Chapter 7

Chouzetsu no Hogosha (Amazing Guardian) 2
Please Subscribe to read the full chapter

Other Character : EXO’s Huang Zitao (Yeoja), Infinite’s Jang Dongwoo (Namja)

Chapter 7

 

Tao mengakhiri ceritanya dan membuat keempat Guardian hanya bisa terdiam dengan pikiran masing-masing. Di sisi lain Suho semakin terlihat tidak fokus. Ini kali pertama dia menangani permohonan dari teman terdekatnya, dan membuat keadaan semakin rumit karena isi permohonan Tao ternyata berhubungan dengan dirinya.

“Jadi temanmu itu sangat cantik?” Steven mulai bertanya lagi, “Dan apa kau menganggap dia tidak mau berteman denganmu karena kau merasa tidak se-level dengannya.”

Tao langsung menggeleng lemah, “Temanku sangat baik. Aku yakin dia tak mungkin berpikiran begitu, tapi… aku terus-terusan cemas, seperti orang bodoh. Selalu merasa rendah diri berada di dekatnya, takut kalau ternyata dia mau berteman denganku hanya karena kasihan. Dan takut kalau sebenarnya…” Tao berhenti sejenak, lalu meremas kedua tangannya, menguatkan diri sebelum mengatakan apa yang paling dia cemaskan, “Hanya aku yang menyukai kebersamaan kami.”

Suho yang berada di belakang Kai dan Steven langsung tersentak oleh ucapan itu. Dia sampai tidak bisa berkata-kata. Wajahnya benar-benar pucat. Ingin rasanya Suho mengatakan semua isi hatinya, mengungkapkan bahwa apa yang dipikirkan Tao itu salah. Namun entah kenapa Suho justru membisu. Dia tidak tahu apa yang harus dikatakannya agar tetap terlihat obyektif. Bagaimanapun juga dirinya sekarang bukanlah yeoja yang dikenal oleh Tao, melainkan seorang pelindung misterius di Hogosha High School.

“Suho-ya.”

Kegelisahan dalam hatinya perlahan-lahan surut begitu mendengar bisikan hangat dari sebelahnya. Begitu menoleh, Kris telah menggenggam tangan kirinya erat-erat, seperti memberinya kekuatan. Meski agak gelap, dia masih bisa melihat namja itu membuka mulut, mengatakan sesuatu tanpa mengeluarkan suara.

“Te-nang-lah.” Suho langsung terpana saat membaca gerak bibir Kris. Dalam sekejap, ucapan dan genggaman tangan besar itu bagaikan sihir yang membuatnya merasa lebih baik.

Kris memegang kedua bahu Suho, pelan-pelan menggeser tubuh yeoja itu agar berdiri di belakangnya. Dia sendiri kemudian melangkah maju, berada di antara Kai dan Steven. Untuk pertama kalinya bicara langsung pada Tao, “Lagi-lagi kau salah paham,” tandasnya tanpa ragu.

Bukan hanya Tao yang tidak mengerti maksud perkataan itu, ketiga Guardian lain pun menatapnya dengan ekspresi sama.

“Sa… salah paham?” Tao cuma bisa mencicit. Dilihat dari dekat, Kris semakin membuat Tao segan untuk beradu pandang lama-lama. Tatapan matanya yang begitu keras seolah bisa membuat jantung Tao meloncat saking takutnya.

“Kau khawatir karena merasa tidak sejajar dengannya. Kau merasa dia akan lebih menerimamu kalau bisa secantik dirinya. Jadi kau ingin mengubah wajahmu karena dia, begitu?”

Tao mengangguk takut-takut.

“Kalau kau melakukannya semata-mata hanya karena dia, kurasa temanmu itu pasti akan sedih.”

“Eh?” Tao tersentak. Begitu juga Suho, dipandanginya punggung Kris dengan tatapan takjub. Lagi-lagi dia bisa mengerti apa yang Suho pikirkan, meski yeoja itu tak mengatakan sepatah kata pun.

“Bukankah kau bilang dia adalah teman yang baik? Lagipula, yeoja itulah yang menyapamu lebih dulu.” Kris berkata dengan nada mengingatkan, “Apa kau berpikir dia hanya mau berteman dengan orang yang memiliki wajah atau penampilan bagus saja?”

