Jung

Friends Forever

Tiga Tahun lalu, di pinggir sungai Nakdong.

 

 “Semua barang sudah siap, ayo kita mulai ritualnya.” Soojung menatap ketiga temannya dengan tatapan serius, –Jinri dan Suzy harus menahan diri dari tertawa terbahak-bahak, “Peringatan; ritual ini hanya boleh dilakukan setelah anda benar-benar yakin ingin sehidup semati peserta ritual lain.”

“Apa kamu yakin ingin sehidup semati dengan gadis ini?” Jinri berbisik, dibalas gelengan dan tawa tertahan dari Suzy.

Soojung mendelik, tapi memilih untuk tidak menghiraukan ejekan Jinri. “Pertama-tama tulis nama para peserta ritual pada botol kaca menggunakan spidol.” Soojung melemparkan sebuah spidol pada Jinri, “Tulis.”

“Campurkan 4 jenis cairan yang berbeda ke dalam 4 botol kaca. Jiyoung, kamu bawa cairannya?”

Jiyoung mengangguk, meletakan empat botol cairan ke tengah-tengah.

“Air mineral.” Soojung menuangkan beberapa tetes air mineral ke dalam botol kacanya, lalu menyerahkan botol air meniralnya pada Suzy, “isi botol kaca kalian.”

“Alkohol, minyak wangi, susu.” Soojung melakukan hal yang sama pada tiga cairan lain.

“Dengan menggunakan jarum, tusuk jari kelingking kanan tiap peserta ritual, lalu teteskan satu tetes darah ke dalam botol kaca.” Soojung mengeluarkan sebuah jarum. “Siapa yang mau mulai duluan?”

Soojung mengalihkan pandangannya pada Suzy di sebelah kiri nya, “Aku tidak mau jadi yang pertama.”

No, no, aku takut darah dan kamu tau itu.” Jinri yang ada di hadapan Soojung menggeleng.

“Jiyoung?” Soojung memandang Jiyoung dengan tatapan memohon.

“Oke.” Jiyoung mengangguk pasrah, menusuk jari kelingkingnya dengan jarum. Empat cairan yang semula terpisah seolah tercampur rata menjadi cairan berwarna merah begitu Jiyoung meneteskan darahnya.

Wow, ini mulai terasa mengerikan.” Jinri bergidik.

“Aku yakin ada penjelasan logis mengenai hal ini.” Suzy mengangkat bahu tidak peduli, mengambil jarum di tangan Jiyoung lalu menusukannya ke jari kelingking. Seperti dugaan, cairan di botol Suzy juga berubah menjadi warna merah. “Giliranmu.”

Jinri menggeleng, menyerahkan jarumnya kepada Soojung. “Kamu duluan.”

“Dasar penakut.” Soojung mendecak, melakukan hal yang sama dengan Jiyoung dan Suzy.

“Oke, sekarang giliranku.” Jinri menghela nafas, lalu menusukan jarumnya dengan perlahan, ini tidak sesakit yang kukira. Jinri meneteskan darahnya ke dalam botol.

“Tutup rapat botol, lalu ikat semua botol menggunakan benang merah, setiap peserta ritual dapat mengikatnya sekali. Perhatian; jangan ikat benang terlalu kuat, atau akan sulit untuk melepasnya. Tidak masalah, lagipula bukannya kita mau melepas ikatannya.” Soojung menutup botolnya, mengambil benang merah dan mengikat keempat botol dengan kuat. Kemudian menyerahkannya pada tiga orang lain untuk mengikat secara bergantian.

“Terakhir, kubur di dalam tanah, dan semua peserta akan tetap sehidup semati selama semua botol masih saling terikat.” Soojung memasukan botol ke dalam lubang di depan pohon yang sudah mereka –lebih tepatnya Soojung dan Jiyoung gali sebelumnya.

“Selesai, sekarang kita akan menjadi sahabat sehidup semati!”

 

*****

 

Choi Jinri membuka pagar rumah Soojung, lalu masuk sambil berlari kecil. Dia tidak ingin Myungsoo menunggunya terlalu lama. Jinri tau sudah seharusnya dia mengajak Myungsoo pulang tadi siang sebab Jinri perlu mengunjungi orang tuanya di rumah, tapi melihat wajah Myungsoo yang tampak sangat kelelahan di dalam tidurnya mau tidak mau membuat Jinri mengalah dan menitipkan Myungsoo di rumah Soojung sementara dia pulang.

