tanggal

Wedding?
Please Subscribe to read the full chapter

Ini murni fiksi, guys! Aku bukan peramal yang bisa tau 10 taun lagi ekso kaya apa, jadi ini cuma isi otak aku yang sepertinya volumenya makin menyusut akhir2 ini. Jangan meyakini apapun disini kecuali yakin kalo fanxing real itu mah wajib #eaaakkk

Warning : 7k+ words! ckck -_-" awas error yg dari hape..

 

So, happy reading~

 

 

Ting Tong

  Bel apartement-nya berbunyi ketika Yixing baru saja menyelesaikan acara mandi paginya. Rambutnya yang basah dikeringkan dengan handuk, penampilannya yang sekarang hanya menggunakan kaos putih kebesaran dan celana pendek hitam selutut membuatnya tampak sangat sederhana untuk ukuran seorang idol besar. Siapa juga yang akan mempedulikan style seorang idol saat dirumahnya sendiri?

Ting tong

  Bunyi kedua mulai membuat Yixing menggerutu, ia segera menyampirkan handuk pada tempatnya dan mulai melangkah menuju pintu utama. Ck ia mulai berpikir untuk memberikan password apartement-nya pada Luhan, jika sahabatnya itu selalu tidak sabaran memencet bel saat berkunjung.

Pip

  Bukan. Bukan tubuh mungil Luhan dan wajah kecilnya yang ada didepan pintu sekarang. Tapi pria tinggi-sangat tinggi-berambut coklat, yang sedang tersenyum manis setengah mesum pada Yixing. Cengiran khas yang sudah sangat Yixing hapal siapa pemiliknya. His lovely stupido boyfriend. Or now, his lovely prospective husband.

"Selamat pagi, sayaaannngg"

  Dan sebuah pelukan mendarat sempurna ditubuh ramping Yixing. Si raksasanya ini entah kenapa bisa punya tangan-tangan besar yang selalu hangat ketika memberi pelukan. Untuk sesaat Yixing balas melingkarkan tangannya, ya untuk sesaat sebelum ia merasakan gigitan dan hisapan kecil di leher jenjangnya. A kissmark, damn!

  Dengan kekuatan penuh ia mendorong tubuh tinggi yang mendekapnya, dan cengiran khas itu lagi. Salah Yixing sih yang kurang waspada untuk mengartikan senyum mesum pacarnya selama tujuh belas tahun? Oh, Yixing selalu merinding ketika menghitung seberapa lama mereka bersama.

"Pagi-pagi udah mesum! Ini bahkan masih didepan pintu, Kris!"

  Bibirnya yang dikerucutkan masih terlihat imut dan menggemaskan dimata Kris, padahal umur pacarnya ini sudah memasuki kepala tiga. Heran. Bukan Kris namanya jika tidak mengambil kecupan disetiap bibir tebal Yixing mengerucut begitu.

"Astaga! Pake cium segala lagi!"

  Yixing panik sendiri, mengingat ini masih diluar ruangan dan siapapun bisa melihat adegan mesumnya dengan Kris. Meski pada kenyataannya apartemen mewah begini rata-rata penghuninya tidak saling peduli satu sama lain. Semantara pria yang menjadi objek gerutuan Yixing pagi ini, terkikik sendiri. Setelah itu mulai bergerak mendorong bahu Yixing agar mereka masuk sempurna kedalam apartemen.

"Ayo masuk masuk"

"Kamu kenapa ga langsung masuk saja sih? Biasanya juga tau-tau udah rebahan disofa."

  Tangan besar Kris masih setia merangkul bahu kecil Yixing yang sekarang terasa lebih lebar. Pacarnya itu memang sedang rajin-rajinnya fitnes makanya bentuk badannya yang dulu ramping kini sedikit berisi otot, hanya sedikit, karena biar bagaimanapun Kris melarang sang pacar terlihat manly. Ck egois.

"Kan mau disambut calon istriku didepan pintu."

  Mendengar itu rangkulan Kris terlepas, Yixing menyentak bahunya kasar dan kini mulai menatap tajam si pria tinggi.

