aku makin bingung, jimin kenapa???kok bilang umurnya tinggal bentar? Terus terus itu hoseok sama si cewek nya bkal jadian kah? Nah, klo soal jieun, menurut pemikiranku sih, jaga2 klo choonhee sama chanyeol, nah jungkook bisa sama jieun ahaha:D mian kepanjangan....
keyhobbs
#4
Chapter 11: whaha! Bkalan ada pertunjukan BTS dong ya??ini mereka bertujuh mau tampil^^ humm~~jdi pengen nonton-_- eh?ada mark ya?wwoah apa hubungan taehyung bkalan baik2 aja ya? Eh...ada namaku hihi...jd terharu deh^^ aku bkalan lebih rajin komen deh hihi,.
keyhobbs
#5
Chapter 10: jjiah si hoseok ngeganggu aja:D oh ya ada nama mark tuan tuh,apa d chapter2 selanjutnya dia bkalan muncul?
keyhobbs
#6
Chapter 9: wwoahh double update!!!thanks a lot authornim!!!^^ I love you...ah ya, aku cemburu sama jin-hyeso...gimana ini???boleh gak aku aja yg jadi hyeso?ahaha:D haduhh taehyung udh ngambil start duluan tuh,kayaknya bentar lg yg lain bkalan nyusul..gak sabar deh nunggu yg lainnya hihi^^ semangat terus untuk the next chapter yo!^^
keyhobbs
#7
Chapter 7: salut sama hoseok.. Dia baik bnget nyerahin nmor yg dia dpet buat taehyung,^^