Jinri berencana hanya pulang selama satu dua jam, lalu kembali ke rumah Soojung dan bermalam disana (Ya, dia dan Myungsoo sudah setuju untuk bermalam di rumah Soojung –lagipula Jinri yakin mama tidak akan mengijinkan seorang pria bermalam di rumahnya). Tapi ayah dan ibu memaksanya untuk tinggal di rumah lebih lama untuk mendengar ceramah mereka tentang pentingnya berhati-hati saat menyeberang (rupanya kematian Jiyoung membuat mereka khawatir), dan membuat Jinri tinggal di rumah hingga hampir pukul 8 malam.

“Jung!” Jinri memasuki rumah Soojung, oh kosong? Jinri berjalan menuju ruang makan, dan sedikit terkejut ketika menemukan Soojung dan Myungsoo sedang duduk disana. Jinri tersenyum kecil, jadi sekarang Soojung dan Myungsoo sudah mulai berteman?

“Aku bawa pizza!” Jinri mendekat, melihat Myungsoo yang sedang menikmati semangkuk ramyun. “Oh, kau sudah makan?”

“Ya.” Myungsoo mengangguk, dan segera menambahkan saat menyadari wajah Jinri yang terlihat kecewa, “tapi aku masih lapar.”

“Bagus! Aku bawa pizza, ayo kita makan sambil menunggu pesawat Suzy!” Jinri membawa keduanya duduk di sofa ruang tengah, lalu menyalakan televisi tanpa benar-benar melihat isinya –Jinri rasa itu adalah acara berita.

Jinri menoleh ke arah Soojung yang duduk di sebelahnya, baru menyadari Soojung tidak berkata apapun sejak Jinri datang kemari. Wajahnya terlihat sedang berpikir keras, Jinri yakin Soojung sedang mengkhawatirkan Suzy.

Setelah tadi siang mengebom e-mail Suzy dengan ratusan pesan, mereka akhirnya mendapatkan pesan balasan dari Suzy yang menyatakan kalau gadis itu akan pulang malam ini. Jinri lega Suzy percaya pada perkataan mereka dan tidak banyak memprotes seperti biasanya. Sekarang mereka hanya tinggal menunggu kedatangan Suzy. Mungkin kurang dari setengah jam lagi, sebab Suzy menelpon sudah berada di pesawat satu jam lalu.

Suzy pasti akan baik-baik saja, begitu dia tiba mereka semua dapat menjaganya dan memecahkan masalah ini, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Jinri mengambil sepotong pizza –dengan topping cheese and pepperoni kesukaannya, lalu mengalihkan pandangan ke televisi, benar dugaannya tadi, ini adalah acara berita.

Jinri baru akan memindah channel saat apa yang di katakan pembawa acara berita menarik perhatiannya.

“Pesawat Korean Air Z375 ditemukan terbakar di daerah Gumi-si, Gyeongsangbuk-do malam ini pada pukul tujuh lewat tiga puluh. Pesawat yang berangkat dari Incheon menuju Busan ini diduga kuat meledak di udara sebelum jatuh. Dugaan ini disampaikan oleh sejumlah warga yang mengaku mendengar suara ledakan besar beberapa saat sebelum jatuhnya pesawat. Pihak maskapai Korean Air sudah merilis daftar penumpang resmi yang berada di dalam penerbangan.”

Oh, kecelakaan pesawat lagi?apa tidak ada berita yang lebih menyenangkan? Jinri mengangkat remote untuk mengganti channel.

“Jinri, tunggu dulu.” Myungsoo menarik tangan Jinri,  menunjuk ke arah televisi yang sedang menyiarkan daftar nama penumpang, “ada nama Bae Suzy disana.”

Remote di tangan Jinri terjatuh. Tentu saja, ….pukul tujuh tiga puluh.…dari Incheon menuju Busan… Korean Air adalah pesawat yang di tumpangi Suzy. Jinri berlari menuju kamar Soojung, lalu segera kembali dengan selembar foto.

“Gambar Suzy menghilang…” Jinri menggengam foto di tangannya. Foto yang tadi siang masih berisi tiga orang itu kini hanya tersisa dua. Seolah-olah memang hanya Jinri dan Soojung lah yang berfoto disana.

Jinri mendengar tangisan Soojung di sebelahnya. Jinri ingin menenangkan Soojung, tapi dia sendiri tidak berada dalam kondisi yang lebih baik dari temannya itu. Kalau Jiyoung dan Suzy sudah tidak ada, lalu…

“Selanjutnya …siapa?” Tubuh Jinri bergetar hebat, dia bisa merasakan Myungsoo yang ada disebelah menggenggam tangannya.

“Kamu akan baik-baik saja.”