"Sekali lagi ngomong istri, kita putus. Kalau kamu mau istri kenapa ga perempuan saja yang dilamar?!"

  Kris tertegun, sementara Yixing sudah jalan dengan menghentak-hentak kearah dapur tanda bahwa ia sedang sangat kesal. Mood-nya pagi ini turun drastis. Oh terimakasih pada calon suaminya.

"Eh bercanda, sayang. Kok marah sih?"

  Ini gawat, Yixing yang mengancam kelangsungan hubungan mereka saat marah. Tinggal mendapatkannya sedikit lagi, masa Kris malah harus melepas semuanya. Dengan kaki panjangnya membuat Kris menyusul Yixing hanya dengan empat langkah menuju dapur.

"Ya karena bercandamu itu tidak lucu!"

  Dipintu dapur, Yixing membalikkan badannya dan sedikit terhuyung kebelakang saat menemukan Kris yang berada tepat didepan bahkan dahinya sudah menyentuh dada bidang Kris. Hening beberapa saat. Yixing tidak mengubah posisinya yang berhadapan dengan dada Kris, malah ia mulai tanpa sadar menyandarkan kepalanya disana. Seluruh tubuhnya terasa nyaman dengan rasa hangat yang menjalar, sumbernya? Detakan jantung Kris yang bisa ia rasakan dengan jelas diposisi begini.

"Mendengarnya?"

  Suara rendah itu tetaplah sama untuk setiap detik yang mereka lalui selama tujuh belas tahun ini. Kan Yixing jadi lupa jika ia sedang ngambek kalau seperti ini caranya.

"Apa?"

"Jantungku. Ia sedang berterimakasih pada orang yang menjadi alasan utamanya tetap berdetak hingga detik ini."

  Rasa marahnya menguap menjadi udara hampa dan hilang. Yixing sudah pernah bilangkan, pacarnya yang dalam mode romantis itu sangat sangat sangat berbahaya. Efeknya adalah menangis terharu dan yang paling parah membuat rasa cintanya semakin tak terbendung. Seperti ingin meledak karena rasa senang yang berlebih.

  Yixing melingkarkan tangannya disekitaran pinggang sang calon suami, berniat merasakan lebih jauh setiap detakan yang bisa ia dengar. Dan segera mendapatkan dekap hangat darinya.

"My heart is only yours. Aku hanya mau kamu, bukan perempuan, bukan laki-laki. Yang Wu Yifan inginkan hanya Zhang Yixing seorang. Aku bersumpah, dan jangan pernah meragukan itu."

"Such a romantic man."

"Yes, I'am."

  Dipikiran Yixing, kini penuh dengan perkiraan-perkiraan bagaimana hidupnya jika tidak pernah bertemu Wu Yifan di tangga gedung SM waktu itu. Semua perkiraannya terlihat mengerikan.

Ting Tong

  Kali ini giliran Kris yang menggerutu mengenai bunyi bel yang dirasa sudah merusak suasana romantis mereka, padahal dengan rayuan sedikit lagi mungkin ia bisa mendapatkan morning -nya hari ini. Benar saja, Yixing segera melepaskan lingkaran tangannya pada pinggang Kris tapi si tinggi itu masih mencoba menahan Yixing untuk tetap berada di dekapannya.

"Biarkan saja." Yixing sedikit mengangkat kepalanya, menemukan Kris dan tatapan intensnya.

  Kris mengira pacarnya ini akan menurut jika ditatap dalam dengan matanya yang tajam, tapi sepertinya untuk kali ini tidak mempan mengingat orang yang memencet bel itu pastilah soulmate Zhang Yixing.

"Itu Luhan, Kris."

  Yeah, Luhan yang datang berkunjung ke apartment mereka tak pernah jadi pertanda baik buat Kris. Dua orang uke itu jika sudah mengobrol tak akan mempedulikan apapun, bahkan Kris yang wujud nyatanya ada disitu. Maka ide Yixing untuk hang out bertiga dengan Luhan selalu jadi pilihan buruk.

