END

Cherish Your Heartache

Part 3b(End)

.
.

Jaejoong menggigit bibir bawahnya. Ia merasa begitu canggung dan kikuk karena dua pasang mata yang saat ini tengah menatap intens kearahnya.

"Kami sudah mendengar sedikit tentangmu dari Yunho dan Changmin, Jaejoong-ah.. Kau tidak perlu takut pada kami. Kami tidak akan menyakitimu sungguh.." Shim Hana beranjak mendekati Jaejoong dan tersenyum manis kepada laki-laki cantik yang telah berhasil mencuri hati anak pertamanya itu.

"Namaku Hana, aku ibunya Yunho.. Dan laki-laki di depanmu itu adalah Jung JiHon, dia ayah JungYunho..." Hana memperkenalkan diri mereka dengan tutur kata halus yang penuh kelembutan. Ia tahu badan Jaejoong agak bergetar jadi iatidak ingin membuat Jaejoong lebih takut lagi.

Sepasang mata sipit milik JiHon melihat Jaejoong yang melirik takut-takut ke arahnya. Demi Tuhan, bisa-bisanya Yunho tega menyakiti sosok selugu ini.. Tak heran jika pada akhirnya Yunho sampai rela merengek pada mereka untuk meraih hati Jaejoong kembali. Ia mengerti sekarang, ternyata laki-laki cantik ini begitu natural dan penuh kepolosan.

"Kemarilah Jaejoongie, duduk di sini bersama kami.." ajak JiHon seraya memberi isyarat kepada istrinya agar menuntun Jaejoong untuk duduk bersama mereka.

Kurang lebih sekitar empat puluh lima menityang lalu pasangan suami istri Jung itu mendatangi kantin universitas tempat Jaejoong berkerja sekaligus tempat kedua anaknya kuliah.

Didorong oleh rasa penasaran mengenai seperti apa gambaran sosok laki-laki yang sudah berhasil membelokan kenormalan putra mereka dan membuat putra sulung mereka sampai mengadu serta mengeluh kepada ayah ibunya, Hana berinisiatif untuk mengajak JiHon menemuiJaejoong bersama-sama.

Dan disinilah mereka sekarang. Lee Hyeri pemilik kedai kantin itu menyuruh Jaejoong dan pasangan suami istri Jung tersebut untuk menggunakan ruangan pribadi miliknya dan Taemin yang terletak di samping dapur.

Ruangan itu memang tidak seberapa, hanya terdapat satu meja panjang tempat Hyeri meletakan buku-buku akuntansi catatan untung rugi usaha dagang kantinnya, tiga buah kursi kecil yang terbuat dari plastik yang mengitari meja serta sebuah kasur lipat yang bisa digunakan Taemin, Jaejoong, bahkan Hyeri sendiri jikalau diantara mereka ada yang merasa pusing atau tidak enak badan untuk tiduran sebentar.

.
.
.
.
.

Hana mendudukan Jaejoong pada kursi plastik yang berada di tengah, tepat diantara dirinya danJiHon. Sengaja memang. Ia menggengam tangan Jaejoong yang terasa dingin dan bergetar. Nalurinya menebak kalau Jaejoong masih merasa ketakutan pada ia dan suaminya.

"Tidak apa-apa sayang, sungguh kami tidak bermaksud menakuti atau menyakitimu.. Kami hanya ingin berbicara sebentar denganmu mengenai Yunho.." Mata bulat Jaejoong menatap balik mata Hana.

Ia tidak menemukan maksud jahat dalam sorotan mata wanita cantik itu.. Jujur saja awalnya ia memang merasa gentar dan takut pada dua orang yang tiba-tiba mendatanginya dan mengaku sebagai orangtua Yunho ini.

Ia takut mereka akan memandang dirinya sebelah mata karena kekurangan yang ia miliki. Namun ternyata tebakan Jaejoong salah karena yang ia dapatkan adalah perlakuan halus dan sambutan hangat dari keduanya.

"Apa benar kau dan Yunho pernah terlibat asmara, Jaejoong-ah?" Jaejoong menoleh padaJiHon. Ia terdiam beberapa detik sebelum menganggukan kepalanya.

"Dan kalian sudah berpisah karena Yunho menduakanmu dengan BoA, benar begitu?" Jaejoong mengangguk lagi. Namun kali ini wajahnya berubah sendu membuat JiHon menghela napas berat sementara Hana menatap iba ke arah Jaejoong.