Jinri harap Myungsoo benar.

 

*****

 

Jung Soojung mengangkat sebuah botol kaca kosong dari dalam tanah, dari matanya yang terasa berat –karena dia tidak dapat tidur semalaman, Soojung bisa membaca tulisan yang tertera di atas botol.

“Bae Suzy.” Soojung menyerahkan botolnya pada Jinri, menutup lubang yang kini hanya berisi dua botol itu.

“Seperti dugaan.” Jinri mengangguk lemah.

“Benar itu milik Suzy?” seorang pria berlari kecil, lalu berdiri di sebelah Jinri. Kim Myungsoo, Soojung yakin Myungsoo juga tidak tidur semalaman, tapi wajahnya masih terlihat segar –mungkin karena Myungsoo sudah tidur terlalu lama kemarin siang.

“Nah. Sekarang kamu percaya?” Jinri menoleh pada Myungsoo, menyerahkan botolnya ke tangan pria itu.

“Ya, ini memang tidak masuk akal tapi aku percaya ritual itu sekarang.”

Setelah Soojung berhasil menenangkan dirinya dan Jinri kemarin –yang memakan waktu kurang lebih dua jam untuk Soojung, dan dua setengah jam untuk Jinri. Mereka menceritakan semua hal yang berhubungan dengan foto dan ritual yang mereka lakukan tiga tahun lalu pada Myungsoo. Walau masih terlihat tidak percaya, Myungsoo bersedia membantu mencari cara untuk menghentikan semua peristiwa itu. Dan sekarang, setelah melihat botol Suzy dan meneliti gambar Suzy yang menghilang untuk kesekian kalinya, Myungsoo tampaknya baru benar-benar percaya.

“Cara menghentikan ritualnya, kamu dapat?”

Soojung bersikeras bahwa ada artikel mengenai cara menghentikan ritual sehidup semati pada Website sama dengan yang pernah dibuka Soojung tiga tahun lalu, sayangnya website itu sudah menghilang saat Soojung coba mengakses.

“Temanku berhasil mengembalikan website nya.” Myungsoo mengangguk, memperlihatkan sebuah gambar di telepon genggamnya.

“Jika suatu saat peserta ritual ingin menghentikan ikatan sehidup semati, buka ikatan benang merah yang menyatukan semua botol, keluarkan botol yang di inginkan kemudian ikat dan kubur kembali.” Jinri membaca isinya, “ini saja?”

Oke, itu cara yang sangat mudah. Soojung mulai menggali tanah kembali, lalu mengambil dua botol yang masih terikat dari dalam tanah.

“Kita hanya perlu membuka ikatannya?” Soojung mencoba menarik benang.

“Ya, tapi tunggu dulu..” Jinri membaca tiga baris terakhir, “buka ikatan dengan perlahan, jangan sampai benang putus. Sekali lagi, jangan memutus benang. Jika benang putus maka semua peserta akan langsung mati.”

Soojung berhenti menarik benangnya, pyuh dia hampir saja membuat benang ini putus.

“Bagaimana caranya membuka ikatan benang tanpa membuatnya putus?” Soojung mengamati benang yang di ikat dengan simpul mati sebanyak empat kali.

Setelah bergantian mencoba membuka ikatan benang (dan semuanya gagal). Soojung menyerah dan mengubur botolnya kembali.

“Kita harus cari cara lain.”

“Ya, pasti masih ada cara lain tapi..” Jinri menoleh pada Myungsoo, lalu memandang Soojung dengan tatapan bersalah. “Kami harus segera pulang, aku sudah absen terlalu lama, dan Myungsoo bahkan tidak sempat meminta izin pada orang tuanya untuk pergi kesini.”

Soojung mengangguk, walau merasa sedikit kecewa. Itu berarti dia akan sendirian karena orang tua dan dua kakaknya tidak ada di rumah. Itu berarti dia tidak bisa menghabiskan waktu bersama Jinri lagi –itu juga berarti Soojung tidak bisa melihat Myungsoo lagi.

“Aku akan mengambil barang-barangku.” Jinri berlari masuk ke dalam rumah Soojung, mengambil tas dan beberapa barangnya yang masih berserakan di tempat tidur Jessica.

“Oh, foto!” Jinri berlari turun ke ruang tengah tempatnya meletakan foto itu kemarin.

Wajah Jinri berubah pucat ketika melihat fotonya.

“Choi, kamu tidak apa?” Soojung melihat Jinri yang baru keluar dari rumah dengan khawatir.

“Jung…”

“Ya?”

“Yang selanjutnya… adalah kamu.”