Tao menelan ludah sekali. Sejujurnya, dia bukannya tidak setuju pada perkataan Kris. Bahkan dari lubuk hati yang paling dalam, dia percaya Joonmyeon tidak mungkin berpikiran sepicik itu. Namun perasaannya yang terlalu peka membuat Tao selalu merasa tidak bisa dekat dengan teman pertamanya itu. Rasanya seperti ada dinding yang memisahkan mereka berdua. Berkali-kali dia berpikir dan hanya ada satu alasan yang menurutnya paling masuk akal. Apa lagi kalau bukan perbedaan fisik yang begitu mencolok? Ya, tepat sekali. Tidak ada penyebab selain itu. Saat berubah menjadi cantik dan mampu berdiri sejajar dengan Joonmyeon, Tao yakin dia bisa menghancurkan dinding tak terlihat itu. Bukannya ada yang bilang yeoja cantik selalu berteman dengan sesama yeoja cantik lainnya?

Tidak bisa dipungkiri, rasa cemas dan takut kehilangan yang kadang menghampirinya juga merupakan bagian dari kenangan buruk di masa lalu. Sulit sekali untuk dilupakan begitu saja. Tao tahu dan sadar bahwa sikapnya seperti orang yang sedang terobsesi pada sahabatnya sendiri, tetapi sayangnya dia tak bisa mengendalikan perasaan itu. Tidak peduli meski dia sudah memiliki banyak teman dan tidak canggung lagi untuk mengungkapkan perasaan maupun bersikap apa adanya. Namun ada hal-hal yang masih tak bisa Tao katakan dan terus disembunyikan dalam hati. Mungkin perasaan terpendamnya itu tidak menimbulkan efek besar saat ini, tetapi tetap saja mengusiknya, seperti benalu yang terus mengikuti ke mana pun dia pergi.

‘Tenanglah. Tenanglah. Tenanglah.’ Di lain sisi, Suho berulang kali meyakinkan dirinya sendiri. Dia terus meletakkan tangan kanannya di depan dada, sementara ketiga Guardian masih berusaha mengambil alih untuk menangani kasus ini. ‘Aku yang sudah memutuskan untuk menyelesaikan permohonan Tao. Aku tidak bisa mundur sekarang.’

Suho menarik napas panjang, tampak ragu saat melangkahkan kaki, namun sekali lagi dia menetapkan hati. Dengan wajah yang masih kelihatan tegang, yeoja itu menyentuh sebelah lengan Kris yang berdiri di antara para Guardian lainnya. Dia memilih untuk berhadapan langsung dengan Tao. “Guardian tidak akan mengabulkan permohonanmu.”

Kalimat tegasnya kontan membuat mata Tao terbelalak lebar. Yeoja yang sejak tadi hanya diam di belakang ketiga namja besar itu, tiba-tiba saja menyeruak maju, mengatakan sesuatu yang paling dia takutkan.

“Wa… waeyo? Apa permohonanku seburuk itu…”

“Kalau ada hal yang bisa diselesaikan tanpa kata-kata…” Suho langsung memotong ucapan Tao, “…pasti ada juga hal yang bisa diselesaikan dengan kata-kata.”

“Apa maksudmu?”

“Jika kau merasa tidak bisa dekat denganku, katakan itu semua lewat mulutmu sendiri. Sampaikan semua perasaanmu padaku.” Suho tak lagi mengumbar senyum seperti sebelumnya, dia bahkan melihat Tao tajam, “Apa kau pikir pertemanan kita sedangkal itu? Aku tidak akan pernah memaafkanmu kalau sampai kau melakukan sesuatu yang bodoh hanya karena aku.”

“Eh?” Tao terlonjak kaget. Ketiga Guardian yang lain pun terperanjat. Mereka langsung membatu mendengar kalimat Suho yang seolah-olah bicara sebagai seorang Kim Joonmyeon.

‘Dia sudah benar-benar hilang akal!’ Steven bahkan menjerit dalam hati.

Namun sebaliknya, Suho sama sekali tidak terlihat goyah. Dia melipat kedua tangan di depan dada, ekspresinya malah jauh lebih tenang dibanding sebelumnya. “Itu kalimat yang akan kukatakan seandainya aku adalah temanmu.”

Bersamaan Kai dan Steven menghembuskan napas lega. ‘Hah! Nyaris saja!’ Keduanya diam-diam mengelus dada.

Berbeda dari mereka berdua, Kris malah menunjukkan ekspresi puas saat melirik Suho, seakan baginya yeoja itu sudah melakukannya dengan baik.

Suho tiba-tiba membalikkan badan, tanpa menunggu tanggapan Tao yang masih tertegun akibat penolakannya, “Ayo pergi.” Dia memberi kode pada ketiga Guardian di belakangnya.

“Cuma begini saja?” bisik Kai terheran-heran.

Suho mengangguk sekali, dengan cepat dia sudah berdiri di depan jendela untuk segera keluar dari kamar itu.

