Selamanya

2PM "Crying Challenge"
Please Subscribe to read the full chapter

Selamanya

(Ununjang)

Cast: Nichkhun, Wooyoung

 

 

Selamanya

 

Memelukmu seperti ini tak ingin ku lepaskan

Walau sedetik saja

Tak akan pernah

 

 

 

Wooyoung memandang lurus pada gelapnya malam, menyaksikan bagaimana jilatan ombak menerjang batuan karang yang berdiri dengan tanguhnya. Ia berdiri di balkon lantai dua rumahnya. Bersandar pada pinggiran pintu yang menghadap ke lautan lepas. Angin malam terasa semakin dingin membelai lembut tubuhnya, angin musim dingin. Ia mengusap – usap lengannya mencoba mengusir dingin yang seakan memeluk erat tubuhnya.

 

 

“Aku mohon berhenti Uyoungie~, berhenti menyiksa dirimu sendiri,” Wooyoung tertunduk, mengabaikan setiap kata yang keluar dari bibir pemuda di hadapannya.

“Kau bisa mendapatkan orang yang jauh lebih baik darinya, yang bisa membalas perasaanmu,” Wooyoung menutup erat matanya dan menggeleng.

“Tak akan pernah,” lirihnya.

“Ayolah Wooyoyng~ah. Apa kau sudah gila?” Wooyoung mengangkat wajahnya, memberikan pemuda itu tatapan tajam.

“Iya. Aku memang sudah gila, jadi berhentilah membujukku untuk menyerah Junho~Ssi. Karena aku tak akan pernah menyerah,” tegasnya kemudian berlalu pergi meninggalkan pemuda yang terus saja menyuruhnya untuk menyerah.

Wooyoung tak akan pernah melakukan itu, tidak sekarang, tidak esok dan kapan pun. Karena, selamanya hatinya hanya untuk orang itu, dan tak akan pernah terganti.

 

 

Wooyoung menyerah, menyerah pada dinginnya malam, pada kesunyian yang seakan terus menghantuinnya. Ia menoleh ke dalam ruangan itu, untuk sekedar melihat orang yang ia cintai tertidur lelap.

 

“Tidurmu benar – benar lelap hyung. Kau bahkan tak menyadari keberadaanku,” monolog Wooyoung, sedikit cemberut dan merajuk.

 

Wooyoung menutup pintu balkon, membenarkan letak gorden yang sedikit bergeser tertiup angin. Wooyoung berjalan pelan berusaha untuk tak membangunkan pemuda sedang tertidur pulas itu. Ia membaringkan tubuhnya di samping pemuda itu dengan posisi miring dan lengannya ia jadikan bantal. Ia terus memandangi pemuda itu tanpa berniat mengusik tidurnya.

 

“Hyung boleh aku memelukmu? Aku tidak bisa tidur,” pintanya lirih yang tak kunjung juga mendapat jawaban.

 

Ia menggeser tubuhnya, meletakan kepalanya di bahu pemuda itu seraya melingkarkan tangannya pada pinggang pemuda  itu. Diam, tak bergeming, tak ada respon yang diberikan oleh pemuda yang kini ada dalam dekapan Wooyoung.

 

Wooyoung menghirup dalam aroma tubuh pemuda yang ia cintai, mendengarkan dengan seksama detakan jantung orang yang ada dalam dekapannya, seakan sebuah nyanyian pengantar tidur untuknya. Ia melirik sekilas pemuda yang tidur dengan damai itu seraya tersenyum.

 

“Good night hyung~” bisiknya. Ia memeluk erat tubuh itu. “Percayalah, aku tak akan pernah menyerah,” lanjutnya meyakinkan. Matanya mulai sayu dan lemah, deru nafasnya mulai terdengar teratur dan tak lama kemudian dia terpejam sempurna.

 

 

 

 

Selamanya

 

Menatapmu sedekat ini tak ingin ku berpaling

Walau sesaat saja,

tak akan pernah

 

 

 

Wooyoung sedikit kerepotan dengan nampan yang berisi baskom dan handuk bersih ditangannya saat hendak membuka pintu kamar itu.

