Chapter 8

Chouzetsu no Hogosha (Amazing Guardian) 2
Please Subscribe to read the full chapter

Other Character : Black Guardian (Namja)

Chapter 8

 

Yifan, Jongin, dan Sehun baru saja masuk ke dalam kelas. Hanya tersisa sekitar dua menit lagi sebelum bel jam pertama berbunyi, namun Joonmyeon masih belum terlihat. Beberapa orang bahkan sudah menanyakan ke mana gerangan Princess Kim itu, karena biasanya keempat anggota OSIS selalu terlihat bersama-sama. Beruntung di situasi seperti ini Jongin siap turun tangan.  Dengan pesona dan kemampuannya berkata-kata, cukup memberi alasan bahwa Princess Kim sedang memeriksa jadwal pertemuan komite sekolah, masalah pun dapat diselesaikan dengan mudah, tanpa ada yang curiga. Meski jelas itu semua cuma bohong belaka.

Drrrtt.

Yifan langsung mengambil ponselnya yang bergetar dari saku celana. Ekspresinya mengerut saat membaca e-mail baru itu.

“Siapa? Joon noona?” tebak Sehun begitu melihat wajah cemas Yifan.

Yifan mengangguk sekali. Rasanya memang tak ada lagi orang selain Joonmyeon yang bisa membuat namja bertopeng besi itu mengeluarkan emosi seperti ini.

“Princess mengirim pesan apa?”

“Dia ada di ruang kesehatan.”

“Hah?” Jongin sontak kaget, “Princess sakit?” tanyanya sambil bangkit dari tempat duduk, berniat untuk sesegera mungkin menemui Joonmyeon. Namun gerakannya langsung terhenti begitu Yifan menahan tangannya.

“Joonma minta kita untuk tidak menemuinya sekarang.”

“Waeyo?”

Yifan hanya menggeleng, dengan ekspresi yang Jongin tahu itu adalah wajah khawatir yang berusaha keras untuk ditutupi. “Lebih baik kita menyampaikan izinnya pada songsaenim.”

Jongin dan Sehun saling melempar pandang sekilas, tanpa banyak komentar keduanya mengangguk setuju, seakan tidak mau membuat Yifan terganggu lebih dari ini. Bel masuk akhirnya berbunyi. Dan hingga jam pelajaran ketiga belum ada tanda-tanda kemunculan Joonmyeon di kelas.

Drrt!

Hampir bersamaan, tiba-tiba ponsel Yifan, Jongin, dan Sehun bergetar.

Kris, Steven, Kai. Hari ini kita berkumpul di ruang OSIS pukul 10 malam.

Begitu selesai membaca e-mail singkat yang dikirim oleh Joonmyeon, Yifan melayangkan pandangan pada Jongin dan Sehun yang juga balik menatapnya. Dengan wajah penuh tanda tanya mereka saling bertatapan dalam diam. Tak satupun dari ketiganya mengetahui apa yang sesungguhnya sedang direncanakan atau dikerjakan oleh Joonmyeon.

***

Dalam kegelapan malam Suho berdiri di tengah-tengah ruangan OSIS, sambil memutar-mutar spidol yang sejak pagi tadi hampir tak pernah lepas dari tangannya. Mata biru yang biasanya cemerlang itu terlihat gelisah, napasnya terdengar berat, seolah ada beban berat di pundaknya yang tak sanggup ia tanggung. Ketakutan dalam wajah Suho mungkin ekspresi yang paling jelas terlihat. Bolak-balik dia ingin lari saja dari semua ini, namun satu kalimat dari L seakan menahannya di situ. Kalimat yang tak akan pernah bisa ia lupakan…

L telah memilihnya.

Srak!

Suho langsung mengangkat kepala begitu pintu di depannya terbuka.

Steven yang pertama kali masuk, diikuti Kai dan Kris. Ketiganya spontan berhenti di depan pintu saat melihat yeoja itu.

Sunyi. Tegang. Mencekam.

