Kim II

Friends Forever

Kim Myungsoo berlari masuk ke dalam asrama wanita, walau waktu sudah menunjukan pukul sebelas malam Myungsoo masih menemui beberapa penghuni yang terjaga (yang ngomong-ngomong hanya memberinya dengusan karena dia jelas tidak seharusnya memasuki asrama khusus wanita ini –tapi toh tidak ada satupun yang berani menghalanginya.)

Ini kali ke enam Myungsoo mendatangi asrama Jinri (mengetuk di depan pintu kamarnya selama paling tidak lima belas menit –dia harus berhenti karena tangannya mulai memerah). Dan jika kali ini Jinri masih belum juga kembali, Myungsoo berencana melaporkannya ke kantor polisi (Myungsoo dengar butuh waktu 1x24 jam untuk menyatakan seseorang sudah hilang).

Myungsoo tiba di kamar Jinri di lantai tiga dan mulai mengetuk, dia baru akan menyerah, saat pintu dibuka dan memperlihatkan Jinri yang terlihat kelelahan.

Sunbae?

Myungsoo menghembuskan nafas lega, ternyata Jinri baik-baik saja.

“Myungsoo.” Myungsoo menekankan, bukankah mereka sudah lebih akrab daripada sekedar senior-junior?

“Oke, Myungsoo. Apa yang kau lakukan disini? Ini adalah asrama wanita. Kita –tidak, aku bisa dapat masalah besar.” Jinri menarik tangan Myungsoo dengan panik ke dalam kamarnya.

“Siapa yang peduli dengan itu? Sejak kemarin aku tidak bisa menghubungimu. Aku sudah mencoba menelpon, mengirim pesan, aku bahkan pergi kesini berkali-kali, tapi kau tidak ada dimanapun.” Myungsoo berkata marah. Dia tidak mengerti, kalau Jinri baik-baik saja, kemana dia selama ini dan kenapa Jinri tidak mengangkat teleponnya?

Jinri yang terlihat takut dan bingung bukanlah hal yang diinginkan Myungsoo, jadi dia mengecilkan suaranya.  “Aku hanya… aku hanya khawatir. Mereka bilang ada kecelakaan di café dekat Ewha, korbannya adalah seorang mahasiswi dan kemarin kau bilang akan bertemu teman di sana, aku pikir –aku pikir…” aku pikir kamu korbannya.

Myungsoo melihat Jinri mengangguk, lalu menariknya untuk duduk disebuah bangku. Myungsoo duduk sambil mengamati Jinri yang sedang membuka telepon genggamnya

“Jinri?”

“Aku pergi ke Busan kemarin, telepon genggamku tertinggal disini karena itu aku tidak bisa memberi kabar. Mahasiswi yang kecelakaan di café dekat Ewha itu, dia teman yang aku temui. Aku pergi ke Busan untuk mengantarkan jenazahnya.”

“Kamu tidak apa?”

“Ya, kurasa.”

Myungsoo mengamati tubuh Jinri yang terbungkus piyama coklat bergambar roti –lucu seperti Jinri, tidak terlihat ada luka, Jinri pasti baik-baik saja.

“Kamu seharusnya memberi tahuku, aku bisa mengantarmu ke sana.”

“Kamu mau menyetir ke Busan? Busan paling tidak berjarak 7 jam dari sini Myung.” Jinri tersenyum.

“Tidak ada salahnya.” Myungsoo mengangkat bahu  melihat-lihat kamar asrama Jinri (ini pertama kalinya dia berada di dalam asrama khusus wanita, oke?) saat matanya menangkap buku tebal di atas meja belajar Jinri.

“Apa ini?”

“Album foto saat aku  masih SMA, lihat saja.” Jinri menengok sebentar, lalu beranjak pergi ke pojok kamar.

Myungsoo membuka album fotonya. Oh, ini Jinri? Myungsoo tertawa kecil.

“Jinri, kamu dulu …lucu.” Myungsoo bisa mendengar dengusan Jinri. Hey, dia tidak bohong saat bilang Jinri terlihat lucu.  Oke, memang Jinri terlihat persis sama seperti sekarang, (Myungsoo harus menunjukan foto ini pada para penggosip yang sering menuduh Jinri oprasi pelastik) yang berbeda hanyalah rambutnya dulu jauh lebih panjang dan tubuhnya lebih berisi. Myungsoo mengangkat fotonya, membandingkan dengan Jinri yang sekarang. Jinri melakukan pilihan yang tepat dengan berdiet.

