Bae

Friends Forever

Tiga Tahun lalu, di sebuah sekolah menengah atas.

 

“Kawan-kawan, aku punya ide bagus!” Soojung berlari memasuki kelas 2 jurusan sosial, tidak menghiraukan dengusan dari beberapa murid lain –“gadis berisik ini datang lagi.”

“Mana Suzy?” Soojung berhenti begitu menyadari hanya ada Jinri dan Jiyoung di bangku paling ujung kanan dekat jendela.

“Jung, kelasmu bersebelahan dengan Suzy. Harusnya kami yang bertanya.” Jinri mencibir.

“Oh, benar. Tunggu sebentar.” Soojung mengangguk, berlari keluar kelas lalu kembali dengan Suzy beberapa saat kemudian.

“Nah, sudah lengkap!” Soojung bertepuk tangan, duduk di bangku di hadapan Jinri setelah mengusir pemiliknya, sementara Suzy memilih untuk duduk di meja Jiyoung.

“Kamu tau Soohyun adalah anak guru fisika, kan?” Jinri melirik siswi yang tadi diusir Soojung.

“Ya, lalu kenapa? Nilai fisika ku sudah buruk walau aku tidak mengusir anak cengeng itu.” Soojung mengangkat bahu, “lagipula bukankah sudah aku bilang kita seharusnya mengambil jurusan yang sama? Jadi aku tidak perlu datang ke kelasmu setiap hari.”

“Tapi aku benci kimia. Bagaimana kalau kamu yang mengambil jurusan sosial?”

“Choi, aku–“

“Sudah berhenti.” Suzy berkata malas, “aku tidak mengorbankan waktu belajarku hanya untuk mendengar pertengkaran kalian.”

“Kita semua tau dia tidak sedang belajar.” Sulli berbisik, dibalas tawa kecil dari Soojung.

“Jadi, apa ide bagus yang kamu coba sampaikan?” Jiyoung bertanya mencoba mengalihkan pembicaraan.

“Oh, itu!” Soojung terlihat kembali bersemangat, “Ayo menjadi sahabat sehidup semati!”

Suasana hening beberapa detik, sebelum terdengar tawa keras dari Jinri dan Suzy.

“Ada apa denganmu, Jung?” Jinri bertanya, tangannya memegangi perut yang terasa sakit karena tertawa terlalu keras.

“Mungkin terlalu banyak belajar fisika akhirnya menghancurkan pikiran Jung Soojung.” Suzy menyahut, matanya berair karena tertawa.

“Hey jangan begitu, ayo dengarkan alasan Soojung.” Jiyoung membela temannya.

Jiyoung memang bisa diandalkan, Soojung tersenyum lebar, walau senyumnya berubah menjadi masam ketika dia melihat ke arah Jiyoung yang tampak berusaha menahan tawa. Mereka bertiga sama saja.

Soojung menunggu beberapa menit sampai Jinri dan Suzy berhenti tertawa.

“Selesai? Dengar, ini tidak sebodoh itu.” Soojung memulai, “ada sebuah artikel di internet mengenai cara untuk selalu bersama sehidup semati.”

“Jung, kau benar-benar tidak apa?” wajah Jinri sekarang terlihat khawatir.

“Aku tidak gila, oke? Lihat saja, ini mudah dan menyenangkan. Ayo kita lakukan, anggap saja sebagai hiburan. Kita bisa jadi sahabat sejati selamanya!” Soojung menyodorkan telepon genggamnya pada Jinri.

Jinri berpandangan dengan Suzy, mungkin Jung Soojung memang sudah gila.

“Oke, ayo lakukan.” Jiyoung akhirnya berkata.

“Apa?” Jinri dan Suzy memandang Jiyoung tidak percaya, oh ayolah, bukankah Jiyoung yang paling normal diantara mereka berempat?

Yes, aku tau kau akan setuju Ji!” Soojung tersenyum lebar, “Dan lima menit lagi bel masuk berbunyi. Ayo kita kembali, Bae.” Soojung menarik tangan Suzy untuk kembali ke kelas mereka masing-masing.

Jinri menatap Jiyoung heran, ada apa dengan Kang Jiyoung?