 

“Aaah~ akhirnya,” serunya.

 

Ia berdiri di ambang pintu kemudian tersenyum, “Kau belum bangun juga hyung?” ia kembali bermonolog. Ia meletakan baskon yang berisikan air hangat di meja nakas juga handuk bersih baru kemudian berjalan untuk membuka pintu balkon dan menyibak gorden yang masih tertutup rapat. Udara sejuk berlomba masuk ke dalam ruangan itu saat pintu balkon akhirnya terbuka. Aroma laut menyambut indera penciumannya, kicauan burung dengan background deburan ombak turut serta menyambut Wooyoung pagi itu.

 

“Sekarang musim dingin hyung, tak akan banyak sinar yang akan mengganggu tidurmu. Tapi, mungkin udaranya akan sedikit dingin,” monolognya lagi. “Tapi tenanglah, aku sudah membuatkan sweater hangat untukmu,” lanjutnya.

 

 Wooyoung duduk di samping ranjang dan mulai memasukan handuk bersih itu kedalam baskon, memerasnya dan mulai membersihkan lengan pemuda yang masih saja tidur tanpa berniat menyambut Wooyoung dengan senyuman hangat. Wooyoung mengusapkan dengan pelan, tangan, dada, leher, dan juga wajah pemuda itu. Tak ada bagian pun yang terlewatkan, ia menggantikan pakaian hangat mengingat ini adalah musim dingin.

 

“Nah~ sudah selesai,” serunya.

 

“Kau benar-benar tampan hyung. Kau curang. Bahkan saat tertidur kau tetap terlihat lebih tampan dariku,” lanjutnya dan tak lupa ia mengerucutkan bibirnya lucu.

 

Ia kembali memandang pemuda itu, jarinya menyusuri wajah pemuda itu. Dahi, alis yang tebal, kelopak mata, bulu mata yang lentik, hidung yang mancung, bibir yang y. Matanya terus merekam orang yang masih saja tertidur itu, tak pernah merasa jenuh.

 

“Kau sempurna hyung,” lirihnya. Ia menggenggam tangan pemuda itu dan menempelkan pada pipinya.

 

“Aku merindukanmu,” bisiknya lirih.

 

“Yack… Baby, apa yang kau lakukan?”Wooyoung hanya terkekeh sambil terus menyemburkan biji – biji semangka ke wajah pemuda dihadapannya.

“Yack… berhenti! Bukan begitu caranya makan semangka Uyoungie~” pemuda itu mulai melindungi wajahnya dengan lengannya.

“Baby hentikan! Atau…”kalimat itu menggantung meninggalkan sebuah tanda Tanya.

“Apa?” tantang Wooyoung.

“Apa yang akan kau laku-Mmmph…”tangannya tertarik, pemuda dihadapannya mempertemukan bibir mereka, mengklaim bibir Wooyoung tanpa seizing pemiliknya.

Wooyoung berusaha berontak, namun cekalan tangan itu begitu erat – ia seakan tak punya tenaga-.

Apa ini? Hati, otak dan tubuhnya berkata lain. Tubuhnya tak mengindahkan apa yang diperintahkan otaknya. Matanya perlahan terpejam, bibirnya bergetar menikmati setiap hisapan lembut pemuda yang telah mengklaimnya sebagai “My one & only Huswife” di hari pernikahan mereka. Pernikahan yang sejujurnya tak pernah Wooyoung inginkan.

Tautan bibir itu terlepas, menyisakan benang saliva diantara mereka. Wooyoung masih memejamkan matanya seraya menormalkan deru nafasnya. Bibirnya sedikit bengkak dengan wajah yang merona hebat. Dengan perlahan ia membuka matanya.

“Hah… mengapa kau tersenyum?” deru nafasnya belum terlalu normal, namun situasi ini tak boleh terus berlanjut.

“Menikmatinya?”