Gambar di halaman lain berisi foto Jinri bersama teman-temannya. Hingga Myungsoo sampai pada foto terakhir.

“Foto yang terakhir ini, bersama sahabat-sahabatmu?” Jinri mengangguk.

Myungsoo mengamati gambar itu, Di dalam foto itu ada Jinri dan dua temannya. Myungsoo sering melihat wajah dua orang ini pada foto lain. Myungsoo yakin foto ini diambil tanpa persiapan, di dalam gambar Jinri sedang berhadapan  dengan teman di sebelahnya dengan wajah aneh (mereka terlihat sedang bertengkar), sementara yang gadis yang di ujung menoleh ke kanan dengan mulut terbuka lebar. Eh, tapi kenapa gambar gadis ini terlihat kabur?

“Kenapa gambar di bagian gadis ini sedikit kabur?”

“Harga satu lembar foto itu hanya 0,25 dollar. Orang-orang benar mengenai; ada harga ada kualitas.” Jinri menjawab tanpa menoleh. “Gadis yang agak kabur itu, Kang Jiyoung, sahabatku yang meninggal kemarin.”

Oh, jadi gadis ini korban kecelakaan kemarin, Myungsoo mengangguk. Cewek yang tubuhnya hanya beberapa senti lebih pendek dari Jinri (yang merupakan salah satu junior tertinggi di Yonsei) ini memiliki rambut panjang berponi dan berwarna kecoklatan, Myungsoo tidak yakin apa di sekolahnya dulu siswa boleh mewarnai rambut.

 Myungsoo lalu berpaling pada gadis yang di tengah. Tingginya lebih pendek dari dua yang lain, tapi rok sekolahnya justru yang paling pendek. Belum lagi pakaiannya terlihat ketat dan dia tidak memakai kaos kaki. Myungsoo tersenyum, gadis ini mungkin tipe murid yang senang membangkang. Tapi Myungsoo mau tidak mau harus mengakui kalau wajahnya yang tidak-korea-banget ini terlihat cantik.

“Lalu siapa gadis yang satunya? Yang ini cantik.”

“Itu Bae Suzy dan…” Jinri tiba-tiba terdiam, “…satu?”

“Ya, aku kenal kau dan yang di ujung ini adalah nona Kang.”

Jinri melemparkan telepon genggamnya lalu berlari mendekati Myungsoo.

“Astaga!” Jinri terlihat tidak percaya begitu melihat foto di tangannya, ada apa?

“Jinri?”

Jinri tidak menjawab, gadis itu segera mengambil telepon genggamnya dan membaca sesuatu. Tidak lama, Jinri menatap Myungsoo dengan ekspresi serius.

“Myungsoo, tawaranmu tentang mengantarkanku ke Busan, apa masih berlaku?”

Oke, tampaknya malam ini akan menjadi malam yang panjang dan melelahkan.

 

*****

 

Kim Myungsoo menenggak kopi hitamnya yang ketiga, lalu kembali menguap. Dia sudah mengendara tanpa henti selama sekitar tujuh jam dan hanya berhenti sekali di tempat peristirahatan. Jinri memang sempat bersikeras menemaninya selama perjalanan dan tidak mau tidur (Jinri bahkan meminum empat kaleng kopi) tapi gadis itu akhirnya menyerah dan tertidur satu jam yang lalu, tampaknya kafein tidak bisa mengalahkan rasa lelah Jinri.

Myungsoo melirik Jinri yang tertidur dengan mulut sedikit terbuka di sebelahnya. Myungsoo tersenyum, menepi untuk melepas jaketnya dan meletakannya di atas tubuh Jinri sebagai selimut. Jam delapan pagi cuaca di Busan masih cukup dingin. Myungsoo menyetir lagi.

Sebenarnya Myungsoo tidak begitu yakin apa yang dirasakannya pada Jinri. Gadis itu adalah teman yang sangat menyenangkan –dan juga sangat ceroboh.

Myungsoo ingat pertemuan pertama mereka. Myungsoo yang saat itu masih berada di semester lima memang sudah cukup terkenal di kampus, jadi tidak heran jika ada satu dua (atau lebih) gadis yang melempar pandangan padanya. Myungsoo sendiri tidak ambil pusing, setelah hubungannya dengan Kim Doyeon –mahasiswi jurusan fashion itu kandas tahun lalu, Myungsoo tidak begitu berniat mencari penggantinya. Awalnya pandangan dari gadis-gadis tidak mengganggu, hingga Myungsoo benar-benar merasa ‘dipandangi’.