  Saat sadar dari lamunannya, Kris sudah tidak menemukan Yixing didepannya. Entah bagaimana laki-laki itu sudah sampai didepan pintu utama dan menyempatkan untuk melihat sang tamu lewat intercome.

"Lulu!"

"Cepat buka, Xingieee."

  Kris sweetdrop. Tingkah dua orang itu tak pernah berubah sejak dulu. Selalu merasa umurnya masih dua puluh tahunan. Bahkan Sehun, sang maknae saja sekarang terlihat jauh lebih dewasa dibanding pasangan Lulu dan Xingie. Ck. Kris jadi berpikir bagaimana jika semua member EXO tau ia akan menikahi sang lead dancer ini? Pekikan heboh pasti menggema dimana-mana. Untunglah, meski kontrak mereka dan SM sudah selesai hubungan para member tetaplah sangat baik malah bisa dikatakan semakin erat termasuk dengan Kris dan Luhan yang memang sudah lebih dulu memilih pergi. Fakta tersebut sungguh hal yang paling membahagiakan dihidupnya.

"Loh ada stupido-mu juga, Xing?!"

  Luhan dan mulut tak sopannya yang pertama kali muncul dengan sekantung plastik ukuran sedang ditangan, jika dilihat dari logo plastiknya itu pasti cake dengan rasa manis yang kelewatan. Kris bergidik membayangkan memakannya nanti.

"Iya, tau tuh pagi-pagi dateng kaya orang ga punya kerjaan."

  Tuh kan, jika bertemu sang partner in crime Yixing akan selalu bersikap menyebalkan pada Kris. Tunggu saja sampai Luhan pulang, ia akan buat unicorn satu itu tak bisa berjalan dengan baik!

"Lah Luhan juga lebih sibuk, Xing. Syuting drama itu kan setiap hari. Kenapa malah kesini sih?!"

  Luhan melototkan matanya yang kecil, kalimat Kris memberi kesan jika kehadirannya disini amat mengganggu. Yah, walau memang sebenarnya begitu.

"Memang kenapa? Lagipula aku kesini untuk mendapat konfirmasi dari kalian, tega sekali membiarkanku tahu berita pernikahan kalian dari media."

  Tak jauh beda dengan Yixing yang sedang ngambek, Luhan yang ngambek juga akan menghentak-hentakan kakinya saat berjalan menuju sofa diruang tengah. Sementara Yixing lebih memilih kedapur untuk membuat minum dan menyiapkan cake yang tadi dibawa Luhan. Kris yang masih berdiri didekat pintu dapur terlihat bengong memikirkan kalimat Luhan tadi. Buru-buru ia menghampiri Luhan yang tengah duduk disofa dengan tangan yang terlipat didada. Masih ngambek.

"Apa katamu? Pers sudah tau?"

  Yaampun seberapa cepat sebenarnya cara kerja media massa saat ini? Padahal Kris baru resmi melamar Yixing pada keluarganya di Changsa dua hari yang lalu. Dan hari ini seluruh Korea-atau sudah sampai China malah-mengetahuinya.

"Menurutmu? Aku tau dari mana lagi kalau bukan mereka? Yang bersangkutan sepertinya tak ada niatan untuk bercerita padaku. Menyebalkan sekali sih, kalian!"

  Luhan mulai memekik, melempar bantal sofa kearah pria yang duduk disebelahnya. Kris yang mulai kewalahan dengan kekesalan sahabatnya, mengucap syukur ketika pacarnya muncul dari dapur dengan nampan berisi minuman dan sepiring cake. Dengan sigap ia bangkit dan memilih membantu Yixing membawa nampan itu daripada menghadapi rusa yang sedang mengamuk.

"Lu, kita beneran gaada maksud buat nyembunyiin ini darimu. Kris baru memintaku pada keluargaku dua hari yang lalu. Jadi kupikir masih terlalu cepat untuk memberitahu orang lain."