“Jangan melihatku begitu, Jinri. Tidak ada salahnyakan mengikuti kemauan Soojung? Walau terlihat biasa saja, aku yakin Soojung merasa sedih saat kalian meragukan kewarasannya tadi.”

Oh, Jiyoung ternyata masih si baik Kang Jiyoung.

 

*****

 

Choi Jinri menghempaskan tubuhnya ke kasur. Dia baru saja kembali dari Busan dengan pesawat terakhir setelah tadi siang mengikuti acara kremasi Jiyoung. Jinri masih ingin berlama-lama di tanah kelahirannya itu, tapi dia sudah absen tanpa alasan hari ini, dan Jinri tidak mau nilai-nilainya –yang dengan susah payah dia peroleh dipertaruhkan.

Sebenarnya masih ada satu hal lagi yang membuatnya ingin tinggal di Busan. Botol kecil yang mereka kubur tiga tahun lalu itu mengganggu pikirannya. Bagaimana bisa hanya botol Jiyoung yang tumpah dan keluar dari ikatan benang? Jinri tidak begitu memikirkannya, tapi sekarang setelah dipikir-pikir, ikatan benang pada tiga botol lain sangat kencang, bukankah jika satu botol keluar seharusnya ikatannya mengendur?

Sebelumnya Soojung memang berhasil meyakinkannya kalau itu hanyalah ulah anak-anak yang memang sering bermain di pinggir sungai. Mungkin mereka sedang bermain, lalu iseng menggali dan menemukan botol-botol mereka. Memang  cukup masuk akal. Tapi kenapa botol Jiyoung?

Mungkin mereka suka namanya, mungkin mereka hanya kebetulan mengambil satu botol dan itu botol Jiyoung. Tidak ada yang aneh. Ya, tidak ada yang aneh.

Tok tok. Jinri bangkit, mendengar suara ketukan pintu berkali-kali. Tunggu dulu, siapa yang mengetuk kamarnya pada jam …sebelas malam? Jinri menggeleng, mencoba mengusir pikiran buruknya. Dia harus berhenti berpikiran aneh kalau dia masih ingin tidur dengan nyaman malam ini.

Jinri berjalan membuka pintu, dari dalam hatinya terus-terusan berdoa pada Tuhan agar siapapun –atau apapun yang sedang berada di balik pintu adalah manusia, lebih baik lagi jika manusia ini tampan, tinggi dan menyenangkan –Jinri segera memukul kepalanya, mungkin dia masih belum dapat berpikiran lurus.

Sunbae?” Oh ternyata Tuhan benar-benar mengabulkan permintaannya. Di depan pintu berdiri seorang manusia tampan, tinggi dan kurang menyenangkan bernama Kim Myungsoo.

“Myungsoo.” Kim Myungsoo menekankan, wajahnya terlihat marah. Uh, oh. Apa yang dia lakukan?

“Oke, Myungsoo. Apa yang kau lakukan disini? Ini adalah asrama wanita. Kita –tidak, aku bisa dapat masalah besar.” Jinri berkata panik, menarik tangan Myungsoo masuk ke dalam kamarnya lalu melihat ke seluruh lorong, tidak ada orang, untuk saat ini dia aman.

 “Siapa yang peduli dengan itu? Sejak kemarin aku tidak bisa menghubungimu. Aku sudah mencoba menelpon, mengirim pesan, aku bahkan pergi kesini berkali-kali, tapi kau tidak ada dimanapun.” Myungsoo berteriak marah, lalu menyadari Jinri yang terlihat bingung dan sedikit ketakutan di hadapannya, Myungsoo mengecilkan suaranya, “Aku hanya… aku hanya khawatir. Mereka bilang ada kecelakaan di café dekat Ewha, korbannya adalah seorang mahasiswi dan kemarin kau bilang akan bertemu teman di sana, aku pikir –aku pikir…”

Jinri mengangguk, mengerti maksud Myungsoo. Jinri mengarahkan Myungsoo untuk duduk di kursi belajarnya, lalu mencari telepon genggam –yang tidak di sentuh sejak kemarin. Jinri menemukan 67 panggilan dan lebih dari 100 pesan di Kakao. Oke, jadi Myungsoo khawatir padanya? Apa dengan ini dia bisa sedikit berharap lebih? Mungkin… mungkin?