Kau tau perasaan bahwa ada seseorang yang sedang mengawasimu entah dari mana? Myungsoo selalu merasakan itu, dan itu sangat menganggunya. Myungsoo mencoba mengindahkan kekhawatirannya, sampai akhirnya dia mendapati seorang junior sedang memandanginya dari lantai dua gedung fakultas ekonomi. Myungsoo tidak tahu harus  kesal atau justru senang saat menemui orang yang mengawasinya. Kesal karena dia memang di awasi, dan senang karena stalker ini ternyata manis juga.

Namanya Choi Jinri, semester satu di akuntansi. Wajahnya manis walau tubuhnya jauh lebih tinggi dari mahasiswi lain. Giant Baby, Myungsoo memberinya gelar saat pertama bertemu. Nona stalker ini tidak menolak tuduhan Myungsoo, tapi dia menolak memberi alasannya. Jinri hanya berlari dengan wajah tertunduk malu setelah berteriak;

Sunbae tampaknya orang yang menyenangkan, ayo kita berteman!”

Myungsoo tertawa mengingat kejadian itu, jarang ada gadis yang mengatakan dia orang yang menyenangkan, dan lebih jarang lagi yang mau hanya sekedar berteman dengannya (uh, Myungsoo sadar dirinya memang terlalu percaya diri)

Suara tawa Myungsoo tampaknya membangunkan Jinri yang sekarang sedang menggeliat. Jinri mengerjapkan matanya. “Sudah sampai?”

“Belum, tinggal…” Myungsoo melihat GPS, dia hanya perlu jalan lurus lalu belok di sekitar sungai Nakdong “…dua menit lagi.”

Jinri mengangguk, mulutnya menguap lebar.

“Maafkan aku, kita harusnya pergi dengan pesawat saja.”

“Tidak ada pesawat di tengah malam, Jinri. Lagipula ini menyenangkan, baru kali ini aku menyetir selama hampir delapan jam.” Myungsoo tersenyum, “lagipula kamu kan menemaniku. Yah, paling tidak sebelum kamu jatuh tertidur dengan mulut terbuka.”

“Sungguh?” Jinri terlihat kaget, menuntupi wajahnya karena malu.

“Ya.”  Myungsoo tertawa, membelokan mobilnya ke daerah sungai lalu berhenti di sebuah rumah besar berwarna coklat. “Disini?”

“Disini.” Jinri mengangguk, menurunkan kaca jendelanya dan melambai pada seorang gadis yang sedang duduk di depan rumah.

“Jung!”

Oh, itu gadis yang di tengah. Jinri sempat menceritakannya saat di mobil tadi. Bahwa gadis yang ditengah itu adalah Jung Soojung dan bukan Bae Suzy, Bae Suzy adalah gadis berponi coklat, dan Kang Jiyoung korban kecelakaan itu –menurut Jinri, hilang begitu saja dari foto. Seolah memang tidak ada disana. Myungsoo tidak percaya, tapi Jinri terlihat sangat frustasi jadi Myungsoo mulai tidak yakin.

“Ayo masuk.” Jung Soojung membuka pintu pagar dan membawa mereka masuk ke dalam rumahnya. Di lihat dari dekat, Soojung bahkan jauh lebih cantik dari pada yang ada di foto. Belum lagi Jinri bilang kalau Soojung belajar bisnis dan pajak di KAIST, cantik dan pintar. Apa kurangnya?

Tampaknya bukan hanya dia yang mengamati Soojung, tapi gadis itu juga sedang memandangnya dengan penasaran. “…siapa?”

“Oh, ini kakak kelasku, Kim Myungsoo. Myung, ini Soojung.” Myungsoo menjabat tangan Soojung. Myungsoo heran kenapa dia merasa lega saat Jinri memperkenalkannya sebagai ‘hanya-kakak-kelas’.

Myungsoo tidak begitu mendengarkan pembicaraan Jinri dan Soojung lagi, matanya sibuk mengamati Soojung. Bagaimana bibirnya bergerak saat menjawab pertanyaan Jinri, atau bagaimana ekspresinya hanya berubah sedikit saat sedang tertawa. Sekilas Soojung mengingatkannya pada …dirinya sendiri.