"Jadi sampai sekarang kamu masih menganggapku orang lain, Xing?"

  Ingin rasanya Kris menyiramkan jus jeruk dinampan kewajah memelas Luhan saat ini. Bukan karena profesinya aktor, hidupnya harus penuh drama begini kan? Sindrom drama queen-nya tak pernah hilang sejak dulu.

  Sedangkan Yixing yang memang orangnya penyabar dan lemah lembut malah menggenggam telapak tangan Luhan lalu menyuruh sang sahabat menatap matanya. Then the drama began..

"Luhan dengar, aku ga pernah berpikir kamu orang lain. Kita bahkan terlalu dekat untuk hanya disebut sahabat. Kamu pernah bilang bahwa aku akan jadi adikmu selamanya?"

  Luhan mengangguk pelan, matanya mulai berkaca-kaca. Kris yang diri disamping sofa melirik tak suka pada tautan tangan dua pria dibawahnya.

"Lagipula meski bukan aku yang secara langsung memberitahu, kamu tetap jadi orang pertama yang tau kan sekarang. Sebelum berita itu tersebar luas."

  Senyum mematikan Zhang Yixing, membuat Luhan langsung memeluknya erat. Yixing dengan senang hati membalas pelukan sang sahabat sejati.

"Beneran, Yixing, aku senang sekali mendengar kabar ini. Perjuangan kalian terlalu panjang untuk bisa sampai diakhir yang bahagia seperti ini. Selamat!"

  Rasa haru melebur jadi satu diudara yang melingkupi ruang tengah. Kalimat Luhan membuat Yixing kembali menangis, teringat apa yang sudah mereka lalui tujuh belas tahun ini. Tawa, bahagia, airmata, kesedihan, luka, sakit, rindu, tak ada yang tidak pernah ia dan Kris rasakan. Tapi satu kata sakral tetap mengikat mereka hingga rentang belasan tahun seperti ini. Ya, cinta.

  Melihat dua orang tersayangnya menangis penuh haru seperti itu membuat Kris yang biasanya cuek tersentuh juga, apalagi saat mata rusa Luhan yang berkilat airmata bertemu pandang dengannya. Kris bisa merasakannya, kebahagiaan terbesar Luhan yang sama dengan kebahagiaannya dan Yixing saat ini.

"Thanks, Lu. For being with us till now."

  Luhan tersenyum lembut, tatapannya masih mengarah pada Kris yang juga mengucapkan 'thanks' nya tanpa suara.

"Your welcome, baby. Aku sungguh menyayangi kalian."

  Pelukan Yixing semakin erat, membasahi kemeja biru Luhan dengan airmatanya. Ia masih tak percaya kebahagiaan benar-benar menjadi akhir dikisahnya yang sulit.

  Suasana haru itu berlangsung cukup lama, sebelum Luhan berinisiatif melepaskan pelukannya pada Yixing dan menatap wajah sahabatnya itu yang terlihat kacau oleh airmata. Luhan tersenyum lagi, tangannya terangkat untuk menghilangkan jejak airmata diwajah itu.

"Kok malah nangis? Harusnya sekarang kamu tersenyum lebar sampai rasanya bibirmu mau robek tau."

  Ocehan Luhan berhasil membuat Yixing tersenyum dan memunculkan daya tariknya, si lesung manis dipipi kanannya.

"Itu menyeramkan, Luhan."

"Lebih menyeramkan cengiran mesum calon suamimu, Xing."

  Hancur sudah segala rasa haru Kris pada Luhan. Dengan sekali teguk ia menghabiskan jus jeruk yang sudah diletakkan di meja dan menaruh gelasnya dengan kasar hingga menimbulkan suara 'brak' yang menganggu.

"Calon suami Yixing yang tampan masih disini loh~"

  Luhan menoleh memberikan senyuman yang siapapun tau itu sangat menyebalkan (atau hanya Kris saja yang tahu), hanya beberapa detik lalu kembali menatap Yixing dan kali ini tersenyum lebih manis dan tulus tentu saja. Kris protes tentang masalah diskriminasi di zaman sekarang.