“Jinri?” panggilan Myungsoo menyadarkannya ke dunia nyata, uh jangan banyak berharap Jinri.

“Aku pergi ke Busan kemarin, telepon genggamku tertinggal disini karena itu aku tidak bisa memberi kabar. Mahasiswi yang kecelakaan di café dekat Ewha itu, dia teman yang aku temui. Aku pergi ke Busan untuk mengantarkan jenazahnya.”

Myungsoo mengangguk, wajahnya terlihat khawatir.

“Kamu tidak apa?”

“Ya, kurasa.” Jinri mengangkat bahu. Dia tidak ‘tidak apa’ tapi Myungsoo tidak perlu tau itu.

“Kamu seharusnya memberi tahuku, aku bisa mengantarmu ke sana.”

Astaga, Kim Myungsoo bahkan mau mengantarnya ke Busan? Sebenarnya apa status hubungan mereka? Jinri menggeleng, dia harus menghentikan dirinya sendiri dari berharap terlalu jauh.

“Kamu mau menyetir ke Busan? Busan paling tidak berjarak 7 jam dari sini Myung.” Jinri tersenyum.

“Tidak ada salahnya.” Myungsoo mengangkat bahu, mengalihkan pandangannya pada meja belajar Jinri, matanya berhenti pada buku tebal di atas sana. “Apa ini?”

“Album foto saat aku  masih SMA, lihat saja.” Jinri melirik telepon genggamnya, oh hampir mati, Jinri bangkit untuk mengisi batrai.

“Jinri, kamu dulu …lucu.” Myungsoo tertawa kecil.

Jinri mendengus, orang-orang biasa menyebutnya lucu karena dia sedikit berisi dulu (yang Jinri maksud sedikit adalah sekitar 10 kg lebih berat dari berat idealnya). Jinri beruntung dia berhasil menjaga asupan kalorinya dan memangkas lebih dari 10 kg berat badannya sekarang.

“Foto yang terakhir ini, bersama sahabat-sahabatmu?”

Pasti itu foto yang dia ambil di hari kelulusan, Jinri mengangguk tanpa menoleh pada Myungsoo, matanya sibuk melihat isi telepon. Ada panggilan dari Myungsoo, Myungsoo, Myungsoo, Mama, Myungsoo lagi. Myungsoo benar-benar memanggilnya berkali-kali.

“Kenapa gambar di bagian gadis ini sedikit kabur?”

“Harga satu lembar foto itu hanya 0,25 dollar. Orang-orang benar mengenai; ada harga ada kualitas.” Jinri memberi alasan, itu pasti pada bagian Jiyoung. “Gadis yang agak kabur itu, Kang Jiyoung, sahabatku yang meninggal kemarin.”

Jinri bisa mendengar suara anggukan Myungsoo. Oh, ternyata Myungsoo memanggilnya sekitar 50 kali, dua panggilan dari ibunya, satu dari Ibu Jiyoung, dan sisanya dari Soojung?

“Lalu siapa gadis yang satunya? Yang ini cantik.”

“Itu Bae Suzy dan…” Jinri tiba-tiba tersadar, “satu?”

“Ya, aku kenal kau dan yang di ujung ini adalah nona Kang.”

Tapi ada empat orang disana! Jinri melemparkan telepon genggamnya, lalu berlari mendekati Myungsoo.

“Astaga…” Jinri menatap Gambar di tangan Myungsoo.

“Jinri?”

Foto yang semula berisi empat orang sekarang hanya tersisa tiga. Foto Jiyoung yang sedang tersenyum manis di ujung kanan seolah hilang begitu saja, seperti memang tidak ada disana dari awal. Dan gadis yang dibilang Myungsoo terlihat kabur tadi, bukannya Jiyoung tapi Suzy. Bukankah beberapa hari lalu foto Suzy masih terlihat sangat jelas?

Jinri segera menyambar telepon genggamnya, berniat mengirim pesan pada Soojung saat dia melihat ternyata Soojung lah yang mengirimkannya lebih dari 100 pesan di Kakao.

‘Choi,  kamu ingat foto yang kita ambil di hari kelulusan? Ini aneh tapi, aku yakin kita mengambil fotonya berempat. Kenapa tidak ada Jiyoung disini? Kita harus segera bertemu.’

