Seven.
SWEET BLOOD" Wae? Wae?! Kenapa kau suruh dia buat macam tu ?! " Sekuat hati tubuh itu digoncang. Dia masih tidak dapat menerima kenyataan. Yeoja di hadapannya hanya memandangnya lesu.
" Pabo - ya! Tell me! Waeyo?! " pegangan tangannya serta - merta dilepaskan. Dia melutut sambil menangis teresak - esak.
" Bukan urusan kau. Kau fikir aku kesah kalau dia mati? Yang penting aku dapat apa yang aku nak! " jawabnya bersahaja. Tidak terkesan dengan tangisan yeoja itu.
" Takguna!! Kau patut mati!! Bukan dia... Ughh!! Aku benci kau!! " katanya penuh marah. Dia bangun dan memukul - mukul bahu si dia.
" Aku bukan suka sangat kau pun. Kita tak tahu dia yang akan mati atau sebaliknya. Kau lupa siapa dia? "
" Kau tak tahu apa - apa!! Yeoja itu bukan manusia!! Dia lebih berkuasa!! " jeritnya. Matanya membuntang menahan marah.
" Apa maksud kau? " soalnya pelik.
" Dia lebih berkuasa even dibandingkan dengan kau. Di mata dia kau hanya seperti manusia lemah yang lain. "
Pang! Pipinya terasa pijar akibat tamparan itu. Dia menjeling yeoja itu tidak puas hati.
" Kau jaga mulut kau! Kau bernasib baik kita pernah jadi kawan. Kalau tidak, sudah lama aku carit - carit daging kau! " dia merenung tajam yeoja itu sebelum meneruskan kata - katanya.
" Ani. Aku yang paling berkuasa. Aku boleh bunuh dia dalam sekelip mata. Dia tu bagai tikus pada aku. Tiada sesiapa setanding dengan aku, " jawabnya angkuh. Dia meninggalkan tempat itu dengan segera. Tidak dapat menerima kenyataan seseorang lebih berkuasa darinya.
" Kau terlalu ego untuk mengaku kau lemah, Irene. Aku akan balas dendam pada kau sekiranya dia mati. Kau tunggulah, " ujarnya tekad. Sudah tidak menghiraukan sekiranya dirinya yang akan terbunuh. Matanya memandang ke arah kegelapan malam dengan kemarahan yang membuak - buak.
________________________________________________
Comments