"Tapi aku penasaran dengan satu hal?"

"Apa?"

  Dan dimulai lagi, pengacuhan pada eksistensi seorang aktor papan atas bernama lengkap Wu Yifan. Ia bersumpah jika hanya dua orang ini yang bisa mengacuhkan dirinya. Kesal, Kris memilih duduk di single sofa yang terpisah dengan mereka. Mengeluarkan ponselnya dan Mengirimkan pesan pada manager-nya bahwa ia sedang berada di apartment sekarang. Bukan bermaksud kabur dari pekerjaan, karena memang jadwalnya hari ini hanya pemotretan majalah jam sebelas siang nanti.

"Kalian menikah dengan izin orangtuamu kan?"

  Wajah khawatir Luhan kembali terlihat. Permasalahan utama dalam hubungan mereka memang dari keluarga Yixing, alasan kenapa sampai selama ini mereka menunda ikatan suci bernama pernikahan. Yixing tersenyum menanggapi, aura tenangnya menguar seperti biasa, sesekali melakukan kontak mata pada pria lain yang terlihat sibuk dengan ponselnya. Meski seluruh perhatiannya tetap terpusat pada dua orang yang masih mengobrol disana. Kris membalas senyum Yixing.

"Aku ga akan pernah memberi jawaban 'bersedia' jika mamaku belum memberi restu, Lu."

  Luhan bisa bernafas lega. Ia yang paling tau seberapa besar Yixing mencintai Kris, tapi jika hal itu membuatnya harus melawan keluarganya sendiri, Luhan juga tidak akan pernah membenarkan sikapnya. Kenyataannya sekarang sungguh melegakan. Kebahagiaan mereka benar-benar telah sempurna.

"Syukurlah. The perfect happy ending."

  Ketegangan tadi cukup menguras tenaga Luhan, ia meraih gelas jus jeruk diatas meja dan meminumnya perlahan. Tautan tangannya dengan Yixing masih belum terlepas, membuat kebahagiaan terbesar sahabatnya tersalur dengan sempurna. Ia masih ingin mengobrol banyak dengan Yixing sebenarnya tapi sepotong strawberry cake disana terasa menggoda sekali untuk dikecap. Yixing yang melihat muka pengen sahabatnya itu, terkikik geli. Jadi diambilnya piring berisi sepotong strawberry cake untuk diberikan kepada Luhan.

"Makan saja, aku tau kamu belum sempat sarapan." cengiran khas Luhan jadi jawaban bersama dengan piring yang sudah berpindah tangan. Yixing kembali tertawa melihat tingkah Luhan yang menggemaskan seperti itu. Ia benar-benar menyayangi rusa satu ini.

"Omong-omong aku juga belum sarapan, Xing."

  Usaha Kris untuk membuat dua orang disana menyadari kehadirannya cukup berhasil. Keduanya menoleh, meski Luhan yang lebih cepat menanggapi.

"Yasudah makan, Kris. Aku kan bukan hanya beli satu potong cake."

  Salah Luhan yang punya kecepatan mulut diatas rata-rata, Yixing yang keduluan bicara jadi diam lagi.

"Sejak kapan aku makan makanan manis begitu? Cake is not my style." Kris merengut. Membayangkan rasa manis asam strawberry cake didalam mulutnya saja sudah membuatnya bergidik. Lagipula jika tentang dirinya Luhan tidak pernah peka, berbeda sekali jika dengan Yixing. Diskriminasi menyebalkan!

"Ck kalo laki-laki manis suka kan?" Luhan memulai lagi, kali ini lengkap dengan mata yang mengerling kearah Yixing. Yixing sendiri malah bengong.

"Ya kalau laki-laki manisnya Yixing sih bukan suka lagi, tapi menikmatinya."  giliran Kris yang menunjukkan wink genit kearah Yixing yang masih blank. Tapi seakan sinyal bahayanya berbunyi, memberitahukannya jika percakapan Kris-Luhan tak dihentikan bisa mencapai tingkat mesum yang lebih akut.