“Tch… Jangan mimpi, kau yang dengan paksa menciumku Tuan Nichkhun Buck Horvejkul,” ujar Wooyoung sarkatis, ia mengusap kasar bibirnya.

“Tapi pipimu memerah.”

“Oh ayolah Khun. Itu karena aku kehabisan nafas, berhenti berkhayal,” Wooyoung memutar matanya jengah.

“Dan berhenti memandangku seperti itu, menjijikan. Kau tahu, aku sangat membenci.”

“Aku juga sangat mencintaimu Jang Wooyoung, my one & only huswife.”

“Yack..” Wooyoung menghentakan kakinya lalu beranjak meninggalkan Nichkhun yang tertawa bahagia.

Wooyoung menyentuh dadanya, mengapa setiap kata yang keluar dari mulutnya selalu bertentangan dengan hatinya?

 

 

“Aaah~” Wooyoung menyeka satu tetes air mata dipipinya.

“Hehehe… Mataku sedikit berair hyung,” kilahnya. Air matanya kembali keluar mencumbu pipi chubbynya tanpa seizinnya, ia membekap mulutnya dengan tangannya, berusaha meredam suara yang akan keluar.

 

Matanya tetap terpaku pada Nichkhun yang berhasil membuatnya jatuh cinta, walau sering kali Wooyoung menyangkalnya. Ia begitu merindukan pemuda yang masih saja terbaring lemah di ranjang mereka. Tak ada lagi senyuman hangat yang selalu menyambut paginya selama 4 tahun belakang ini paska kecelakan maut itu terjadi.

 

Ini salahnya, pertengkaran itu seharusnya tak terjadi. Salahkan hati, otak dan mulutnya yang selalu berkata lain, yang selalu mengingkari bahwa ia juga mencintai Nichkhun. Andai saja ia bisa jujur, dan tak membuat Nichkhun mengendarai mobil mereka dalam keadaan marah, tentu kecalakan itu tak pernah terjadi.

 

“Aku begitu merindukanmu hyung,” akunya lalu kembali terisak.

 

Pagi ini Nichkhun pergi tanpa membangunkan Wooyoung terlebih dulu, memberikan senyuman hangatnya dan membuatkan sarapan un

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Nunneo74
#1
Chapter 3: ♦♦ : angst klise, tapi setidaknya bisa membuat saya merasakan sakit hati si tokoh
Mrs_Jang #2
Chapter 3: ◆◆◆
Uyounggie
#3
Chapter 5: Cup yg ini.. dibuat panjang donk...!! Sedihhh bangettt
vickywahyu #4
Chapter 11: Udah diumumin ya/? Humm
Bikin lagi donk admin semuanya. Seru lhoo :D
Hehe~ #peace
ShinPM98
#5
Chapter 5: Super angst for me...i want a sequel ㅠ.ㅠ
cnl_keykhun40
#6
Chapter 7: ♦♦
Jadi.. si nichkhun gak tahu kalau Wooyoung suka sama dia? astaga~ dia selalu kasihan :(
bisa gak gantian Nichkhun yang sengsara? kebanyakan Woo yang menderita. kan kasihan :(
cnl_keykhun40
#7
Chapter 6: ♦♦ Ohh.. wooyoungie kasihan :( kok kebanyakan wooyoung yang tersakiti ><
cnl_keykhun40
#8
Chapter 5: ♦♦
ahh.. gantung sekali >< pengen ada sequel. kasihan banget si woo.. khun gak peka, nyebelin.. Oh.. jadi galau ><
cnl_keykhun40
#9
Chapter 4: ♦
mianhae.. sebenarnya idenya bagus dan sedikit ekhm.. , aku tidak terlalu suka. gak nge feel ._.
cnl_keykhun40
#10
Chapter 3: ♦♦♦
Gak hampir nangis sih.. Tapi hatiku hampir remuk kayaknya/?
Nice story..
Kasian banget si wooyoung. Harusnya ada nichkhun disana yang akan jadi bintang untuk menemani woo yg menjadi bulan. Ohh.. Pasti lebih sweet..
But its good job..