Soojung mengambil foto di tangan Jinri. Fotonya yang semula terlihat jelas sekarang kabur, persis seperti foto Jiyoung dan Suzy sebelum kematian mereka berdua.

 

*****

 

Choi Jinri melipat tempat tidur tipis yang dipinjamnya dari kamar kosong di lantai dua –belakangan Jinri baru sadar kalau kamar kosong itu adalah kamar berhantu yang dimaksud seorang kakak kelas.

“Punggungmu tidak apa-apa? Aku pernah mencoba tidur di sini dan tidak bisa berdiri ke esokan harinya.” Jinri menggeleng, memasukan tempat tidur tipis itu ke dalam lemari.

“Sedikit sakit, tapi masih lebih baik dari pada harus tidur di rumah sendirian.” Soojung mengangkat bahu.

Setelah melihat foto Soojung yang terlihat kabur kemarin, Myungsoo menyarankan Soojung untuk ikut mereka pulang ke Seoul. Jinri jelas langsung setuju karena itu jauh lebih aman dari pada meninggalkan Soojung sendirian di rumahnya (diam diam Jinri merasa bangga karena Myungsoo peduli pada temannya –walau sampai saat ini Jinri masih belum yakin apa status hubungannya dan Myungsoo).

“Aku akan pergi ke minimarket, ayo ikut.” Jinri mengambil dompetnya.

“Pergi saja sendiri. Aku harus mandi.” Soojung mencium area bawah lengannya, ugh dia seharusnya tidak tidur dengan selimut tebal tadi malam.

“Sebentar saja, Jung. Kita hanya perlu menyebrang  jalan.” Jinri membuka jendela kamarnya, memperlihatkan 7-eleven yang ada tepat di depan asrama.

“Aku benar-benar harus mandi, Choi.” Soojung menggeleng, wajah Jinri masih terlihat khawatir. “Aku tidak apa-apa. Toh ada banyak orang disini.”

 “Oke. Jangan pergi keluar kamar sampai aku kembali.” Jinri akhirnya mengangguk.

“Tentu saja.”

Jinri segera berlari keluar asrama, dia tidak bisa meninggalkan Soojung terlalu lama. Siapa tau apa yang dapat terjadi pada Soojung. Jinri berjalan menyebrang jalan setelah berulang kali menengok ke kanan kiri –ya, walau sedang terburu-buru Jinri masih ingat ceramah mama tentang keselamatan menyebrang jalan.

Seorang wanita setengah baya langsung berdiri begitu melihat Jinri memasuki mini marketnya.

“Jinri, kemana saja kau!”

Jinri tersenyum, memeluk sekilas wanita yang berdiri di depan kasir itu.

“Selamat pagi bibi. Aku harus pulang ke Busan kemarin, maaf tidak mengabari sebelumnya.”

“Tidak masalah.” Wanita pemilik toko itu tersenyum lebar, “yang biasa?”

“Ya, tapi buat dua. Ada temanku yang menginap.” Jinri berkata sambil mengambil sebotol susu pisang dari dalam lemari pendingin.

Bibi pemilik toko mengangguk,  mengambil empat potong hoppang beku isi kacang merah lalu memasukannya ke dalam pemanas. “Tiga menit.”

Jinri mengangguk, Soojung biasa mandi selama setengah jam, jadi Jinri masih bisa menunggu selama tiga menit. Jinri melihat kesekeliling toko yang hampir selalu di kunjunginya setiap hari ini, lalu beralih pada bibi yang sedang menyiapkan dua buah gelas. Wanita setengah baya ini sudah seperti ibu keduanya.

“Bibi.”

“Ya?” Bibi tersenyum, menuang air panas ke dalam dua gelas yang berisi kantung teh.

“Apa Bibi percaya jika kita bisa sehidup semati dengan seseorang?”

 “Apa maksudnya?” Senyum di bibir bibi hilang, tapi dia seolah berusaha memaksakan dirinya untuk tertawa.

“Uh… jika, katakanlah ada sebuah ritual yang bisa membuat bibi sehidup semati dengan seseorang. Apa bibi percaya itu?”

“Tidak. Tidak ada yang namanya sehidup semati.” Bibi menggeleng. Walau wajahnya menunduk ke bawah untuk mengaduk teh di dalam gelas.

Jinri mengangguk, memutuskan untuk tidak bertanya lebih lanjut dan memilih untuk menikmati susu pisangnya saat tiba-tiba terdengar suara gaduh dari luar.