Myungsoo masih asik memandangi Soojung saat Jinri menarik tangannya ke dalam sebuah kamar.

“Kau bisa beristirahat disini, ada kamar mandi di ujung kanan dan ruang pakaian di sebelah kiri. Aku rasa masih ada banyak pakaian Yunho yang tertinggal, tinggi badan kalian tidak begitu jauh jadi pasti muat.”

Yunho? Oh, kakak Soojung. Myungsoo menggeleng, bagaimana bisa dia merepotkan orang yang baru kali ini ditemuinya? “Tidak perlu, aku–“

“Tidur saja, Myung. Setelah menyetir lebih dari tujuh jam, kau mulai terlihat seperti zombie.” Jinri mendorongnya ke dalam kamar, lalu menutup pintu. Oke, jika kau tidak bisa menolak maka nikmati saja. Toh Myungsoo memang sudah sangat kelelahan.

Tidak sampai lima detik Myungsoo melemparkan tubuhnya ke atas tempat tidur besar di tengah kamar, Myungsoo sudah bisa merasakan dirinya pergi ke alam mimpi.

 

Myungsoo terbangun pukul tujuh sore. Setelah menyadari dirinya tidur selama hampir delapan jam (tidur terlama yang pernah Myungsoo dapat dalam beberapa tahun terakhir ini) Myungsoo segera pergi ke kamar mandi dan meminjam beberapa baju  kakak Soojung. Myungsoo memilih selembar kaos hitam dengan celana hitam selutut. Celananya pas, tapi kaos ini terasa sedikit kebesaran. Myungsoo melihat foto kakak Soojung yang tergantung di dinding, oh tentu saja, kakak Soojung memiliki bahu bidang yang membuat tubuhnya terlihat lebih besar. Tidak heran Jinri pernah suka kakak Soojung (Ya, Jinri memberitahunya banyak hal dalam perjalanan ke sini).

Myungsoo membuka pintu kamar dan menemukan Soojung sedang duduk di sofa sembari menonton televisi. Soojung terlihat kaget begitu melihat Myungsoo.

“Myungsoo-ssi, sudah bangun?”

“Tentu saja, aku tidak punya penyakit tidur sambil berjalan.” Myungsoo tersenyum. Myungsoo bukan tipe orang yang bisa bercanda dengan orang asing yang baru ditemuinya, tapi entah kenapa Soojung berbeda –rasanya Myungsoo sudah mengenal Soojung sekian lama.

“Aku hanya basa-basi.” Soojung mengangkat bahu, bukannya tersinggung dengan perkataan Myungsoo, Soojung justru tersenyum kecil.  Tuh kan, Soojung memang terasa seperti teman lama. Mungkin mendengarkan cerita Jinri tentang Soojung selama sekian jam di mobil tadi membuatnya merasa mengenal Soojung. Oh ya, Jinri. Myungsoo tidak melihat Jinri.

“Mana Jinri?”

“Choi pergi ke rumah orang tuanya, mungkin sebentar lagi datang. Dia  ingin membangunkanmu tapi kau terlalu sibuk bertualang di dunia mimpi.” Soojung tersenyum lagi. Oh, sekarang Myungsoo nobatkan senyuman Soojung sebagai senyuman paling indah di dunia, titik.

“Kamu lapar, Myungsoo?”

Nah, Soojung tidak memanggilnya dengan embel-embel –ssi lagi? Jadi mereka adalah teman sekarang? Soojung jelas orang yang senang bergerak cepat. Tidak masalah, Myungsoo juga suka itu.

“Ya, lumayan.” Myungsoo mengelus perutnya yang terasa menipis (dia belum makan sejak tadi siang, oke? Dan berburu monster –walau hanya di dalam mimpi jelas membuatmu lapar.)

“Ayo ke dapur, aku buatkan ramyun.” Soojung mendudukan Myungsoo ke salah satu kursi di ruang makan.

Soojung dan aku suka makan, tapi Soojung tidak begitu bisa memasak, satu-satunya makanan yang bisa dibuat Soojung adalah mie instan yang kebanyakan kuah.   Myungsoo tersenyum saat mengingat cerita Jinri.

“Bajunya terlihat bagus, Myung.” Soojung berkata sambil membuka sebungkus mie instan.

Myungsoo memandangi baju yang dipakainya.