Jinri mengalihkan pandangannya pada Myungsoo yang terlihat kebingungan.

“Myungsoo, tawaranmu tentang mengantarkanku ke Busan, apa masih berlaku?”

 

*****

 

Jung Soojung masih belum bisa berhenti mengamati selembar foto di tangannya. Ini aneh, bagaimana bisa foto yang berisi empat orang sekarang hanya ada tiga? Soojung ingat Jiyoung seharusnya ada di sebelah kanan, sedang tersenyum tepat disebelah Suzy. Lalu ada dia dan Jinri di bagian kiri yang beradu mulut. Foto ini tidak begitu bagus, tapi ini satu-satunya foto mereka berempat yang di cetak oleh Jinri (itupun karena Jinri mengaku mendapatkan empat lembar foto ini dengan harga sangat murah.)

Jinri sudah lebih dulu pulang ke Seoul –rupanya sahabatnya itu lupa meminta izin untuk tidak masuk pada dosen, hal yang sudah pasti dilakukannya mengingat seberapa pelupanya Jinri. Soojung ingat Jinri pernah menghamburkan seluruh isi rumahnya demi mencari kunci yang ternyata ada di kantung bajunya sendiri.

Soojung masih bisa tinggal lebih lama di Busan, dia mengambil cuti kuliah yang tidak pernah digunakannya selama tiga semester. Tidak begitu lama, tapi cukup untuk berlibur beberapa minggu di tempat ini. Walau begitu, resikonya Soojung harus membersihkan kamarnya yang sudah hampir tidak layak huni karena ditinggal selama dua tahun (mama menolak membantu membersihkan kamarnya dan justru pergi ke Seoul kemarin dengan alasan perlu menemani ayahnya yang memang seorang hakim di pusat).

Pada saat membersihkan kamar itulah Soojung secara tidak sengaja menemukan foto ini. Dia langsung menghubungi Jinri dan Jinri berjanji akan segera datang ke Busan. Soojung melihat jam tangan kecil di lengannya, sekarang sudah pukul 9 pagi tapi Jinri belum juga datang. Mungkin Jinri tidak naik pesawat pagi.

“Jung!”

Soojung melihat kedepan, sebuah mobil berada di depan pagarnya, sementara Choi Jinri sedang melambai dari dalam. Oh, pucuk dicinta ulam pun tiba.

“Ayo masuk.” Soojung membuka pintu pagarnya, lalu membawa Jinri dan seorang pria lain masuk ke dalam rumah.

“…siapa?” Soojung melirik pria yang tampak kelelahan di sebelah Jinri.

“Oh, ini kakak kelasku, Kim Myungsoo. Myung, ini Soojung.”

Soojung menjabat tangan Myungsoo. Walau terlihat sangat kelelahan, Soojung dapat dengan mudah mengatakan kalau wajah Myungsoo tetap jauh lebih menarik dari wajah pria kebanyakan. Myungsoo memiliki tipe wajah yang dengan sekali lihatpun orang akan langsung berkata –“ya, dia tampan.”. Soojung juga berani bilang kalau Myungsoo adalah tipe idealnya, tapi nah, Soojung dan Jinri memang menyukai tipe yang sama jadi tidak heran kalau Soojung juga akan dengan mudah menyukai pria ini. Ngomong-ngomong, apa sebenarnya hubungan Jinri dan Kim Myungsoo? Jinri mengenalkannya sebagai kakak kelas dan bukannya pacar jadi apa mungkin…

“Jung, kakakmu ada?”

“Yunho?” Soojung menyebutkan nama kakak tertuanya yang sempat di taksir Jinri saat mereka masih sekolah menengah atas.

“Ya, tentu saja. Aku tau Jessica masih ada di luar negri –New York, atau Amerika atau apalah itu.

“Yunho tidak ada, dia dapat pekerjaan di Incheon beberapa bulan lalu.” Soojung menatap Jinri curiga, apa Jinri masih mengejar kakaknya? Lalu bagaimana dengan si kakak kelas yang kelihatan sangat lelah ini?

“Bagus, apa aku bisa pinjam kamarnya?” Jinri melirik ke arah Myungsoo.

Oh jadi untuk itu, Soojung mengangguk mengerti. “Tentu saja, ikuti aku.”