Jinri keluar, melihat segerombol orang yang berada di depan asramanya. Ada apa? Jinri lalu berjalan mendekat dan berusaha menerobos gerombolan orang itu dengan kesulitan –Jinri rasa dia masih perlu mengurangi berat badannya.

Detak jantung Jinri seolah berhenti ketika melihat apa –atau siapa yang menjadi penyebab kegaduhan ini. Dihadapannya ada Soojung, yang sedang terbaring di jalan dengan banyak darah mengalir dari seluruh tubuhnya.

“Jinri ada apa ini. Oh–“

Dari matanya yang terlihat kabur, Jinri bisa lihat Bibi pemilik toko menghampiri tubuh Soojung dan mengecek nadinya.

“Masih hidup! Seseorang telpon ambulan!”

Bibi pemilik toko berteriak pada orang-orang yang menggerubungi mereka, Jinri ingin mengambil telepon genggam dan segera menghubungi rumah sakit, tapi tangan dan kakinya terasa seperti karet, kepalanya berputar dan lidahnya kelu. Jinri jatuh ke jalan.

Sebelum matanya tertutup dan kegelapan menguasainya, Jinri sempat melihat sebuah jendela kamar yang terbuka, jendela kamar kosong di lantai dua.

 

*) hoppang = Roti isi kukus sejenis bakpao yang terbuat dari tepung beras dan diisi dengan pasta kacang merah, keju, atau sayuran.

 

Note : Selamat hari raya idul fitri bagi yang menunaikan! Saya mohon maaf lahir dan batin ya kalo ada kesalahan dalam penulisan cerita ini :)

unimportant Note : Anyway, cerita ini sudah saya tulis sekitar dua minggu lalu. Saya nulis bagian pesawat jatuh pada malam hari, lalu tepat keesokan harinya ada berita jatuhnya pesawat Hercules. Dan kebetulan, teman saya yang jadi inspirasi untuk tokoh Bae sedang berada di luar kota dan berencana mau pulang pada minggu yang sama selama sekian menit saya cuma bisa diam di depan tivi dengan horor dan membayangkan kalau cerita saya jadi nyata. Tapi syukurlah ternyata saya cuma terlalu parno dan teman saya baik-baik saja hehe. 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
seungcheoreo #1
Chapter 6: idk why tapi aku selalu kebayang penggambaran myungsoo itu mingyu trs bukannya L ahahaha. nice fic, ceritanya bagus, bahasanya gampang dicerna. uh love you a lot!<3
hanieychoi #2
Chapter 5: Aku suka dengan jalan ceritanya. Aku tak sangka ceritanya berakhir dengan semuanya mati. Keep writing author. Fic kamu semuanya sangat bagus.
aliceeuu #3
Chapter 6: Yaampun ceritanya ganyangka banget. Ternyata myungsoo emang benar2 suka sama soojung sampai kayak gini. Ganyangka sumpah. Sungyeolnya kasian dia ga salah apa2 tapi dia mati. Ceritanya seru bangeeet!
babbychoi
#4
Chapter 5: I just...ugh! jinri dibunuh myungsoo?
yah bener2 dah
tapi bagus kok. ceritanya tapi tidah untuk myungsoo yang tiba tiba suka soojung dan bunuh jinriku!
hweeee :(
yunita_aulia
#5
Chapter 6: Omg, gue reader baru. Dan cerita ini serius, creepy bgt tapi keren! Hahaha. keren keren! Update terus, thor!
no-w-here
#6
Chapter 6: Akhirnya.... semua mati. OTL. Whyy Myungsoo? Tp aku rasa ceritanya dah di atur takdir (?) Yg nyebabin sumpah mereka itu jd kenyataan.. btw.. ga diceritain gimana akhirnya soojung jatuh? Bunuh diri kah krn depresii?
Btw aku nungguin updatean ff km yg the truth..
meimeipai #7
Chapter 6: ini semacam flashback gitu ya
babbychoi
#8
Chapter 4: Aku ga ngerti? Myungsoo kamu ngapain? Aku...ah entahlah. Jangan bilang myungsoo suka soojung :(
Lalu jinriku gimana? Pasti sungyeol nyelamatin jinri pas nyebrang ya?
Ah tunggu saja update selanjutnya. Cepet ya kak
Aku juga nunggu the truth sama ff myungli yg baru :D
seiranti
#9
Chapter 4: Gw ga nyangka myungsoo but why he hv to kill his friend too sungyeol.. Gw kira yg bakal jd heroicny jinri too bad she hv to die.. Next chap plss
no-w-here
#10
Chapter 4: Ini apaa yg terakhirr? Update sooooon pls.