"Jaejoongie, kami tahu Yunho memang sudah keterlaluan menyakiti dan melukaimu dengan perbuatannya. Tapi ia sudah mengaku menyesal pada kami, meminta maaf bahkan ia juga sudah merasa putus asa karena sebenarnya putra kami itu masih mencintaimu dan tidak mau kehilanganmu, sayang.." tutur Hana.

Jaejoong mengerjapakan matanya. Benarkah yang ia dengar barusan? Orangtua Yunho menerima begitu saja mengetahui jika anak mereka berkelainan karena ia telah menyukai sesamalaki-laki. Benarkah ayah dan ibu Yunho datang kesini tidak bermaksud untuk menghakiminya.

"Sebenarnya kami sempat terkejut dan emosi mendengar pengakuan Yunho jika ia mencintai namja dan sudah menjalin hubungan tanpa
sepengetahuan kami.." ucap JiHon.

"Aku juga sempat kecewa dan marah padanya saat Yunho menolak dengan tegas atas rencana kami untuk menikahkan dia dengan BoA. Anak itu mengaku bahwa ia tidak pernah memiliki perasaan terhadap BoA karena di hatinya hanya ada Kim Jaejoong, seseorang yang sangat ia cintai dan lukai disaat bersamaan." Jaejoong tertegun mendengar lanjutan penuturan JiHon.

"Kau tahu Jaejoong-ah? Sebagai seorang ayah aku benar-benar merasa kecewa dengan perbuatan dan perkataan Yunho saat itu. Akan tetapi aku akan merasa sangat kecewa lagi jika Yunho tidak jujur pada kami terlebih pada dirinya sendiri. Bahwa yang ia cintai adalah kau bukan BoA, terlepas dari kenyataan meskipun kau adalah seorang laki-laki."

Mata Jaejoong sudah berair sekarang. Ia menatap lurus JiHon yang tengah melempar senyum kecil padanya.

"Kami sebagai orangtua tidak memungkiri jika kami pasti selalu menginginkan apa yang terbaik untuk kedua putra kami, Yunho dan Changmin.Namun akan sangat egois jika kami sampai harus memaksakan kehendak atau mengatur kehidupan mereka sesuai apa yang kami inginkan. Oleh karena itu, Jaejoong-ah.. Aku sebagai ayah mereka membiarkan kedua putraku untuk menjadi diri mereka sendiri dan memberikan kebebasan untuk anak-anakku agar meraih dan mengejar kebahagiaannya." Hana berdiri dan merengkuh pundak Jaejoong yang sudah terisak dalam duduknya. Ia mengelus punggung Jaejoong dan berbisik pelan tepat di telinga kanan laki-laki manis tersebut.

"Kembali lah pada Yunho, Jaejoongie.. Ia sangat mencintaimu."

.
.
.
.
.

Yunho hendak memarkir mobilnya ketika tiba-tiba saja ponsel di saku celananya bergetar dan berbunyi nyaring. Tanpa membuang waktu, laki-laki bermata sipit duplikat mata JiHon itu segera merogoh dan melihat siapa pengirim pesan barusan.

Yunho tersenyum seperti orang idiot seusai membacanya. Rupanya pesan tersebut berasal dari nomor ponsel ibunya yang mengatakan
bahwa ia dan ayahnya sudah menemui Jaejoong dan menjelaskan semuanya. Dengan agak tidak sabar, Yunho segera memainkan jemarinya untuk mengetik balasan.

To: My Lovely Umma

Apakah umma sudah melamarkan Jaejoongie untukku? *love*

Sending

Tak selang berapa lama ponsel Yunho pun bergetar kembali..

From: My Lovely Umma

Sadar umur Jung Yunho? Yang mau menikahd engan Jaejoong itu kau atau umma? Kenapa juga harus umma yang melamarnya, huh? Itu urusanmu beruang cilik~ *wink*

Yunho mengurucutkan bibirnya. Sedetik kemudian ia terkekeh senang. Kenapa ia tidak sadar jika sekarang dirinya tak ada ubahnya seperti bocah.

"Ah, Jaejoongie~ kau sudah membuatku jungkir balik seperti ini.." gumam Yunho dalam hati.

.
.
.
.
.

"MWO? jadi umma dan appa sudah menuruti kata-kata Yunho hyung untuk meminta Jaejoong hyung kembali padanya dan melamar Jaejoong hyung sekaligus?" lengking Changmin yang duduk di kursi belakang mobil orangtuanya.