"Oke, cukup. Jadi kamu mau makan apa?"

  Pertanyaan itu menghasilkan lenguhan kecewa dari Luhan dan Kris. Yixing mengernyit, mengapa harus merasa kecewa sih? Dasar om-om berotak mesum!

"Aku mau ramyeon saja, lapar sekali."

  Kris merinding melihat tatapan pacarnya yang perlahan menusuk, seakan ia sudah salah bicara.

"Ga boleh. Masih pagi sudah makan makanan berat, instan lagi. Kan ga sehat, Kris. Lagi pasti semalam melewatkan makan malammu ya?!"

  Yixing memang pacar paling peka dan pengertian, perhatian juga. Kris membayangkan akan semembahagiakan apa jika nanti sudah resmi menjadikannya ist.. eh suami. Tanpa sadar dia tersenyum lebar.

"Pake nyengir segala! Kaya pedopil tau."  mulut manisnya memang terkadang kejam, ya Tuhan. Salahkan belasan tahun menjadi sahabat orang kurang ajar seperti Luhan.

  Tawa terdengar. Bukan dari Kris, tentu saja. Atau Yixing yang kesal dengan keteledoran pacarnya yang selalu melewatkan makan malam saat sedang sibuk. Tapi dari sang tamu bernama Luhan. Kris berdecak keras saat ditengah tawanya Luhan-entah refleks atau memang sengaja-melemparkan bantal sofa kearah wajah tampannya. Sementara Yixing sudah memilih berjalan kedapur, untuk menyiapkan makanan sang pacar yang kini merangkap calon suami.

"Aku panaskan sup ayam kemarin saja ya, Kris. Ga ada protes."

  lagian Kris juga ga ada niatan untuk protes, masih sibuk menampik lemparan bantal yang ternyata bukan hanya satu tapi semua bantal sofa yang ada. Brutal sekali tamunya ini.

"Yaampun, Luhan! Udahan lempar bantalnya dan berhenti tertawa!"

  Saat bantal disekitarnya tak tersisa, tawa Luhan berangsur reda. Ia menyeka titik airmata yang keluar sebagai bukti seberapa keras ia tertawa tadi. Lalu menghabiskan sisa jus jeruknya, barulah ia bisa bernafas normal kembali.

"Hah.. Yixing semakin pintar saja menghinamu."

  Kening Kris berkedut tak suka. Hal seperti yang Luhan bilang bukan hal yang patut dibanggakan.

"Sepertinya kebrutalan pacarmu saat tertawa itu menular padamu ya, Lu?!"

  Luhan melotot, "Jongin bukan pacarku, bodoh!"

  Bingo! Kris menyeringai puas, ia tak pernah menyebut nama tapi Luhan yang malah terpancing. Waktunya balas dendam.

"Oh ya? But you happily having a beautiful with him.."

  Satu sama untuk kali ini, Kris berhasil membuat sang rusa manly blushing parah sampai ketelinganya yang memerah. Kalimat bernada rendah itu membuat Luhan ingin menenggelamkan diri ke dasar bumi. Salahnya curhat masalah ini pada Kris, karena Luhan pikir Yixing tak cukup banyak membantu. Hubungannya dan mantan teman satu grupnya memang sedikit rumit.

  Kris masih betah dengan seringainya ketika melihat Luhan yang tadi heboh kini diam dan tenang. Masalah rumit menurut Luhan sebenarnya sederhana saja bagi Kris, hanya keegoisan yang besar dari seorang Xi Luhan yang selalu menyangkal keadaan. Tentang bagaimana tidak cocoknya mereka untuk bersama, perbedaan umur yang terpaut jauh menurut Luhan, serta perasaan tidak enaknya pada Sehun, sahabat Jongin sekaligus orang yang pernah menjalin hubungan dengan Luhan saat masih satu grup dulu. Padahal Sehun terlihat biasa saja saat tau kedekatan Luhan dan Jongin sekarang ini. Masalah rumit ini seratus persen karena kekeraskepalaan sang aktor, yang selalu saja punya sejuta alasan untuk menolak kenyataan bahwa dirinya merasa nyaman ketika bersama si dancer y itu.

