Chapter 2

Cherish Your Heartache

- Jaejoong pov -

Untuk kesekian kalinya luka itu merambati hati. Entah sudah bagaimana bentuknya hatiku sekarang, Yunho-ah..
Teriris, tercabik, remuk menjadi serpihan. Aku melihatnya lagi. Melihat tangan yang biasa kau gunakan untuk membelai rambutku kini tangan itu kau gunakan untuk mengelus orang lain.

Aku iri Yunho-ah, aku cemburu.
Sangat cemburu padanya.. Pada dia! seseorang yang bisa kau sentuh dan kau genggam dengan bebas tanpa malu.
Lalu jika begini apa bedanya aku dengan orang lain, Yun?

Kadang jika keputus asaan sudah mencapai pucaknya, aku ingin sekali mengakhiri ikatan kita.. Jujur aku tidak sanggup jika harus menanggung luka hati dalam waktu berkepanjangan. Karena tanpa kau torehkan pun hidupku ini sudah banyak luka disana-sini.

"Jaejoong hyung!" aku mendengar suara Changmin memanggilku. Buru-buru aku memutuskan padangan mataku pada potret Yunho dan BoA yang sedang berjalan beriringan melintasi halaman kantin. Kekasihku tengah bersanding dengan kekasihnya. Tak ada yang bisa aku lakukan selain membiarkan Yunho yang selalu mengalihan arah pandangnya jika secara tidak langsung mataku dan matanya bersirobok.

Aku menghela nafas panjang, bergegas menolehkan kepalaku menatap Changmin yang sudah sejak tadi mencolek-colek bahuku. Seolah-olah mata ini mampu bekata mewakili mulutku, aku balas menatap Changmin dengan menyunggingkan senyum kecil.

"Hyung, Aku pesan dua gelas jus melon ne?! Dua gelas jumbo, cepat, dan tidak boleh pakai lama- lama.."

Aku menganggukan kepalaku.. kutulis pesanan Changmin pada note kecil yang selalu setia berada di dalam kantong seragamku. Setelah Changmin mengakhiri pesannya aku lantas beranjak ke dalam untuk menyerahkan sobekan note ini pada Taemin yang berada di balik dapur sana.

"YO! Little Jung! Sendirian eoh?" tiba-tiba telingaku mendengar suara Choi Seunghyun yang baru saja datang dan sekarang tengah mendudukkan dirinya di kursi sebelah kanan tempat duduk Changmin.

Aku berniat mengabaikan mereka dan hendak menuju meja yang terletak di sudut kantin untuk mengambil piring kotor yang telah ditinggalkan oleh pembeli tadi jika saja kalimat Seunghyun tidak menampar telak jiwaku.

"Jadi kapan hyungmu dan BoA akan bertunangan, little Jung? Aku dengar dari Aboji kemarin keluarga Kwon dan keluargamu sudah membicarakan tanggal pernikahaan.."

"Aku tidak tahu dan tidak mau tahu soal itu, Choi!"

"Hey! Beginikah reaksimu pada hyung dan calon kakak iparmu? Kau harusnya bangga punya Nuna yang cantik dan cerdas seperti BoA.."

"Aku lebih rela hyungku menikah dengan Kang Hodong daripada harus menikah dengan yeoja itu.."

"Calm down boy... Kenapa kau sinis sekali padanya heum?"

"Ayolah Choi! Buka matamu lebar-lebar! Nona Kwon itu terlalu angkuh dan sombong pada orang lain.. Aku tidak mau punya kakak ipar berhati kaku dan alot seperti dia.."

"Hahahaha.."

Aku tidak sanggup mendengar obrolan mereka lebih banyak lagi.. Dengan langkah panjang aku segera memasuki dapur dengan airmata yang sudah menggenang dipelupuknya.
Ya Tuhan, tolong kuatkan hatiku..