Itulah yang mereka bertiga rasakan sekarang. Pandangan matanya, gelagatnya, dan juga raut wajahnya. Semua itu seolah menunjukkan ada sesuatu yang aneh pada Suho. Sesuatu yang sama sekali tak bisa mereka bayangkan.

“Ada ap…”

“Aku…” Suho menyela pertanyaan Kai, “…sudah tahu siapa Black Guardian sebenarnya.”

“Eh?” Semua pasang mata yang ada di depannya langsung melebar tak percaya. Debaran jantung mereka seketika bertambah cepat, hingga tak sanggup membuka mulut karena terlampau kaget. Ketegangan yang seakan berlipat ganda, membuat bulu kuduk ketiganya meremang.

Suho mengernyitkan dahi, melihat spidol hitam di tangannya dengan tatapan menusuk, “Sayangnya aku hanya tahu salah satu dari mereka.”

Tidak terdengar respon apa pun. Kris, Steven, dan Kai hanya bisa mengikuti setiap gerak-gerik yeoja itu tanpa berkedip, didera rasa penasaran hebat. Suho menggigit bibir bawahnya, berusaha meyakinkan diri dengan terus mengingat ucapan L.

Dia menarik napas dalam-dalam, menundukkan kepala sebentar, melihat lantai yang ada di bawahnya. Dan setelah itu… semua berlangsung begitu cepat, dalam sekejap mata tiba-tiba saja Suho melempar spidol yang sudah digenggamnya semenjak tadi.

Singg~

Kesunyian berlanjut di tengah napas tertahan. Semua menoleh ke arah benda itu terlempar, dan spontan seseorang menangkapnya.

“Dia.” Suho menunjuk wajah namja tanpa ekspresi itu dengan muram, “Wu Yifan,” ucapnya tegas sekaligus sarat akan kekecewaan. “Kaulah Black Guardian.”

Kai dan Steven terkesiap, lebih dari terkejut, mulut mereka sampai ternganga lebar, seolah jiwa mereka tertarik ke udara.

“Su… Suho…” Steven memaksakan diri tersenyum di antara suaranya yang terbata-bata, “Ja, jangan bercanda.” Dengan nada nyaris seperti memohon, dia menggoyang-goyangkan kedua bahu Suho keras, “Tolong katakan semua cuma bohong…”

Ekspresi kaku Suho tak berubah. Seolah itu adalah jawaban bahwa dia tidak sedang main-main.

Kai menelan ludah, jantungnya mungkin sudah benar-benar berpindah tempat hingga dia tak sanggup lagi bicara bahkan bergerak. Otaknya seketika lumpuh saat Suho menghakimi Kris, orang yang amat melindungi yeoja itu lebih dari siapa pun.

“Suho!” Steven meradang, tak tahan lagi dengan semua omong kosong ini, “Apa kau benar-benar sudah gila, hah?!”

Suho tetap tutup mulut, tak bereaksi. Sekarang pandangannya hanya tertuju pada orang itu. Namja bermata kuning pekat yang sekarang terasa begitu asing di matanya. “Apa kau ingin menyangkal apa yang kukatakan?”

Pertanyaan Suho yang terdengar begitu sumbang membuat Kris mengembangkan bibir untuk pertama kali. Tak ada ketakutan di wajahnya saat ini. Semua ketegangan dan keresahan yang dirasakannya beberapa saat lalu telah menguap tanpa bekas. Bukannya merasa terintimidasi, dia malah tampak begitu tenang. Seakan-akan tuduhan Suho telah memuaskannya.

“Dari mana kau bisa tahu aku adalah Black Guardian?” Kris balik tanya.

Hah! Kalimat itu bagai sebuah pedang yang menusuk tepat ke jantung tiga Guardian lainnya. Tak seperti penjahat kebanyakan yang mencari alasan untuk melarikan diri. Namja itu tidak menyangkal apa pun dan justru menerima semua tuduhan dengan senang hati. Sungguh ironis. Kai dan Steven yang awalnya membela Kris sontak menoleh padanya dengan tatapan tak percaya. Butuh waktu sedetik bagi mereka memahami maksud perkataan tersebut dan berdiri di sebelah Suho.