Tepat ketika Hana dan JiHon hendak pamit pada Jaejoong dan Hyeri, mata Hana tidak sengaja menangkap sosok putra bungsunya yang sedang duduk sendirian seraya memakan roti dan jus pesanannya dengan rakus.

Hana pun tergerak untuk menyapa anak jangkungnya itu. Dan karena Changmin sudah tidak ada kelas, ia langsung meminta pada JiHon agar ia diperbolehkan ikut menumpang mobil mereka karena Changmin tidak mau menunggu mobil Yunho yang pemiliknya masih memiliki satu jam kuliah ke depan.

"Aish, bukan seperti juga Changmin-ah. Kami hanya menjelaskan bahwa Yunho sangat menyesal dan benar-benar meminta maaf pada Jaejoong." JiHon melirik Changmin melalui kaca spion.

"Yah~ Padahal aku sudah menunggu-nunggu bagaimana serunya adegan Jung Yunho berlutut di depan Jaejoong hyung.."

Hana berdecak pelan, "Kau ini sepertinya senang sekali melihathyungmu menderita eoh?"

"Ia menderita karena kelakuannya sendiri, umma. Biar Yunho hyung tahu rasa!" JiHon dan Hana hanya menggeleng-gelengkan kepala mereka.

.
.
.
.
.

Jaejoong beranjak membuka pintu ketika ia mendengar suara ketukan dari arah luar rumahnya. Ia sedikit terhenyak saat mendapati sosok Yunho yang tengah berdiri dengan tangan kanan menenteng sebuah boneka beruang berwarna cokelat muda yang sangat lucu.

"Annyeong Jaejoongie.. Bolehkah aku masuk? "Tanpa menunggu Jaejoong menganggukan kepalanya Yunho dengan cepat segera beranjak memasuki rumah. Bisa dibilang ia sedikit khawatir kalau sampai Jaejoong menolaknya(lagi).

Jadi sebelum Jaejoong merespon ia memutuskan untuk bertindak terlebih dahulu. Sementara sang tuan rumah itu sendiri masih tetap menumbukan matanya pada sosok tamu yang tiba-tiba muncul dan berlaku seenak pantatnya ini.

Jaejoong tak berniat mengalihkan pandangannya pada apapun. Ia betah menelisik segala hal yang menempel di tubuh Yunho. Padahal laki-laki tampan itu hanya mengenakan kemeja kotak-kotak berwarna hijau yang dipadu dengan jeans hitam yang tentu saja membuat penampilannya terlihat biasa saja tak ada istimewanya.

Hanya yang gajil disini mungkin boneka lucu yang dibawa Yunho itu. Umm.. Yeah... Kenapa beruang membawa beruang? Maksudnya sejak kapan laki-laki bermata sipit itu menjadi penyuka boneka?

.
.
.
.
.

Yunho mendudukan dirinya pada sofa. Ia.tersenyum kecil mengingat berapa lama sejak terakhir kali ia tidur pada sofa yang sudah menjadi tempat tidur kedua setelah ranjang empuk di rumahnya. Ada rasa rindu yang sulit Yunho jabarkan ketika sekilas memori tentang Jaejoong yang selalu terbangun pada dini hari hanya untuk membetulkan letak selimut yang melorot di tubuhnya. Ia masih berharap bisakah moment itu terulang kembali?

Saat-saat dimana Jaejoong memperlakukannya penuh kesabaran dan ketulusan. Ah~ seandainya Jaejoong mau memberinya satu kesempatan lagi, Yunho berjanji pada diri sendiri untuk menjadikan hanya Jaejoong satu-satunya orang yang disanding dan menyading dirinya.

"Jaejoongie~ kemari.." Yunho melambaikan tangan kirinya pada Jaejoong lalu menepuk sofadi sebelahnya, mengisyaratkan agar Jaejoong duduk disana.

Laki-laki cantik itu menyerngit melihat Yunho. Sebenarnya siapa yang tuan rumah dan siapa yang tamu disini? Tetapi tak ayal Jaejoong menurut saja. Ia melangkahkan kaki mendekati Yunho dan duduk tepat di tempat yang Yunho tunjukan barusan.

"Ini untukmu.." Yunho menyodorkan boneka beruang cokelat yang dibawanya pada Jaejoong. Ia tersenyum ketika melihat Jaejoong menatap boneka namun sedetik kemudian menatap mata musangnya dan kembali lagi menatap boneka.

