Chapter 2

Perfection
Please Subscribe to read the full chapter

Langkahnya terhenti saat melihat sosok pria yang membuka pintu ruangan pribadinya tanpa mengetuk terlebih dahulu. Ia mundur beberapa langkah dan menyembunyikan tasnya di balik punggung.

Pria itu melangkahkan kakinya kian mendekat ke arah Sooyoung. Gadis jangkung itu menelan salivanya diam-diam, sedikit rasa takut menguasai dirinya.

“Kau kaget ?” Sooyoung terdiam ia tak merespon apa yang namja itu katakan. Ia berusaha menetralkan mimic wajahnya yang ketakutan menjadi tenang dan berhasil.

“Begitukah cara Choi Siwon masuk kedalam ruangan pribadi seseorang.” Suara tegas dan tenang itu menggema di seluruh ruangan itu. Pria itu Siwon, ia menampilkan senyumnya hingga sebuah lesung pipi terbuat.

“Kenapa kau begitu ketakutan ?” Sooyoung tersenyum dan memakai tasnya pada bahunya. Ia berjalan mendekati Siwon sambil menarik kerah pria itu.

“Kau mencoba mencarinya ? Kau mencoba mengambilnya ?” Kata-kata itu meluncur dari bibir tipis Sooyoung. Siwon mendorong tubuh gadis itu menjauh darinya dan membenarkan kerah kemeja yang di pakainya.

“Katakan berapa kodenya!” Siwon berteriak kencang membuat seringaian Sooyoung melebar, menampilkan sosok dingin yang sangat di benci Siwon. Ia berjalan mendekati Sooyoung yang tadi sempat di dorongnya, tanpa aba-aba ia memukul rahang gadis itu.

“Choi Siwon memang mencintai kekerasan.” Sooyoung menggerakan mulutnya merasa sakit yang menjalar di sekitar rahangnya. Ia menunjukan tas yang tergantung di bahunya pada Siwon, membuat pria itu mengerutkan keningnya.

“Katakan saja apa kodenya gadis jalang!!!!” Siwon sekali lagi memukul gadis itu, membuatnya terlempar dan terjatuh. Sooyoung bangkit dari jatuhnya itu tak menghiraukan tetesan darah yang mengalir melalui sudut bibirnya.

“0709895. Cari saja hingga kau mendapatkanya.” Sooyoung pergi meninggalkan Siwon yang langsung berlari menuju brankas yang tertutup rapih. Ia tergesa-gesa menekan deretan angka yang ada di samping kotak besi itu.

Benar saja kotak itu terbuka dan sedikit senyum terpampang di wajahnya. Namun detik selanjutnya ia berteriak keras karena kotak itu kosong. Tidak ada apapun di dalam sana hanya debu-debu yang menghiasi kotak itu.

“Brengsek!” Umpat Siwon sambil menutup dengan kencang brankas tersebut.
 

***
 

Sinar mentari pagi yang menembus tirai biru tak membuat si pemilik kamar yang tengah tertidur terbangun. Dengkuran kecil yang terdengar dari mulut sang gadis membuat siapapun yang melihatnya ingin membangunkannya.

Ketukan pintu yang keras terdengar hingga membuat gadis itu terganggu dan mengerang. Ia terbangun dengan mata yang masih terpejam, rambut panjangnya yang tergerai di ikat kebelakang. Dengan malas ia turun dari tempat tidurnya dan melangkahkan kaki menuju pintu apartemetnya.

KLEK

“K-kau ? Ada apa kau kesini ?” Gadis itu membelalakan matanya saat melihat sosok yang tidak asing baginya hadir di hadapanya. Ia sedikit tertegun dengan penampilan sosok itu, pakaianya rapih tanpa noda sedikitpun tapi sudut bibirnya menampakan darah yang mengering juga rahang yang lebam.

“Aku mengantuk. Aku ingin tidur.” Sosok itu menerobos masuk tanpa meminta izin lagi, membuat si pemilik apartement sedikit geram.