Soojung membawa keduanya ke kamar Yunho yang terletak di lantai satu.

“Kau bisa beristirahat disini, ada kamar mandi di ujung kanan dan ruang pakaian di sebelah kiri. Aku rasa masih ada banyak pakaian Yunho yang tertinggal, tinggi badan kalian tidak begitu jauh jadi pasti muat.”

“Tidak perlu, aku–“ Myungsoo menggeleng.

“Tidur saja, Myung. Setelah menyetir lebih dari tujuh jam, kau mulai terlihat seperti zombie.” Jinri mendorong Myungsoo ke kamar Yunho, lalu menutupnya. Jinri menoleh ke pada Soojung, “Mengenai foto itu…”

“Ayo kita bicarakan di kamarku.”

Soojung menarik tangan Jinri menaiki tangga, lalu masuk ke kamar pertama yang mereka temui di lantai dua. Soojung menyuruh Jinri duduk di ranjangnya, lalu meletakan selembar foto di hadapan Jinri.

“Ini fotonya, Jiyoung benar-benar tidak ada. Aku tidak yakin apakah percetakan mencoba bergurau dengan kita, atau bagaimana.”

“Kau belum pernah melihat foto ini sejak aku memberikannya padamu?”

Soojung mengangkat bahu.

“Ini foto milikku.” Jinri mengeluarkan selembar foto dari tas tangannya. “Jiyoung juga tidak ada disini. Dan tidak, ini bukan ulah iseng percetakan karena aku yakin foto ini normal saat aku mengambilnya. Aku bahkan masih sempat melihat foto ini beberapa hari lalu dan Jiyoung masih ada disana, memang sedikit kabur tapi–”

“Tapi?” Soojung bertanya, merasa khawatir saat melihat wajah Jinri yang berubah menjadi horor.

“Dengar, Jung. Tiga hari sebelum aku bertemu Jiyoung –berarti lima hari lalu, aku melihat foto ini dan foto Jiyoung masih ada, walau terlihat kabur sama seperti foto Suzy sekarang. Lalutiga hari kemudian Jiyoung kecelakaan dan fotonya menghilang sama sekali.”

Soojung mengamati fotonya, benar saja! Dia baru menyadari kalau gambar di bagian Suzy terlihat kabur.

“Berarti, kalau itu benar.. berarti, mungkin saja Suzy…”

“Aku tidak tau, aku harap itu hanya kebetulan. Tapi bagaimanapun juga kita harus memperingatkan Suzy.”

“Tidak bisa! Suzy mengganti nomor teleponnya. E-mailnya masih aktif tapi dia belum membaca pesan yang kukirimkan kemarin.” Soojung menggeleng.

“Tidak ada cara lain, ayo kita spam e-mail Suzy.”

 

*****

 

Bae Suzy memandangi kaki kanannya yang berbalut perban. Suzy tidak tau harus merasa kesal atau justru berterimakasih pada orang yang menyebabkan kakinya cedera. Walau dia sendiri tidak begitu yakin siapa yang bertanggung jawab atas hal ini.

Mungkin ini salah Dosen mata pelajaran Ilmu Resep [Prescription] yang meminta Suzy datang ke kampus pada pukul delapan pagi karena Suzy salah menuliskan  Celebrex dan bukannya Celexa untuk seorang pasien penderita depresi (bukan salahnya nama kedua obat itu begitu mirip, kan?). Suzy sudah memberi alasan bahwa dia tidak sengaja, dan bukannya resep yang dia tulis benar-benar ditujukan untuk pasien sungguhan, tapi ternyata alasannya ini justru membuat Dosennya semakin meradang dan meminta Suzy datang ke kampus untuk menerima lebih banyak tugas hari ini.

Mungkin juga ini salah petugas pembersih kampus yang memutuskan untuk mengepel tanggga lantai dua pada pagi hari. Suzy tau sudah menjadi pekerjaan petugas itu untuk membersihkan sekolah, tapi Suzy hanya perlu seseorang untuk disalahkan.

Mungkin juga ini salahnya sendiri, karena bergadang tadi malam dan terpaksa bangun kesiangan hari ini walau harus datang ke kampus pada pagi hari. Dia juga bersalah karena menaiki tangga tanpa hati-hati –walau tau tangga itu masih licin karena baru di bersihkan  menyebabkan dirinya sendiri terjatuh dan kaki kanannya cedera.