Soojung tidak suka meminjamkan barang miliknya, jika dia meminjamkanmu sesuatu, dia akan terus mengingatkanmu akan hal itu.

“Bajunya memang bagus, tolong bilang terimakasih pada Yunho.

“Oh, kamu tau nama kakakku?” Soojung terlihat terkejut.

Myungsoo mengangguk, sebenarnya bukan hanya nama kakak Soojung. Sekarang Myungsoo rasa dia tau hampir semua hal tentang Soojung setelah mendengar cerita Soojung di mobil.

Namanya Jung Soojung, lahir dua puluh tahun lalu di California dengan nama Krystal Jung (Myungsoo benar mengenai wajah Krystal yang tidak-korea-banget) hal ini menjelaskan kenapa nilai bahasa Inggris Soojung selalu A. Soojung memiliki dua kakak, kakak laki-lakinya Jung Yunho sekarang sedang bekerja di Incheon sebagai penerjemah dan yang perempuan –Jung Soyeon ada di luar negri sedang merintis bisnis desainnya (Jinri lupa dimana tepatnya ‘luar negeri’ itu). Ayah Soojung bekerja sebagai hakim di kantor pusat, jadi kedua orang tuanya jarang berada di rumah dan rumah Soojung sering dijadikan markas untuk Jinri dan teman-temannya saat masih sekolah dulu.

Soojung selalu memakai seragam yang satu size lebih kecil dari ukurannya dan rok yang sudah di potong beberapa centimeter,  Soojung suka pria (tentu saja) tapi dia tidak pernah menceritakan siapa orang yang disukainya (padahal Jinri bilang dia sudah memberi tahu Soojung siapa yang disukainya, tapi cewek itu tetap tidak mau bergeming). Soojung suka makan, tapi kurang suka memasak. Soojung tidak begitu suka meminjamkan barangnya. Soojung terlihat seperti orang yang kurang menyenangkan karena wajahnya yang dingin (tapi sungguh itu hanya wajahnya). Soojung juga–

“Apa yang kamu  khayalkan?” Soojung menjetikan jarinya di wajah Myungsoo. Myungsoo sadar dihadapannya sudah tersaji semangkuk ramen (dengan warna merah pudar karena memiliki terlalu banyak air).

“Aku mengkhayalkanmu.” Myungsoo menatap Soojung, mencoba mengajaknya bercanda (walau hey, dia tidak berbohong). Tapi begitu menyadari Soojung yang hanya membeku, Myungsoo melanjutkan. “Aku hanya bercanda.”

“Aku tau kamu hanya bercanda.” Soojung mendengus, tapi wajahnya berpaling ke belakang.

Myungsoo mencicipi kuahnya, sedikit hambar, tapi masih bisa dimakan jadi tidak apa.

“Myungsoo?”

“Hm?” Myungsoo menyeruput mie instannya, terlalu lembek, tapi tetap tidak apa.

“Aku rasa aku menyukaimu.”

Myungsoo tersedak, memandangi Soojung untuk menunggu gadis itu berkata; aku hanya bercanda, tapi Soojung tidak berkata apapun. Apa ini? Jadi dia tidak bercanda? Wow, Soojung ternyata memang suka bergerak cepat, dan Myungsoo tidak yakin apa dia menyukai hal itu sekarang. Myungsoo sudah pernah menerima pengakuan dari beberapa gadis, oke? Tapi Soojung adalah gadis pertama yang mengaku setelah hanya …10 jam bertemu.

“Soojung, aku–“ rasa aku juga menyukaimu, tapi ini terlalu cepat dan kita baru saja bertemu dan… kalimat selanjutnya tertelan di tenggorokan Myungsoo saat mereka mendengar teriakan Jinri di luar. Ugh, dia melupakan Jinri.

Jinri yang datang membawa sekotak pizza menarik Myungsoo dan Soojung untuk duduk di sofa. Myungsoo memandang Jinri yang duduk di sebelahnya, Jinri yang mengenakan setelah piyama gambar jamur sedang asik menikmati pizza-nya dengan senyum lebar (Myungsoo dengar Jinri berhasil menghubungi temannya). Myungsoo lalu beralih pada Soojung, pandangannya gelisah dan tampak tegang. Soojung pasti baru saja ingat pada Jinri, dan pengakuannya di dapur tadi.. uh.