“Tunggu!” Tao seakan baru sadar. Dia cepat-cepat menghalangi kepergian mereka dengan menahan salah satu tangan Suho, “Kalian benar-benar akan meninggalkanku begitu saja?” tanyanya tak percaya.

“Guardian tidak akan menerima permohonanmu. Dan aku tak akan meminta maaf atas keputusan itu.”

Tao mengendurkan cengkeraman tangannya. Ucapan tegas Suho itu mengejutkannya. “Gamsahamnida.” Ia berkata tanpa sadar.

“Untuk apa?” Suho langsung menautkan kedua alis, tak menyangka menerima reaksi Tao yang sebaik itu. Padahal dia bahkan sudah siap-siap kalau Tao marah atau memaksa Guardian agar mengabulkan permohonannya. Tapi nyatanya, yeoja itu justru memperlihatkan ekspresi bahagia yang benar-benar di luar perkiraan. “Seharusnya kau marah karena kami sama sekali tidak melakukan apa pun untukmu.”

Tao menggeleng sambil tersenyum hangat. “Mungkin kedengaran aneh, tapi melihatmu bicara padaku…” Sejenak dia menggantung ucapannya untuk menatap kedua mata Suho, memandangnya takjub, “…aku merasa seperti sedang bicara dengan teman yang paling kusayangi itu.”

Suho menahan napas, benar-benar terguncang. Detak jantungnya seperti berhenti sedetik, dan tiba-tiba berdetak begitu keras sampai membuat kedua tangannya bergetar hebat. Setelah itu rasanya semua seperti mimpi. Konsentrasi Suho pecah. Dia hanya bungkam seribu bahasa, membiarkan Kris, Steven, dan Kai menyelesaikan semuanya.

***

Jongin yang baru saja melepas lensa kontak hijaunya segera duduk di antara ketiga sahabatnya. Seperti biasa, kamar Joonmyeon yang berada di lantai dua memang paling cocok sebagai tempat berkumpul setelah selesai mengerjakan tugas. Meski bisa dibilang kedatangan mereka di tengah malam tidak sesuai dengan jam bertamu pada umumnya, hal itu tidak pernah mengganggu orangtua Joonmyeon. Kamarnya yang dikelilingi pintu kaca langsung tersambung dengan balkon. Mungkin hanya perlu sedikit kemampuan atletik untuk bisa memanjat ke sana tanpa perlu melewati pintu utama.

Dan jelas itu adalah ide Joonmyeon yang sejak kecil sudah sering melakukan permainan seperti memanjat balkon, pohon, dan atap rumah. Dia juga tidak lupa memaksa tetangga sebelah rumahnya, si Yifan kecil untuk mengikutinya. Sebagai bonus, keduanya pun sukses membuat orangtua mereka  menjerit histeris dan marah besar karena melakukan permainan berbahaya semacam itu. Pada akhirnya ada saat di mana Yifan harus minta maaf berkali-kali pada orang tua Joonmyeon karena yeoja itu terkilir ketika melompat dari pohon. Yah, meski dilihat dari segi manapun sebenarnya Joonmyeon sendiri yang salah menyebabkan Yifan ikut menanggung akibatnya.

“Princess.” Jongin menepuk pundak yeoja itu dengan ekspresi cemas. “Kau baik-baik saja?”

Bukannya menjawab pertanyaan itu, Joonmyeon malah mengalihkan pembicaraan, “Gomawoyo. Tanpa kalian bertiga, aku pasti sudah mengacaukan kasus ini.”

Joonmyeon menghirup napas dalam-dalam, kemudian bersandar pada punggung Yifan yang duduk membelakanginya. Hanya sekilas, Yifan menoleh saat tubuh mereka bersentuhan. Meski sepertinya dia tahu apa yang dipikirkan Joonmyeon, Yifan tetap bungkam dan hanya membungkukkan punggungnya sedikit agar yeoja itu lebih nyaman.

“Apa aku berhenti saja ya bersikap seperti seorang princess?” Joonmyeon tiba-tiba bergumam sendiri.

“Uhuk… uhuk…” Jongin yang sedang menenggak minuman pun langsung tersedak. “M… mworago??”

“Ba… barusan kau bilang apa?!” ulang Sehun, ekspresinya lebih heboh dari Jongin, matanya bahkan melotot tak percaya.

Joonmyeon cuma menghela napas melihat reaksi mereka, “Hei Wufan-ah.” Tanpa mengubah posisi duduknya, dia melirik ke belakang, “Apa menurutmu Tao merasa tidak bisa dekat denganku… karena aku selalu berpura-pura di depannya?”