Petugas pembersih kampus lah yang membantunya pergi ke rumah sakit dan bahkan menawarkan untuk membayar setengah dari biaya rumah sakitnya (yang tentu saja di tolak oleh Suzy karena hati kecilnya tau ini bukan salah petugas kebersihan). Dosen ilmu resepnya juga sudah datang ke rumah sakit tadi siang, sembari membawa satu keranjang besar berisi buah-buahan segar dan mendoakan semoga Suzy cepat sembuh. Suzy mencibir, tidak merasa senang dengan kedatangan dosen berumur setengah baya itu (Suzy masih merasa kesal karena dia yakin salah menulis Celebrex dan Celexa bukanlah masalah besar) walau bibirnya yang merengut tiba-tiba berubah menjadi senyum lebar setelah Dosen ilmu resep berkata bahwa Suzy seharusnya banyak beristirahat dan dia tidak akan memberi Suzy tambahan tugas –Suzy harus menahan diri dari memeluk dosen itu karena kakinya yang masih tidak dapat digerakan.

Pada akhirnya, Suzy memutuskan untuk memaafkan semua orang –termasuk dirinya sendiri, sebab terlepas dari fakta bahwa kaki kanannya yang terasa sangat sakit bila bergerak, Suzy akhirnya bisa mendapat liburan yang tidak pernah didapatnya selama tiga semester belajar farmasi di Universitas Inha.

Suzy sudah memesan tiket pulang ke Busan, sudah dua tahun sejak Suzy mengunjungi kampung halamannya itu. Pesawatnya berangkat malam ini dan itu berarti masih ada waktu sekitar enam jam sebelum Suzy harus check in di bandara. Sementara itu, Suzy lebih memilih menghabiskan waktunya di rumah sakit, toh tidak ada tempat yang bisa dia kunjungi dengan kaki seperti ini.

“Jadi apa yang harus kulakukan sekarang?”

Tidak banyak hal yang bisa dilakukannya di rumah sakit. Suzy tidak memiliki begitu banyak teman di Universitas (terbukti dengan tidak adanya orang selain Dosen dan petugas kebersihan yang mengunjunginya di rumah sakit). Tidak ada teman berarti tidak ada chat untuk mengusir rasa bosan, tidak ada orang yang akan membuat kamarnya ribut hingga pasien di kamar sebelah harus mengetuk kamarnya, dan tidak akan ada yang mencorat-coret perbannya dengan tulisan-tulisan memalukan.

Suzy menghela nafas, sekarang dia mulai merindukan teman-teman lamanya.

Ngomong-ngomong soal teman lamanya, Suzy jadi ingat e-mail Soojung yang tidak sempat dia baca kemarin (sebab dia harus mengerjakan tugas ilmu resep yang ternyata berujung cedera kaki ini). Suzy menggapai laptopnya yang berada di sisi kanan meja. Paling tidak dia masih punya teman untuk chatting.

Lebih dari 99 pesan? Tunggu dulu, terakhir kali dia membuka e-mail hanya ada satu pesan dari Soojung yang belum di baca. Kenapa dalam satu hari pesannya bisa menjadi sebanyak ini? Apa ada virus? Suzy melihat pesan-pesannya, semua pesan ini datangnya dari dua pengirim; Jinri dan Soojung. Suzy tidak tau harus bersyukur karena e-mail nya tidak terkena virus, atau justru harus kesal karena kadang Jinri dan Soojung bisa jadi lebih berbahaya dari virus. Suzy membuka pesan paling baru, sebuah pesan dan satu foto dari Soojung.

Suzy, kau harus berhati-hati. Saat menyebrang, berjalan, atau apapun itu hati-hati. Aku yakin kamu tidak percaya ini, tapi hidupmu sedang terancam. Segera pulang ke Busan, aku akan menjelaskan semuanya.

Pesan macam apa ini? Suzy menggeleng, dia benar mengenai Jinri dan Soojung yang bisa lebih berbahaya dari virus. Keduanya memang memiliki hobi menyiksa hidupnya, seperti sekarang, lelucon apalagi yang sedang mereka mainkan? Suzy membuka foto yang dikirimkan Soojung.