“Kau!” Steven mencengkeram jubah namja itu, “Pengkhianat!” teriaknya tak tanggung-tanggung.

“Hentikan.” Suara Suho menahan Steven yang sudah akan mendaratkan pukulan di wajah Kris.

Dengan terpaksa dia mundur. Ekspresi Kai dan Steven tak hanya menunjukkan amarah yang meluap, namun juga sakit hati yang tersirat jelas di wajah keduanya.

Suho akhirnya menjawab pertanyaan Kris, “Kau masuk ke dalam perangkapku.”

Kening Kris terlipat, namun senyum tipis tetap setia menghiasi bibirnya, “Perangkap?”

Di balik jubah panjangnya, Suho diam-diam mengepalkan kedua tangan. Mungkin ini adalah kali pertama dia benci melihat senyum Kris. Senyum yang hanya ada di permukaan. Tanpa perasaan. Tanpa kehangatan. “Tempatmu berdiri sekarang adalah tempat yang sama di mana salah satu Black Guardian tertangkap oleh kamera CCTV.”

“Eh?” Bukan hanya Kris yang terlonjak kaget, kedua Guardian lainnya pun tercengang.

“Ba, bagaimana kau bisa?” Kai sampai tak bisa menyelesaikan pertanyaannya karena serangan rasa kaget.

Kris langsung melihat spidol yang ada di tangannya, seperti ada yang menarik perhatiannya, dia kemudian menundukkan kepala. Dan saat itulah akhirnya dia menemukan sebuah tanda “X” kecil di lantai, tepat berada di bawah kaki kanannya. Hanya butuh sepersekian detik untuk membuat Kris menyadari apa yang sudah dilakukan Suho padanya.

“Aku melihat rekaman CCTV itu lagi dan membuat tanda di mana kedua Black Guardian berdiri. Yang bertubuh besar meletakkan surat di mejaku, dan yang satunya… hanya terlihat sebagian kamera. Berdiri diam dan berusaha untuk tidak terlihat mencolok.”

“Tidak mungkin…” Kai mendesis, “Aku kira sosok itu adalah Jang Dongwoo.”

Suho menggelengkan kepala, tanpa makna. “Itulah yang dia inginkan. Membuat kita mencurigai Jang Dongwoo. Bukankah aku sudah bilang kalau namja itu hanya dimanfaatkan?”

Kris tersenyum samar, menatap Suho dengan ekspresi kalem, “Sejak kapan kau sadar aku adalah bagian dari mereka?”

“Sejak kalian mengirim surat tantangan pada Guardian.” Suho menghela napas sekali, mengendalikan semua gemuruh di dalam dadanya. Kalau ada hal yang sangat dia inginkan sekarang, mungkin itu adalah melenyapkan Kris dari hadapannya. Lebih dari benci, Suho benar-benar muak.

Tetapi di sisi lain Kris malah bersikap sebaliknya. Semua kemarahan dan emosi Suho yang bisa ia rasakan itu sama sekali tidak membuatnya terganggu. “Jadi kau sudah mencurigaiku dari awal?” tanyanya takjub, tak menyangka Suho sudah mengetahui jati dirinya sebagai Black Guardian dalam waktu yang sangat singkat.

“Mencurigai?” Suho tersenyum pahit, bergumam dengan tatapan menerawang jauh, “Aku tidak pernah mencurigaimu.”

“Eh?” Mata Kris sontak melebar, dengan cepat dia kembali mengatur ekspresi wajahnya agar Suho tak menyadari bahwa kata-kata tersebut telah berhasil membuat Kris tersentak begitu kuat. Perlahan-lahan menghancurkan pertahanan yang sudah susah payah ia buat sejak tadi.

“Karena dari awal…” Suho melanjutkan ucapannya, “…kau sendiri yang sudah mengungkapkan padaku.”

“Mwo?!” Steven memekik, “Bagaimana mungkin?”