"Kenapa? Kau tidak menyukainya?" Jaejoong menggelengkan kepalanya. Ia mengambil boneka itu dan menaruh diatas pangkuannya.

'Sebenarnya ada tujuan apa kau datang kesini?' Jaejoong bertanya pada Yunho dengan jemarinya.

"Aku merindukanmu Jaejoongie, sangat!" Yunho tulus dalam ucapan.

Ia menatap lekat mata Jaejoong. Berusaha menyalurkan segala kegundahan dan keresahan yang sudah menyiksanya beberapa minggu terakhir ini. Ia sudah bertekad untuk meluluhkan kembali kebekuan hati Jaejoong yang disebabkan oleh dirinya sendiri.

Yunho meraih sebelah tangan Jaejoong danmenggenggam erat jemari yang terasa dingin itu, "Boojae.."

Tak ada respon dari Jaejoong, Yunho tahu mungkin laki-laki ini masih membangun pagar di hatinya.

Tapi Yunho juga sedikit lega karena Jaejoong tidak menolak sentuhannya.

"Aku tahu aku memang lelaki tidak tahu diri yang sudah menyakitimu tapi tidak mau melepaskanmu. Namun kau juga harus tau kalau aku berbuat seperti ini adalah karena aku benar-benar mencintaimu... Kau boleh menyalahkanku, memakiku atas perbuatanku yang telah lalu. Aku mengaku salah dan menyesal.." ungkap Yunho.

Ia memang sudah memutuskan untuk menyelesaikan semuanya malam ini. Apapun keputusan Jaejoong nanti ia akan berusaha dengan lapang dada menerimanya.

Entah itu penolakan atau sebuah kesempatan Yunho tidak tahu. Ia tidak mau menebak karena ia sendiri bingung pada sikap Jaejoong. Kekasih hatinya itu memang bertingkah seolah dirinya sudah tidak peduli lagi pada Yunho. Namun Yunho tahu arti dibalik tatapan Jaejoong jika ia tengah menatapnya. Di mata itu ia masih bisa melihat pacaran cinta yang tertutup oleh luka.

Jaejoong sendiri tidak memberi tanggapan apapun atas perkataan Yunho tadi. Memangnya ia harus bereaksi bagaimana?
Senang karena Yunho masih tetap gigih mengejarnya?
Ya, Jaejoong akui ia memang merasa berbunga melihat ketulusan yang sudah dilakukan Yunho beberapa minggu ini.

Bahkan putra Jung itu sudah berani melibatkan kedua orangtuanya. Apakah itu artinya Yunho benar-benar serius kepadanya sampai-sampai mengadu apa yang terjadi antara Yunho dan dirinya pada bumonim Yunho sendiri.

Tapi ia tidak bisa memungkiri jika Yunho pernah mematahkan hatinya. Dan hati yang sudah pernah terluka pasti tidak akan pernah bisa kembali seperti semula meskipun hati itu sudah sembuh atau diobati sedemikian rupa. Sama halnya seperti Yunho sudah mencoret-coret selembar kertas. Meskipun Yunho berusaha menghapusnya dengan penghapus terbaik sekali pun kertas itu tidak akan pernah kembali seperti tampilan awal. Tetap akan ada bekasnya.

"Jujur aku masih mencintaimu Jaejoongie, dari dulu pun hanya kau yang kucintai. Meski aku menjalin hubungan dengan BoA di depan publik, tapi aku tidak pernah mengunakan hati dan perasaanku ketika aku sedang bersamanya. Aku selalu menyimpan hatiku rapat-rapat karena aku pikir ragaku memang sanggup menduakanmu, tapi tidak untuk hatiku. Hatiku selalu tahu siapa pemiliknya.." Jaejoong tertegun mendengarnya. Ia memberanikan untuk menyelami tatapan lembut
mata Yunho, mencari-cari kesungguhan yang tersirat dan tersurat di dalamnya.

"Kau tahu Boo, aku ingin sekali kembali padamu tak peduli walau aku harus memohon dan mengejarmu, mengaku dan mengeluh pada kedua orangtuaku. Itu kulakukan karena aku benar-benar sudah putus asa karena penolakanmu.. Apakah tidak ada kesempatan untukku sekali saja?"

Yunho meletakan kedua tangannya pada kedua sisi bahu Jaejoong. Ia bermaksud memutur tubuh Jaejoong agar menghadapnya.