Oh, Suzy ingat foto ini. Ini foto yang mereka ambil pada hari kelulusan. Tapi, dimana Jiyoung? Di foto itu hanya terdapat gambar Suzy, Soojung dan Jinri. Padahal Suzy yakin sekali ada Jiyoung di sebelah kanannya.

Suzy menutup pesan Soojung, lalu membuka pesan lain, pesan terbaru dari Jinri.

Suzy, kau harus berhati-hati. Saat menye- isinya persis sama dengan pesan Soojung. Bahkan dengan gambar yang sama persis juga. Apa yang sedang dua orang ini rencanakan? Apa mereka berdua berencana membuatnya percaya kalau dia sedang dalam bahaya dengan sebuah pesan aneh dan foto yang di edit ini? Apa mereka mau Suzy percaya kalau foto (yang Suzy yakini adalah hasil dari manipulasi Jinri) ini asli?

Suzy mencoba membuka beberapa pesan lain secara acak, isinya masih sama, dengan pesan aneh dan sebuah foto editan. Mungkin Jinri dan Soojung sedang bersama di Busan sekarang, dan dua orang itu berusaha membuatnya kembali kesana dengan mengirimkan pesan-pesan ini.

Oke, jika mereka mau bermain maka Suzy juga akan bermain. Suzy mulai mengetik balasan.

Astaga, itu mengerikan sekali. Terimakasih sudah mengingatkanku kawan-kawan. Aku akan segera kembali ke Busan malam ini, with love – Bae.

 

 

 

*) Celexa = sejenis anti depressant yang digunakan untuk membantu penderita gangguan depresi.

*) Celebrex = obat penghilang rasa sakit yang biasa digunakan pasien arthiris. Penggunaan celebrex dipercaya bisa meningkatkan resiko pendarahan lambung, gangguan ginjal, kerusakan hati, bahkan kematian.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
seungcheoreo #1
Chapter 6: idk why tapi aku selalu kebayang penggambaran myungsoo itu mingyu trs bukannya L ahahaha. nice fic, ceritanya bagus, bahasanya gampang dicerna. uh love you a lot!<3
hanieychoi #2
Chapter 5: Aku suka dengan jalan ceritanya. Aku tak sangka ceritanya berakhir dengan semuanya mati. Keep writing author. Fic kamu semuanya sangat bagus.
aliceeuu #3
Chapter 6: Yaampun ceritanya ganyangka banget. Ternyata myungsoo emang benar2 suka sama soojung sampai kayak gini. Ganyangka sumpah. Sungyeolnya kasian dia ga salah apa2 tapi dia mati. Ceritanya seru bangeeet!
babbychoi
#4
Chapter 5: I just...ugh! jinri dibunuh myungsoo?
yah bener2 dah
tapi bagus kok. ceritanya tapi tidah untuk myungsoo yang tiba tiba suka soojung dan bunuh jinriku!
hweeee :(
yunita_aulia
#5
Chapter 6: Omg, gue reader baru. Dan cerita ini serius, creepy bgt tapi keren! Hahaha. keren keren! Update terus, thor!
no-w-here
#6
Chapter 6: Akhirnya.... semua mati. OTL. Whyy Myungsoo? Tp aku rasa ceritanya dah di atur takdir (?) Yg nyebabin sumpah mereka itu jd kenyataan.. btw.. ga diceritain gimana akhirnya soojung jatuh? Bunuh diri kah krn depresii?
Btw aku nungguin updatean ff km yg the truth..
meimeipai #7
Chapter 6: ini semacam flashback gitu ya
babbychoi
#8
Chapter 4: Aku ga ngerti? Myungsoo kamu ngapain? Aku...ah entahlah. Jangan bilang myungsoo suka soojung :(
Lalu jinriku gimana? Pasti sungyeol nyelamatin jinri pas nyebrang ya?
Ah tunggu saja update selanjutnya. Cepet ya kak
Aku juga nunggu the truth sama ff myungli yg baru :D
seiranti
#9
Chapter 4: Gw ga nyangka myungsoo but why he hv to kill his friend too sungyeol.. Gw kira yg bakal jd heroicny jinri too bad she hv to die.. Next chap plss
no-w-here
#10
Chapter 4: Ini apaa yg terakhirr? Update sooooon pls.