  Iseng, Kris gantian melempar salah satu bantal sofa yang menumpuk disekitarnya kearah Luhan. Tepat kena kepala kecilnya. Dan berhasil membuat laki-laki itu melirik tajam.

"Dilarang bengong diapartmentku."

"Sialan!"

  Desisan Luhan terdengar sedikit menyeramkan kali ini. Kris bangkit dari duduknya dan melangkah mendekat kearah laki-laki yang masih betah menatapnya tajam. Dengan tangan besarnya, ia mengusak gemas rambut hitam kemerahan Luhan yang ajaibnya hanya diam saja diperlakukan menyebalkan begitu.

"Yixing sering bilang kan, jangan terlalu banyak berpikir menggunakan otakmu nanti bisa meledak. Sesekali dengarkan juga perasaanmu. Yah, mungkin itu yang harus kamu lakukan sekarang."

  Mendengar ucapan pria menjulang dihadapannya, tatapan tajam Luhan perlahan berubah sendu. Tapi tetap mengangguk samar, sebagai respon.

"Aku kedapur saja ah.. Terlalu lama satu ruangan dengan orang galau bisa merusak kebahagiaanku~"

  Suara langkah kaki Kris yang berisik tak berpengaruh apapun. Entah kemana kehebohannya bersama Yixing tadi. Luhan masih diam, seperti memikirkan sesuatu. Tapi kali ini perasaan menggantikan fungsi otaknya.

 

***

  Merasakan aura manusia lain yang memasuki area dapurnya, Yixing menoleh, sementara tangannya tetap telaten mengaduk-aduk sup dipanci ukuran kecil.

"Kenapa kesini? Masa Luhan ditinggal sendiri?"

  Kris langsung duduk dikursi meja makan, memilih diam dan menikmati pemandangan indah didepannya. Yixing yang memasak didapur dengan pakaian simple begitu memang terlihat seksi sekali dimatanya, lebih tepatnya apapun yang dilakukan pria mani

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
llalallala
ada kemungkinan ini akan aku buat subscriber only. kenapa? pengen aja *digampar*

Comments

You must be logged in to comment
xingiefan #1
Chapter 6: Udah end ya? Padahal keren nih ff
famiexol #2
Chapter 6: Keren bangettt....
Aku sampe lupa belajar gegara nih ff ..
So keep writing
churaphica #3
ya ampun lu gege cerewet banget ya..
hahaa
qwertyxing #4
Chapter 6: Huaaaaa T^T
Thanks for making this..
Keep writing krayy♡
emiEmii #5
Chapter 1: aaaaaa~
akhirnya bisa baca juga ff ini setelah coba bwat akunnya tapii malah gk bisa2
aku suka jalan ceritanya yg tetap keliatan real, tapi juga masih banyak taan bwat yifan hahaha dann luhan sama yixing ugh kalo udah bareng itu yaaaa emang kocaknya gk abis2
ini baru bisa baca chap 1.nya
XiahKy #6
Chapter 6: gue kok masih blum rela soal kailu
tp ya udahlah yg penting fanxing kekekee

ff kamu selalu manissss kayak icing doh xD
LovelyMeyMey #7
Chapter 6: udah baca dari awal chap sampe akhir maaf baru bisa komen sekarang soalnya gk bisa lewat hp
suka bangen ama ff ini tapi udah end ya(?)
Clovexo
#8
Chapter 6: oh.. i just wanna say i love you deh.. ini bener2 aku suka banget.. tapi kamu gk bener2 buat ini last chap kan? trus ntar pas mereka ngadopsi anak gimana?
xokrayxo
#9
Chapter 6: End? Beneran? Serius? Trus yg mereka mau ngadopsi anak gimana ceritanyaaaㅠㅠ
lay9095 #10
Chapter 6: Eh udah end?? Sedih banget harus end