"Saranghae Jaejoongie, jeongmal.." direngkuhnya tubuh Jaejoong kedalam pelukan. Tubuh hangat yang sangat ingin Yunho klaim sebagai milik dia seutuhnya.

.
.
.
.
.

*Sebulan kemudian*

Changmin menyomot paha goreng yang baru saja Jaejoong letak kan diatas piring.

"Ah~ betapa beruntungnya hyungku yang pabbo itu. Ia mendapat calon istri yang cantik, baik hati dan sangat pintar memasak.. Aku jadi iri!"

Shim Hana hanya bisa berdecak kesal melihat kebiasaan Changmin yang tidak pernah berubah. Anak bungsunya itu akan selalu merusuh di dapur jika ada orang yang sedang memasak. Changmin berdalih bahwa ia hanya ingin mencicipi makanan untuk mengetes enak atau tidaknya makanan itu.

Hana tahu sebenarnya itu cuma akal-akal Changmin saja. Memangnya makanan seperti apa yang terasa tidak enak di lidah Changmin? Buktinya si bungsu Jung itu akan memakan apapun semua makanan yang ada bahkan yang gosong sekalipun.

"Berhenti mengganggu Jaejoong, Changmin-ah! Kau tidak lihat hyungmu itu sedang memasak eoh?" Changmin mencebilkan bibir mendengar interupsi ibunya.

"Aku tidak menganggu, Umma lihat sendiri kan dari tadi aku hanya duduk di meja makan!" Changmin bermaksud membela diri.

"Pantatmu memang duduk di meja makan, tapi tanganmu tidak membuktikan bahwa kau tidak bertindak jelalatan!"

Jaejoong yang sedang membalik paha goreng di dalam wajan dengan spatula hanya bisa terkikik tanpa suara mendengar pertengkaran kecil yang sudah seperti melodi dalam hidupnya sekarang. Ia sungguh merasa bahagia dengan semua perlakuan keluarga Jung pada dirinya. Ia merasa diinginkan, dihargai dan dicintai oleh mereka.

Sungguh, ia tidak pernah menyesal mengenal dan jatuh cinta pada Yunho jika akhirnya menjadi seperti ini.
Dulu Yunho memang pernah melukainya akan tetapi lihatlah sekarang apa yang ia tuai dari luka dan kesabaran hatinya. Ia mendapatkan kebahagian yang tak ternilai harganya. Jaejoong mendapat cinta dari kedua orangtua Yunho dan adik laki-lakinya.

Jaejoong sudah memberikan kesempatan untuk Yunho ketika laki-laki itu meminta kembali padanya sebulan yang lalu. Ia tidak bisa menyangkal jika ia juga masih mencintai Yunho sama besar seperti Yunho menginginkannya. Dan ia jadi semakin yakin manakala Yunho melamar dirinya dua minggu yang lalu.

Kini semenjak ia resmi menyandang sebagai calon menantu keluarga Jung, Yunho akan rutin mengajak dirinya setiap akhir pekan untuk makan malam bersama-sama keluarganya. Ia masih ingat ketika Yunho pertama kali mengajak ia kesini. Shim Hana memekik gembira ketika melihat Jaejoong begitu terampil membantu dirinya memasak di dapur. Bahkan JiHon mengatakan kalau kuah buatan Jaejoong terasa lebih enak daripada buatan istrinya sendiri.

Ah~
Terima kasih Tuhan..
Jaejoong tak henti-hentinya bersyukur atas anugrah yang telah diberikan kepadanya.

"Apakah memasaknya belum kelar Boo? Perutku sudah lapar karena mencium aroma lezat masakanmu.." Jaejoong hampir menjatuhkan spatula yang tengah dipegangnya ketika sepasang lengan tiba-tiba mendekap pinggang ramping miliknya dari arah belakang.

"Aigo Jung Yunho! Berhenti bertingkah seolah dunia hanya milik kalian berdua.. Kau tidak lihat ada kami disini huh?" Hana kalang kabut melihat sikap agresif Yunho pada calon istrinya itu.

"Kalian belum menikah Jaejoong hyung. Jangan sampai kau mau diperdaya oleh orang mesum itu!" Changmin memutar bola matanya jengah. Ia bermaksud menasehati Jaejoong dari kelakuan kakaknya.