Masih sambil sibuk menyusun komponen alat-alat canggih yang dia ciptakan, dengan lugasnya Yifan menjawab, “Kau bukan malaikat.”

“Hah?” Joonmyeon sontak tercengang, “Tak perlu kau katakan, aku juga tahu aku ini manusia,” ucapnya sambil melayangkan pandangan bertanya ke arah Jongin dan Sehun, tapi keduanya langsung mengangkat kedua bahu. Sama-sama tidak mengerti.

“Kalau begitu wajar jika ada saatnya kau tidak bisa memahami perasaan orang lain.”

“Bisa bicara pakai bahasa manusia, tidak? Aku sama sekali tidak tahu ke mana arah pembicaraanmu, professor.”

Yifan tersenyum tipis mendengar sindiran sinis itu. Dia akhirnya menghentikan kegiatannya dan berbalik perlahan, menyentuh kedua bahu Joonmyeon dan segera membalikkan tubuh yeoja itu sehingga mereka duduk berhadapan, “Sebagai Guardian, sebagai Princess Kim, atau sebagai Kim Joonmyeon. Dari sekian banyak orang di sekitarmu, pasti ada yang benar-benar bisa melihat dirimu yang sebenarnya. Dan kurasa…” Yifan menggantung ucapannya sebentar, menatap Joonmyeon lekat, “Tao termasuk dalam kategori itu.”

Joonmyeon membalas tatapan Yifan hampa. Sebenarnya dia tidak begitu mengerti. “Jadi menurutmu, image Princess Kim yang kutunjukkan di sekolah bukan alasan yang membuat Tao merasa jauh dariku?”

“Sejujurnya, kau tidaklah cukup pandai berakting, Joonma.” Yifan menjawab dengan senyum tipis, “Paling tidak, itu adalah pendapatku sebagai orang yang sudah mengenalmu cukup lama.”

“Wow!” Jongin tiba-tiba bertepuk tangan, takjub. “Benar sekali!” Seperti baru saja mendapatkan jawaban ujian, dia mendadak berdiri dan memeluk bahu Yifan dengan mata berbinar-binar, “Kau memang paling jago dalam memberikan kesimpulan!”

Sehun yang sejak tadi tidak begitu paham saja ikut heboh, tawanya tiba-tiba pecah akibat kalimat yang diucapkan Yifan. “Joon noona, kali ini kau kalah telak!”

“Mwo?” Hanya Joonmyeon yang benar-benar tak paham. “Kalian ini bicara apa sih?” Seperti menemui jalan buntu, dia masih tidak mengerti maksud ucapan Yifan, dan semakin tidak mengerti dengan reaksi Sehun maupun Jongin yang mendadak terlihat begitu senang dan lega. Seolah-olah menganggap masalah sudah terpecahkan. Bolak-balik Joonmyeon melihat mereka bertiga dan cuma bisa dibuat bingung dengan ekspresi bahagia yang sama sekali tidak sesuai dengan mood-nya sekarang.

“Tidak perlu berpikir terlalu keras.” Yifan yang bisa melihat kebingungan Joonmyeon langsung mengusap kepala yeoja itu. “Ada hal yang hanya bisa diselesaikan dengan kata-kata. Itu yang kau bilang, kan?”

Joonmyeon mengerutkan kening tanpa sadar, merasa desiran halus saat Yifan menyentuh kepalanya. Mendadak saja timbul perasaan aneh yang tidak hanya membuat jantungnya berdetak lebih cepat, tetapi juga memunculkan semburat merah yang membuat wajahnya terasa panas. Cepat-cepat yeoja itu menepuk kedua pipinya, berusaha tetap fokus. “Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan.” Joonmyeon menatap Yifan, Jongin, dan Sehun bergantian, “Tapi… selama ada kalian bertiga, aku pasti bisa, kan?”

Sehun tersenyum miring, yang justru terlihat hangat dan bersahabat, “Apa itu sebuah pertanyaan?”

“Jawabannya sudah pasti tentu saja,” timpal Jongin sambil menepuk dadanya dengan bangga.

Joonmyeon sontak tertawa mendengar candaan mereka berdua, lantas memberikan tatapan penuh arti saat memandangn Yifan yang tersenyum samar padanya, senyum menenangkan yang seakan berkata dia tidak sendirian.

***

“Annyeong, Princess Kim.” Tao duduk di depan yeoja itu, memberikan salam yang selalu diucapkannya saat baru memasuki kelas.

“Annyeong, Tao-ya,” balas Joonmyeon riang.