“Baiklah tidurlah di kamarku. Aku ingin membuat makanan.” Gadis itu membiarkan sosok mengantuk itu tertidur di kamarnya. Dengan langkah yang malas sosok itu menutup pintu kamar si gadis.

“Buatkan untukku juga.” Teriakan itu menganggetkan si gadis, ia menoleh kearah kamar sumber teriakan itu. Ia menggelengkan kepalanya sambil sibuk memilih bahan makanan di kulkasnya.

Selesai membuat makanan gadis itu tak langsung memakannya, ia lebih memilih masuk ke dalam kamarnya yang terdapat sosok yang tidur dengan tenang di sana. Tangannya membawa kotak P3K. Ia tahu siapa yang menyebabkan sosoknya itu terluka.

Dengan perlahan ia usapkan kapas yang sudah di baluri alcohol itu ke sudut bibirnya. Sangat perlahan hingga sosok itu tak bergerak atau terganggu sama sekali. Gadis itu Kim Taeyeon memandang lirih pada sosok itu. Sooyoung yang walaupun notabenenya atasannya, ia tetap merasa harus menjaga gadis jangkung itu.

“Mianhae Soo, lain kali aku tak akan membiarkanya menyentuhmu. Sedikitpun.”

 

Tiffany POV

Jessica menepuk bahuku dengan kencang membuatku sedikit terlonjak kaget dan berteriak kesal padanya. Ia tertawa menampilkan wajah imutnya untuk meminta maaf padaku. Jari-jarinya yang lentik menangkup sebuah cangkir yang ada di atas meja.

“Hei.. itu punyaku.” Ucapku datar namun dia hanya menampilkan senyumanya. Aku memutar bola mataku bosan. Kelakuanya dulu dan sekarang sangat berbeda sekali.

“Kenapa ? Kau takut ?” Aku mengerutkan keningku tak mengerti dengan apa yang dia ucapkan. Dia tertawa kecil sambil menunjukan cangkir itu.

“Secara tidak langsung kita berciuman bukan ?” Aku membelalakan mataku dan memukul lengannya dengan kencang. Membuatnya meringis kesakitan namun tawanya belum berhenti.

“Ku laporkan kau pada Yuri.” Dia menaikan alisnya menatapku dengan tatapan menantang.

“Atas ?” Sigh…

“Lupakan.” Aku memotongnya cepat tak mau memperpanjang urusan ini. Lagipula jika aku benar-benar melaporkannya pada Yuri aku yakin gadis hitam itu akan menanggapinya dengan tawa. Sekaligus bangga akan ke byunan kekasihnya itu.

“Fany-ah antarkan aku ke kedai biasa.” Aku meliriknya dan menunjukan tatapan tajam. Tak bisakah ia lihat aku sedang sibuk dengan laporanku ? Dan bukankah dia juga mendapatkan tugas yang sama ?

“Kau sudah menyelesaikan laporanmu ?” Dia menggeleng sambil menunjukan gigi putihnya yang berderet rapih. Anak ini…

“Shireo. Aku tidak mau mengantarmu. Kau lihat laporanku belum selesai.” Jessica berteriak kencang memanggil namaku. Aku menulikan pendengaranku tak menanggapinya. Ia menggoyang-goyangkan lenganku yang bebas ke kanan-kiri.

“Fany-ah please. I want blended coffee you know ? I really want it.”

“Yes I know. But you can call Yuri.And you will go then.”

“No. I want together with you. I miss you Fany-ah.”

“Ekh. What are you saying Jessica ? Are you kidding to me.”

Karena kami sama-sama dari Amerika beginilah percakapan kami jika sudah kelepasan. Jessica tetap pada pendirianya. Memaksa agar aku menemaninya. Entah sejak kapan anak ini jadi manja seperti ini. Padahal saat pertama kali bertemu aku menyangka ia adalah orang yang paling angkuh sejagat raya.

“Jebal Fany-ah…” Dengan terpaksa aku membereskan barang-barangku dan memasukanya pada tas gamblokku. Jessica berteriak girang senang akan keputusanku yang akhirnya mengalah untuknya.