"Sepertinya kita memang harus segera menikahkan mereka. Aku tidak bisa menjamin Yunho akan berbuat yang tidak-tidak pada Jaejoong nanti.." JiHon melangkah memasuki dapur. Ia menarik kursi di sebelah kanan Changmin lantas mendudukan dirinya disana.

Sebenarnya ia tadi tengah melihat berita sore pada televisi yang berada di ruang keluarga yang tertutup sekat di samping dapur, tetapi ia tergugah untuk beranjak dari sana ketika mendengar pekikan istrinya atas ulah Yunho pada Jaejoong.

"Aku malah akan sangat merasa senang sekali jika kalian menyuruh kami untuk cepat-cepat menikah.." Yunho melepaskan pelukannya pada pinggang Jaejoong. Ia berjalan ke arah meja makan dan duduk tepat di sebelah ayahnya.

"Kau terlihat seperti orang yang kebelet nikah hyung. Konyol!" sinis Changmin sengaja meledek kakaknya.

"Anak kecil tahu apa? Sebaiknya kau diam saja, bocah!" Yunho melirik tajam Changmin melalui sudut matanya. Ia meraih sepotong paha ayam goreng bertepung yang berada di atas meja lalu mengigitnya dengan lahap.

JiHon sendiri hanya bisa mengeleng-gelengkan kepalanya. Ia seolah melihat dua anak sekolah dasar yang tak pernah bisa berhenti saling membully. Ia mengulurkan tangannya pada piring besar di atas meja yang masih tersisa sepotong paha ayam yang sudah digoreng gurih oleh calon menantunya.

"YAH! YAH! Kenapa kalian bertiga malah menghabiskannya? Yah Jung JiHon! Jung Yunho! Kenapa kalian malah ikut-ikutan seperti Changmin?" Jaejoong membalikan badan. Ia melirik pada nyonya besar Jung yang tengah berkacak pinggang pada ketiga Jung miliknya. Mata Jaejoong berkabut meski senyum menghiasi bibirnya.

'Tuhan, terima kasih.. Aku memang pernah menyalahkanMU atas kekurangan dalam hidupku.. Tetapi aku tahu jika sebenarnya KAU sangat mencintaiku. KAU menciptakanku seperti ini adalah agar aku mendapatkan orang-orang berhati mulia yang sudah KAU pilihkan untuk mendampingi hidupku dalam menjalani dan mewarnai dunia.'

.
.
.
.
.

E. N. D

Thank u~ ^^

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Sam-facades #1
some one translate please I translated the forward but can't no more have merci on me
Sam-facades #2
some one translate please I translated the forward but can't no more have merci on me
cheonsachoi #3
Chapter 4: Yeayy~ finally happy ending ヽ(^。^)ノ Jae eomma cuman milik Yun appa selamanyaaa deh hohoho
cheonsachoi #4
Chapter 1: Hukkss~ poor Jaejoong-ie,kisah cintanya harus berjalan menyedihkan hnya krb keegoisan Yunho..jadi rada sebel sma appa Yunho,knapa sih gag bsa peka sma prsaan Jae eomma,huh!!
nanajunsu
#5
Chapter 4: How sweet
Suka bgt sama cerita.y

Epilogue please :)
nanajunsu
#6
Chapter 3: Yun jd hopeless gtu ye ampe minta bantuan ortu bwt ngebujuk jj nerima cnt dia lg XD
nanajunsu
#7
Chapter 2: Kaaan jj jd rendah diri trus mo ngelepas yun bwt tu ce ular
Poor jj (T.T)
nanajunsu
#8
Chapter 1: How selfish yunho is
G mikirin gmn perasaan jj
Klo yun bnrn cnt g mgkn dia ngeduain jj
SoLiveMe #9
Chapter 4: Yay! Syukurlah akhirnya jaejoong mendapatkan keluarga yg bisa menerima apa adanya. Keluarga Jung jg beruntung bgt mendapatkan calon menantu seperti jaejoongie. Udah cakep + cantik (?), baik hati, ramah, pintar masak, pkoke perfect lah. Awas loh menyakiti jaejoong lagi, yunho. Siap2 menghadapi changmin, mr.jung dan mrs.jung. Mrk makin serem krn udah kenal n sayang jaejoongie. XD
SoLiveMe #10
Hmm..liat dari prolong sih bakalan angsty. Liat tags nya pasti ad org ketiga. Tapi ga tau nih happy ending ato ga. Semoga yunjae berakhir bersama.