- End Jaejoong pov -

.
.
.

~~~~~ReDeviL9095~~~~~
.
.
.

Yunho menundukan kepalanya. Ia tidak berani memandang sosok tegas sang ayah yang sekarang sedang berdiri dengan tatapan tajam yang ditujukan kepadanya.

"Berikan alasan yang tepat dan masuk akal kenapa kau menolak perjodohan ini, Jung Yunho!"

Yunho mengigit bibir bawahnya, "Aku tidak bisa, Appa. Karena aku tidak mencintai BoA.."

Jung JiHon berang ketika anak sulungnya itu tiba-tiba membuat pengakuan yang memancing amarah keluarga Kwon. Bagaimana tidak, ditengah-tengah obrolan tentang rencana pertunangan Yunho dan BoA, anaknya itu malah berkata bahwa ia ingin mengakhiri hubungan asmaranya dengan putri tunggal Kwon JiYong tersebut. Akibatnya kini BoA dan kedua orangtuanya pamit pulang dengan berbekal emosi yang sengaja Yunho suguhkan.

"Kau jangan membuat lelucon murahan, Jung Yunho. Apa maksudnya kau tidak mencintai BoA? Lalu hubungan kalian selama ini apa namanya huh? Kau berpacaran tanpa cinta begitu?" tak ada bentakkan, tak ada teriakan dalam nada kalimat ayahnya. Namun Yunho bisa merasakan makna tuduhan, tekanan dan tudingan bak terdakwa di
meja persidangan.

Yunho mengenal siapa ayahnya. Jung JiHon memang selalu bisa menyelesaikan masalah dengan kepala dingin, namun justru dari sikap tenang itulah Yunho merasa sangat kerdil dan terintimidasi.

"Ya, bisa dibilang seperti itu..Appa.." lirih Yunho menjawabnya.

"Oke, lalu dimana penjelasanmu?"

"A-Aku.. Aku tidak benar-benar mencintai BoA karena aku sudah mencintai orang lain, Appa.."

"APA? jadi maksudmu selama ini kau menjalin hubungan dengan dua orang?" suara JiHon kini naik satu oktaf.

"Ne.."

"Dimana otakmu Jung Yunho? Kau letakkan dimana akal warasmu hah? Kau menduakan perasaan seseorang dan kau menikmatinya?"

"Tidak seperti itu, Appa. Aku mohon dengarkan dulu penjelasanku.." Yunho mendongakan wajahnya.

Dua pasang mata sipit itu saling memandang dengan tatapan yang kontras.. Sang ayah dengan pacaran kemarahan yang terbendung, dan sang anak dengan sorot memelas penuh penyesalan.

"Apa lagi yang akan kau jelaskan padaku Jung Yunho? Demi Tuhan aku tidak pernah mengajarkanmu untuk menjadi pecundang seperti
ini.."

"Aku tahu aku salah Appa, oleh karena itu aku benar-benar minta maaf.."

JiHon melihat Yunho membungkukan badan ke arahnya. Ia mengerti anaknya ini mengaku salah, dan Yunho sudah berani jujur kepadanya sebelum semua terlambat itu juga sudah merupakan tidakan yang tepat. Tapi tetap saja kesalahan tetap Yunho biang keladinya.

"Segala sesuatu tidak akan cukup hanya dengan minta maaf Jung Yunho. Kau pikir mulutmu itu apa? Aku tidak mau tahu dan tidak akan ikut campur, silahkan selesaikan sendiri masalahmu dan tentunya kau harus siap menanggung resiko dan konsekuensi atas perbuatanmu!"

"Aku mengerti Appa, aku janji aku akan meminta maaf pada keluarga BoA dan mengaku salah kepada mereka.. Tapi sebelumnya, tolong maafkan aku, Appa.. Aku telah mengecewakanmu.." ucap Yunho masih dalam posisi membungkuk sembilan puluh derajat.

"Kemarilah, dan angkat kepalamu!" Yunho menegakan badannya. Ia melihat kalau tatapan sang ayah padanya sekarang sudah melunak tidak setajam beberapa saat lalu. Sekarang Yunho hanya berjarak tiga langkah dari posisi sang ayah yang berdiri di hadapannya. Dengan kontak mata yang saling terpaut, JiHon berinisiatif mendekati Yunho dan memeluk erat anaknya terlebih dulu.

"Aku memaafkanmu, Yunho-ah. Kau dan Changmin adalah harta yang paling berharga dalam kehidupan keluarga Jung. Aku bangga karena kau sudah mau jujur pada ayahmu dan terlebih kau sudah jujur pada dirimu sendiri. Tidak ada yang sempurna di dunia ini, anakku.. Setiap orang pasti akan berbuat kesalahan.. Begitupun kau."

Yunho terisak keras di bahu ayahnya. Adalah anugerah karena ia terlahir sebagai seorang putra Jung. Yunho sangat mencintai dan mengagumi sosok kepala keluarga Jung itu. Tak peduli nanti atau ke depan, di hadapan JiHon Yunho tetap bayi kecilnya. Bayi kecil rapuh yang akan selalu membutuhan pelukan sang ayah sebagai penenang jiwa selain penyejuk hati yang berasal dari pelukan Ibu.. Bayi kecil yang akan selalu mengadu dan membutuhkan arahan jika ia sedang dalam persimpangan di jalan hidupnya..

"Mianhae.. Appa.. Mian..."


.
.
.