Suho mengalihkan pandangannya sekilas, sebelum kembali menatap kedua manik mata Kris tanpa berkedip, “Setelah kita melihat rekaman CCTV, saat itu Yifan berkata bahwa Black Guardian mengetahui letak CCTV yang kita pasang di sekolah ini,” desahnya kesal, seakan dia bahkan tak percaya pada ucapannya sendiri.

“Mungkin kau tidak sadar saat mengatakannya, tapi sebenarnya bukan kita yang memasang CCTV itu, melainkan kau, Kris. Hanya kamu. Sejak awal kita masuk ke Hogosha High School dan menjadi Guardian, kaulah yang bertugas memasangnya. Tidak satupun dari aku, Steven, ataupun Kai mengetahui pasti letak kamera-kamera itu.”

Deg!

Kali ini Kris benar-benar tak bisa mengendalikan detak jantungnya yang berdentum keras, hingga rasanya menyesakkan. Ekspresi yang ditunjukkan Suho ini adalah ketiga kalinya dia lihat. Ekspresi yang sempat membuat Kris hilang akal karena tidak bisa memahaminya. Namun sekarang raut wajah itu terlampau jelas menamparnya. Ekspresi yang akhirnya dia tahu apa artinya. Bukan amarah, bukan juga ketakutan, melainkan perasaan terluka. Luka yang begitu dalam karena sebuah pengkhianatan.

“Aku terus memperhatikan Jang Dongwoo, dan dia hampir selalu tertangkap kamera CCTV selama berada di sekolah ini. Gerak-geriknya sudah cukup membuatku sadar bahwa namja itu bukanlah salah satu dari Black Guardian.” Suara Suho terdengar parau, energinya serasa terkuras habis, “Namun sebaliknya Kris. Kau hampir tidak pernah tertangkap kamera, bahkan ketika berada di sekolah sebagai Yifan pun, kau memiliki kebiasaan untuk menghindarinya. Sama seperti yang dilakukan Black Guardian malam itu.”

Dada Kris berkecamuk. Dia sama sekali tak mengira Suho ternyata mengetahui kebiasaan yang bahkan tidak pernah disadarinya sebelumnya. Padahal sudah cukup lama Kris berada di posisi Guardian dan Black Guardian. Menyusun semua rencana, berakting dengan baik agar tak ada yang curiga. Namun ternyata ada beberapa hal yang berjalan di luar perkiraannya. Pada akhirnya apa yang dia lakukan tak bisa menipu mata Suho karena kelalaiannya sendiri.

Kris masih mengingat dengan jelas bagaimana Suho bersikap seolah tidak peduli dan terkesan sangat tenang saat Black Guardian muncul. Namun ada yang luput dari perhatiannya saat itu. Ketenangan yang ditunjukkan oleh Suho semata-mata bukanlah isi hatinya yang sebenarnya. Ketenangan yang terlalu berlebihan sampai membuat Kris merasa tak nyaman. Nyatanya itu hanyalah bentuk kekalutan yang berusaha ditekan sangat keras agar tak ada orang yang bisa menjangkaunya. Ya, sekarang Kris bisa menemukan jawaban yang selama ini dia cari. Jawaban yang justru paling tidak dia inginkan. Ekspresi yang sama sekali tak bisa Kris baca saat itu berhubungan dengan apa yang Suho rasakan padanya. Pantulan kekecewaan di bola mata Suho terhadap dirinya, yang terlambat ia sadari.

‘Aku tidak mau menerima kenyataan ini.’ Mungkin itulah alasan mengapa Suho memilih bersikap cuek dan berpura-pura santai seakan tak terjadi apa-apa. Terus berlari sekuat tenaga, mencari satu celah untuk mematahkan segala tuduhannya pada Kris, namun yang terjadi justru sebaliknya. Semakin lama dia menghindar, semakin jelas pula dia melihat sosok Black Guardian di balik sosok Kris. Kekacauan website Guardian, rekaman CCTV, bahkan kehadiran Jang Dongwoo sebagai kamuflase. Semua itu seakan memaksa Suho untuk melihat apa yang sebenarnya mati-matian ia sangkal. Kenyataan pahit yang paling melukainya.