Kemudian hening. Tao terlihat lebih pendiam, padahal saat bertemu Joonmyeon biasanya dia selalu bercerita panjang lebar tentang apa saja, misalnya menu makan pagi hari ini, kegiatan atletik sepulang sekolah, atau acara TV yang ditontonnya semalam. Namun hari ini ternyata berbeda. Tao menatap Joonmyeon dengan mulut terkunci, seperti ada sesuatu yang ingin dikatakannya, tapi tidak tahu bagaimana cara memulai. Sebaliknya Joonmyeon pun menunggu, dia tidak melakukan apa-apa selain membalas tatapan itu dalam diam.

Tanpa keduanya sadari, dari kejauhan ada beberapa pasang mata yang sudah mengamati mereka sejak tadi. Di samping jendela belakang kelas, ketiga namja itu berdiri dengan santai, seperti sedang menonton adegan dalam sebuah drama.

“Apa yang mereka lakukan?” Sehun menggeleng-gelengkan kepala, tak habis pikir, “Aku sudah tidak tahan lagi.”

“Sampai kapan mereka mau seperti itu?” Jongin ikut menghela napas panjang, “Aku lebih suka melihat mereka bertengkar hebat sampai saling cakar, daripada harus diam membatu seperti itu.”

“Mau taruhan?” Yifan tiba-tiba angkat bicara, melirik kedua sahabatnya.

“Taruhan siapa yang buka suara lebih dulu?” Jongin kelihatan tertarik.

Yifan mengangguk sekali.

“Hmm…” Sehun berdehem, diperhatikannya Joonmyeon dan Tao dengan seksama, “Dari tadi aku lihat Tao sudah menunjukkan gelagat untuk bicara, tapi seperti ada sesuatu yang menahannya. Sedangkan Joon noona…” Sehun terdiam sejenak, berusaha mempelajari situasi yang sedang terjadi di sana. “Melihat wajahnya yang tanpa ekspresi, dia sudah pasti tidak berniat buka mulut lebih dulu.”

“Oke, aku pegang Tao,” sahut Jongin sambil menaikkan kedua alis.

Sehun menganggukkan kepala, sependapat, “Aku juga bertaruh Tao yang buka suara lebih dulu. Tapi…” Dahinya tiba-tiba berkerut, “Kalau kita semua memilih Tao, taruhan ini sama saja tak ada artinya.”

“Kalau begitu…” Yifan langsung menengahi, “Aku bertaruh untuk Joonma,” ucapnya ringan.

“Kau serius?” Sehun sontak mencibir, yakin sekali bahwa kemenangan akan berpihak kepadanya, “Jadi apa taruhannya?”

“Bagaimana kalau yang kalah harus menuruti satu permintaan yang menang?”

“Oke, deal!” Tanpa pikir panjang Sehun dan Jongin langsung setuju.

Hampir bersam

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
cia_ns #1
Chapter 11: omaygat aku baru buka ini lagi dan udh end ternyata hehehe. walaupun aku udh baca versi aslinya dan agak bingung ya soalnya yg aslinya latarnya jepang eh yg ini korea, jadi agak bingung sendiri. but good job!!
chryss2295 #2
Chapter 11: aku nemu ini di FFN, trusgak sabar sama kelanjutnnya...
aku bukan EXO-L tapi aku salut sama ff 1 ini.. daebak baget
keep writing XD
phcxxi #3
Chapter 11: HAIIII AKU GA SABAR NUNGGU DI FFN JADI LANGSUNG CUSS KESINII YUHUUU SEPERTI BIASA SIST INI FF DAEBAK SEKALIII LOPE DEHH <3
lustkai #4
Chapter 11: hi :) aku nemu ini di ffn tadi pagi dan dikatakan di aff udah end malah lol langsung kesini;; sumpah ini keren banget ya as expected jepan !
ddkrisho
#5
Baru tau cerita ini gegara rekomendasi temen dan ternyata WAAAAAA KEREN BANGEEEET! jadi penasaran sama novel aslinya deh ;3 ehiya maaf ya thor, baru comment disini, padahal gue juga baca amazing guardian yang pertama hehe;3
CrystiaBell #6
keren banget :3 btw gua punya novel aslinya dari ran orihara :v
HyewonB #7
Hii reader baru disini kekeke salam kenal all. Btw ini ff nya kereennn
YudaSONE #8
Chapter 11: Huahh akhirnya selesai!! Bikin sequel please.....
YudaSONE #9
Chapter 11: Huahh akhirnya selesai!! Bikin sequel please.....
YudaSONE #10
Chapter 11: Huahh akhirnya selesai!! Bikin sequel please.....