~~~~~ReDeviL9095~~~~~
.
.
.

Jaejoong sedang melamun disamping jendela rumah sewa sepetaknya..
Malam ini mendung.. Tak ada bintang tak ada bulan yang bertebaran di atas langit Seoul sana.. Ia melirik pada jam dinding berbentuk persegi yang tergantung di atas tembok kamar tidur kecil miliknya. Pukul sembilan malam dan Yunho belum juga menampakan batang hidungnya. Segala pikiran buruk berseliweran dalam kepala Jaejoong.Apakah malam ini Yunho tidak datang mengunjunginya? Apakah Yunho sudah benar-benar jatuh cinta pada BoA? Ia terlupakan karena seperti yang Seunghyun bilang jika Yunho dan BoA akan bertunangan dan segera menikah.

TOK TOK TOK

Jaejoong tersenak. Dengan sedikit berlari ia bergegas membuka pintu dan mendapati wajah tampan Yunho yang tersenyum lembut kepadanya.

GREB

Mata sipit Yunho membulat ketika tiba-tiba saja Jaejoong memeluknya begitu erat dan posesif. Dan sedetik kemudian, Yunho tersenyum lebar.

"Waeyo hmm? Kau merindukanku, Boo?" Jaejoong mengeratkan pelukan dan menyusupkan kepalanya di ceruk leher Yunho. Laki-laki cantik itu sangat mencintai Yunho. Sangat!

Bisakah kalian bayangkan perasaan Jaejoong? Kau terlahir tidak sempurna, namun suatu hari datang seseorang yang menawarkan cintanya kepadamu. Apa yang kau rasakan? Bahagia bukan?

Begitupun dengan apa yang dialami Jaejoong, ia sama seperti manusia normal pada umumnya yang berharap bisa dicintai dan mencintai dengan seseorang dalam hidupnya. Walaupun sejak awal Jaejoong selalu tidak yakin akan cinta itu.. Ia tidak mau berharap terlalu banyak jika ujungnya ia malah akan terluka terlalu dalam.

Namun Yunho selalu membuktikan bahwa ia tulus dan mencintai Jaejoong begitu adanya. Sampai-sampai akhirnya Jaejoong luluh dan menerima Yunho menjadi kekasihnya dengan semua kesungguhan dan perbuatan yang sudah Yunho lakukan untuk mencuri hati lelaki cantik tersebut.

Tapi ternyata kebahagian itu tidak berjangka panjang.. Bukti cinta Yunho masih terlalu dangkal karena hanya gara-gara sindiran dari teman-temannya Yunho sudah berani menyakiti Jaejoong sedemikian rupa. Dan sekarang Jaejoong seperti tersadarkan kembali siapa dirinya.. Ia sudah memutuskan untuk melepas Yunho bersama BoA.

.
.
.
.
.

"Ada apa sayang?" Yunho mengenggam jemari lentik Jaejoong yang barusan mengelus lengannya dengan lembut. Yunho sudah hafal, jika Jaejoong mengelus lengannya itu adalah pertanda jika kekasihnya ingin mengatakan sesuatu kepadanya.

'Kau mencintaku?' jari-jari Jaejoong bergerak luwes mengakatan kalimatnya pada Yunho.

Yunho tersenyum, mereka sudah sembilan bulan menjalin asmara dan Yunho sudah lancar membaca gerak isyarat Jaejoong melalui tangannya.

"Kenapa kau bertanya seperti itu, eum? Tentu saja aku mencintaimu Jaejoongie~ sangat mencintaimu.." dituntunnya Jaejoong menuju sofa panjang yang berada di ruang tamu sempit rumah kecil Jaejoong. Sofa itu adalah pemberian Yunho karena Jaejoong tentu saja tidak mampu membeli sofa mewah yang akan sangat nyaman jika diduduki tersebut. Sofa panjang itu juga lah yang menjadi ranjang Yunho jika ia sedang menginap di tempat Jaejoong ini.

Jaejoong memang miskin harta dan tidak sempurna, tapi ia masih memiliki harga diri dan hak untuk menolak seseorang yang belum terikat untuk tidur seranjang dengan dirinya. Yunho mendudukan Jaejoong di atas sofa tetapi ia malah berselonjor di atas karpet dan menidurkan kepalanya di pangkuan Jaejoong. Si sulung Jung itu sangat menyukai posisi seperti ini. Ia jadi bisa bermanja-manja sesuka hatinya.