“Kenapa kau melakukan ini?” Akhirnya pertanyaan yang selalu memenuhi kepala Suho itu terucap dari mulutnya setelah sekian lama terdiam.

Kris bergeming, sengaja mengalihkan pandangan agar tak menatap kedua mata yeoja itu. Sakit hati dan luka Suho seakan terpancar melalui kata-katanya, menimbulkan efek yang begitu besar hingga Kris tak sanggup mendengarnya. Padahal sudah berbulan-bulan dia menyiapkan diri untuk menghadapi resiko yang akan ditanggungnya. Namun melihat ekspresi Suho saat ini, semua serasa tak ada gunanya lagi.

“Jangan diam saja!” Kai sungguh-sungguh frustasi, “! Kau benar-benar…”

Srak!

Suho tiba-tiba menyeruak maju, memutus ucapan Guardian berambut emas itu. Dengan satu gerakan, tangannya meraih jubah yang dikenakan Kris dan menariknya hingga terlepas. “Kris.” Sorot mata Suho menajam, “Aku melenyapkanmu.” Bersamaan dengan kata-kata terakhirnya, dia melempar jubah itu ke lantai.

Kai dan Steven hanya bisa menunjukkan ekspresi pilu. Tak berdaya.

“Orang yang mengkhianati Guardian harus dilenyapkan.”

Peraturan kedua yang dibuat oleh L tersebut tak akan mungkin mereka lupakan. Tanpa menunggu lebih lama Suho bahkan sudah melakukan hal yang memang seharusnya dia lakukan. Namun kejadian ini benar-benar menyayat hati. Dua orang sahabat yang selalu bersama-sama lebih dari dua belas tahun lamanya, ternyata harus berada di jalan yang bersimpangan.

Kai dan Steven tak tega melihat wajah Suho. Padahal tak ada satu butir air mata pun di bola matanya, namun kekosongan hati dan ketegaran yang dipaksakan itu terasa begitu menyesakkan dada.

Kai meremas tangan keras-keras, dan tiba-tiba dipukulnya wajah Kris sampai terhuyung, tak cukup sampai di situ, dia lantas menarik kerah baju namja itu deng

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
cia_ns #1
Chapter 11: omaygat aku baru buka ini lagi dan udh end ternyata hehehe. walaupun aku udh baca versi aslinya dan agak bingung ya soalnya yg aslinya latarnya jepang eh yg ini korea, jadi agak bingung sendiri. but good job!!
chryss2295 #2
Chapter 11: aku nemu ini di FFN, trusgak sabar sama kelanjutnnya...
aku bukan EXO-L tapi aku salut sama ff 1 ini.. daebak baget
keep writing XD
phcxxi #3
Chapter 11: HAIIII AKU GA SABAR NUNGGU DI FFN JADI LANGSUNG CUSS KESINII YUHUUU SEPERTI BIASA SIST INI FF DAEBAK SEKALIII LOPE DEHH <3
lustkai #4
Chapter 11: hi :) aku nemu ini di ffn tadi pagi dan dikatakan di aff udah end malah lol langsung kesini;; sumpah ini keren banget ya as expected jepan !
ddkrisho
#5
Baru tau cerita ini gegara rekomendasi temen dan ternyata WAAAAAA KEREN BANGEEEET! jadi penasaran sama novel aslinya deh ;3 ehiya maaf ya thor, baru comment disini, padahal gue juga baca amazing guardian yang pertama hehe;3
CrystiaBell #6
keren banget :3 btw gua punya novel aslinya dari ran orihara :v
HyewonB #7
Hii reader baru disini kekeke salam kenal all. Btw ini ff nya kereennn
YudaSONE #8
Chapter 11: Huahh akhirnya selesai!! Bikin sequel please.....
YudaSONE #9
Chapter 11: Huahh akhirnya selesai!! Bikin sequel please.....
YudaSONE #10
Chapter 11: Huahh akhirnya selesai!! Bikin sequel please.....