Myungsoo menggeleng dan mengalihkan pandangannya pada televise, dia tidak bisa memikirkan hal itu sekarang. Oh, acara berita? Layar televisi sedang menampilkan deretan nama korban pesawat jatuh di daerah Gumi-si. Myungsoo membaca nama-namanya sekilas, lalu terhenti pada satu nama; Bae Suzy? Bukannya itu nama teman Jinri?

“Jinri, tunggu dulu.” Myungsoo menarik tangan Jinri yang ingin mengganti channel, “ada nama Bae Suzy disana.”

Remote di tangan Jinri terjatuh, dan gadis itu segera pergi ke lantai atas meninggalkan Myungsoo dengan Soojung yang masih menunduk.

“Soojung…” apa kamu baik-baik saja? Kalimat selanjutnya seolah tertahan di tenggorokan Myungsoo saat Soojung mengangkat wajahnya, menatap Myungsoo dengan mata merah dan bibir bergetar hebat. Dan Myungsoo harus menahan dirinya dari memeluk Soojung lalu membisikan kata-kata; kamu akan baik-baik saja (walau Myungsoo sendiri tidak yakin dia akan baik-baik saja), karena saat itu Jinri sudah kembali dengan selembar foto.

“Gambar Suzy menghilang…”

Dan tangis Soojung akhirnya pecah. Myungsoo tidak mengerti, mereka baru bertemu satu hari (atau lebih tepatnya sebelas jam) tapi kenapa Myungsoo merasa dadanya sakit saat melihat Soojung menangis? Lalu bagaimana dengan Jinri?

“Selanjutnya …siapa?”

Myungsoo bisa merasakan tubuh Jinri yang berada di sebelahnya bergetar. Jinri teman yang baik, ya …teman yang baik. Myungsoo menggapai tangan Jinri dengan tangan kirinya.

Tapi Soojung… Myungsoo menatap Soojung yang masih menangis. Myungsoo mengulurkan tangan kanannya ke belakang, meraih tangan Soojung dan menggenggamnya dari belakang sofa.

“Kamu akan baik-baik saja.” Karena aku akan melindungimu.

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
seungcheoreo #1
Chapter 6: idk why tapi aku selalu kebayang penggambaran myungsoo itu mingyu trs bukannya L ahahaha. nice fic, ceritanya bagus, bahasanya gampang dicerna. uh love you a lot!<3
hanieychoi #2
Chapter 5: Aku suka dengan jalan ceritanya. Aku tak sangka ceritanya berakhir dengan semuanya mati. Keep writing author. Fic kamu semuanya sangat bagus.
aliceeuu #3
Chapter 6: Yaampun ceritanya ganyangka banget. Ternyata myungsoo emang benar2 suka sama soojung sampai kayak gini. Ganyangka sumpah. Sungyeolnya kasian dia ga salah apa2 tapi dia mati. Ceritanya seru bangeeet!
babbychoi
#4
Chapter 5: I just...ugh! jinri dibunuh myungsoo?
yah bener2 dah
tapi bagus kok. ceritanya tapi tidah untuk myungsoo yang tiba tiba suka soojung dan bunuh jinriku!
hweeee :(
yunita_aulia
#5
Chapter 6: Omg, gue reader baru. Dan cerita ini serius, creepy bgt tapi keren! Hahaha. keren keren! Update terus, thor!
no-w-here
#6
Chapter 6: Akhirnya.... semua mati. OTL. Whyy Myungsoo? Tp aku rasa ceritanya dah di atur takdir (?) Yg nyebabin sumpah mereka itu jd kenyataan.. btw.. ga diceritain gimana akhirnya soojung jatuh? Bunuh diri kah krn depresii?
Btw aku nungguin updatean ff km yg the truth..
meimeipai #7
Chapter 6: ini semacam flashback gitu ya
babbychoi
#8
Chapter 4: Aku ga ngerti? Myungsoo kamu ngapain? Aku...ah entahlah. Jangan bilang myungsoo suka soojung :(
Lalu jinriku gimana? Pasti sungyeol nyelamatin jinri pas nyebrang ya?
Ah tunggu saja update selanjutnya. Cepet ya kak
Aku juga nunggu the truth sama ff myungli yg baru :D
seiranti
#9
Chapter 4: Gw ga nyangka myungsoo but why he hv to kill his friend too sungyeol.. Gw kira yg bakal jd heroicny jinri too bad she hv to die.. Next chap plss
no-w-here
#10
Chapter 4: Ini apaa yg terakhirr? Update sooooon pls.