"Kenapa kau tiba-tiba bertanya seperti itu Boo?" Yunho mendongak melihat wajah Jaejoong yang kentara sekali begitu sendu.

'Kalau kau mencintaiku, bisakah kau melepau Yunho-ah?'

"Boo!" Yunho menatap tidak suka pada Jaejoong karena bahasa jemarinya tadi.

'Aku mohon, aku hanya ingin kita bahagia. Jadi mari kita akhiri saja hubungan ini!'

"Apa maksudnya sayang? Bagaimana aku bisa bahagia jika aku harus kehilanganmu? Aku tidak mau Boo. Aku mencintaimu dan tidak akan pernah melepaskanmu."

'Kau akan bahagia dengan BoA..'

"BoA? Jadi karena dia kau mau meninggalkanku? Tidak Jaejoongie, aku tidak akan bahagia dengan BoA. Aku hanya akan bahagia dengan kau, dengan Kim Jaejoong!"

'Tapi aku tidak bahagia Yunho-ah, hatiku sakit sekali.. Aku tidak mau tersiksa terlalu lama. Jadi ayo kita berpisah saja!'

Yunho tertohok, ia memang sudah gelap mata karena tidak pernah memikirkan bagaimana jika seandainya ia lah yang berada di posisi Jaejoong.

"Boo, mian.. Mianhae sayang, aku tahu aku selalu menyakitimu.. Tapi tolong jangan tinggalkan aku.. Aku tidak mau!" Yunho merengek dan memelas pada Jaejoong. Ia sudah tidak peduli lagi jika Jaejoong akan menatap iba dan kasihan kepadanya.

'Kau jangan egois Yunho-ah, kalau kau memang ingin aku bahagia tolong lepaskan aku. Kau akan lebih bebas dan leluasa berhubungan dengan BoA tanpa rasa malu bahkan kau juga tidak usah merasa bersalah lagi padaku..'

"NO! Ani Boo! Aniyo... Justru hari ini aku ingin mengakhiri semua kepura-puraan yang terjadi selama ini dan mengatakan pada semua orang jika hanya kau yang aku cintai.."

'Mianhae Yunho-ah, aku tidak biasa.'

Yunho terisak frustasi dipangkuan Jaejoong, ia melingkarkan kedua tangannya pada pinggang ramping Jaejoong dan menangis keras seraya membenamkan wajahnya pada perut sang kekasih.

Jaejoong pun sekuat hati menahan air mata yang hampir tumpah di kedua mata bulatnya. Ia mengelus punggung Yunho yang bergetar dalam rengkuhannya.

'Mianhae Bear..'

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Sam-facades #1
some one translate please I translated the forward but can't no more have merci on me
Sam-facades #2
some one translate please I translated the forward but can't no more have merci on me
cheonsachoi #3
Chapter 4: Yeayy~ finally happy ending ヽ(^。^)ノ Jae eomma cuman milik Yun appa selamanyaaa deh hohoho
cheonsachoi #4
Chapter 1: Hukkss~ poor Jaejoong-ie,kisah cintanya harus berjalan menyedihkan hnya krb keegoisan Yunho..jadi rada sebel sma appa Yunho,knapa sih gag bsa peka sma prsaan Jae eomma,huh!!
nanajunsu
#5
Chapter 4: How sweet
Suka bgt sama cerita.y

Epilogue please :)
nanajunsu
#6
Chapter 3: Yun jd hopeless gtu ye ampe minta bantuan ortu bwt ngebujuk jj nerima cnt dia lg XD
nanajunsu
#7
Chapter 2: Kaaan jj jd rendah diri trus mo ngelepas yun bwt tu ce ular
Poor jj (T.T)
nanajunsu
#8
Chapter 1: How selfish yunho is
G mikirin gmn perasaan jj
Klo yun bnrn cnt g mgkn dia ngeduain jj
SoLiveMe #9
Chapter 4: Yay! Syukurlah akhirnya jaejoong mendapatkan keluarga yg bisa menerima apa adanya. Keluarga Jung jg beruntung bgt mendapatkan calon menantu seperti jaejoongie. Udah cakep + cantik (?), baik hati, ramah, pintar masak, pkoke perfect lah. Awas loh menyakiti jaejoong lagi, yunho. Siap2 menghadapi changmin, mr.jung dan mrs.jung. Mrk makin serem krn udah kenal n sayang jaejoongie. XD
SoLiveMe #10
Hmm..liat dari prolong sih bakalan angsty. Liat tags nya pasti ad org ketiga. Tapi ga tau nih happy ending ato ga. Semoga yunjae berakhir bersama.