“Thankyou Fany-ah.” CHU. Kecupan itu mendarat di pipi kananku, aku tak mengelapnya karena sudah terbiasa. Jessica memang sering memberikan kecupan-kecupan kecil padaku bahkan hingga membuat Yuri marah.

Tak perlu waktu lama sebenarnya untuk menuju ke kedai kopi itu. Kedai itu hanya berjarak beberapa meter dari sini, hanya saja Jessica memang sedang manja.

Ku lirik gadis di sampingku yang tak henti-hentinya bersenandung. Arwah apa yang merasuki tubuhnya.
Kami memasuki kedai itu.

Jessica dengan cepatnya melesat menuju meja yang kosong di dekat jendela. Aku mendesah pelan dan menaikan tas gamblok yang ada di punggungku. Sempat aku mengedarkan pandangan ke seluruh kedai ini dan perhatianku jatuh pada gadis berambut panjang dengan senyum yang merekah.

Gadis berkulit putih yang sangat cantik. Matanya yang bulat juga bola mata yang kecoklatan. Rambutnya yang juga kecoklatan dan senyumanya yang menenangkan. Ketika itu aku melihat gadis itu juga menatap matanya, senyumnya yang merekah sempat hilang namun kembali menghadirkan senyumannya.

“Fany-ah.” Panggilan Jessica menyadarkanku. Aku menoleh menatap Jessica yang duduk sambil menunjukan buku menu di tanganya. Aku langsung duduk di sampingnya. Pandanganku kembali teralih pada gadis itu, ia masih membalas tatapanku.

Aku melihatnya menggerakan bibirnya, aku mengerutkan kening saat mencoba mengerti apa yang ia ucapkan. ‘Kau sangat cantik hari ini.’ Ya itulah kata-katanya setelah ia mengulangnya beberapa kali.

“Huh.. Kau mengacuhkanku dan menatap gadis pendek itu ?” Jessica kembali menyadarkanku, kali ini ia bisa menebak apa yang aku lihat. Aku menggeleng pelan sambil menarik buku menu yang ada di tangan Jessica.

“Ani.. Aku baru mengenalnya beberapa hari yang lalu. Ya disini.” Aku menjawabnya dengan tenang tak mau Jessica berteriak senang melihatku gugup.

“Menarik.”

“Nugu ?”

“Gadis pendek itu.” Ia menunjuk kearah Taeyeon yang sedang mengobrol dengan gaya yang tenang tanpa memperdulikan temanya yang memukul kepalanya. Berniat untuk bercanda.

“Dia punya karisma. Dia gadis yang sangat menjunjung etika dan kesopanan.” Jessica melirikku dan menampilkan seringaianya. Aku menoleh dan balik menatapnya.

“Mwo ?”

“Bahkan kau tertarik padanya.” Jessica mengangkat tangannya untuk memanggil pelayan. Dia memesankan sesuatu untukku dan aku kembali menatap Taeyeon. Gadis itu masih sibuk dengan candaannya.

 

Author POV

Sooyoung menangkap kali ketiga Taeyeon yang memperhatikan sesuatu hingga tak melayani candaanya. Ia menggeleng pelan melihat ke arah mana Taeyeon melihat. Ia mengambil sendok yang ada di hadapanya, di ketukn

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Eriika
#1
Chapter 15: Buena historia
Eriika
#2
Hsuai
Aesthetic_blue #3
Chapter 13: I love this ff :*
kpop_poppop #4
yulsic
wufanneey
#5
Chapter 1: Wah. Ada snsd fanfic, dalam bahasa pula. Harus saya list buat jadi bacaan waktu liburan nih.

Author-nim, untuk sekarang ijin subcribe dulu ya. Gomawo.
romancefanfics #6
updatee:)))
joowonlov #7
i hope you can update soon^
kpoplover38 #8
is this fic going to be long or short? anyway cant wait for the first chapter
hoseokislove #9
looking forward to the first chapter<3
kaisooshipper12 #10
ahh cant wait^^