By My Side [Chen/OC]

EXO 12 Love Stories Relay

By My Side

 


 

 

Jongdae menutup kedua telapak tangannya, menutup mata dan mulai berdoa. Ini adalah hari ke-100 setelah kematian ayahnya. Tuhan, tolong lindungi ayah di surga sana... tolong beri aku kekuatan untuk mengurus Mom dan adik-adikku. Amen. Sesaat Jongdae menggumamkan ‘Amen’, ponsel-nya berkedip-kedip, mengeluarkan suara-suara yang membuat jemaah lain di gereja menatapnya sebal. Jongdae buru-buru membuka ponselnya.

Beberapa chat masuk ke akun LINE-nya.

 

Bacon: Jongdae-ya! Eodi?

 

Bacon: jawab aku, saekki-ya!

Bacon: karaoke yukkkk!! Bacon sent you a sticker

Bacon: Bacon sent you a sticker

Bacon: Karaoke karaoke karaoke! Aku juga akan ajak Chanyeol~

Bacon: Jawab aku... Jongdae-ya TT_TT

 

Jinjja, semuanya dari Baekhyun! Dasar pria gila, batin Jongdae. Dengan helaan napas, ia mengetik balasan kepada Baekhyun.

 

Chen: shikkeuro i-saekki-ya! Ya, aku sibuk. Aku akan karaoke lain kali.

Bacon: Kenapa kau menjauh dariku, Jongdae-ya! Kau sibuk apa? Skripsimu kan sudah selesai! Sidangnya juga masih lama, kan?

Chen: dasar kelas kepala. Intinya aku sibuk. Nanti kuhubungi lagi.

 

Jongdae menghela napas. Teman satu fakultasnya itu memang sedikit berisik. Baekhyun gampang sekali bosan, jadi sering sekali mengajak Jongdae kemana pun atau hanya sekedar karaoke (semenjak mereka sangat suka bernyanyi).

Jongdae memang sibuk. Kini ia sedang kerja part-time disebuah Restoran menjadi seorang waiters. Semenjak kematian ayahnya, otomatis Jongdae yang menjadi tulang punggung keluarga. Setelah dari gereja ini pun Jongdae akan pergi ke tempat ia bekerja.

Well, saatnya... uh?

Langkah Jongdae terhenti saat berhadapan dengan seorang gadis.

“Lee Sora?”

 

 

 

Karena pertemuan tidak sengaja itu, mereka kini duduk di kursi taman di depan Gereja. Sebuah kebetulan, Sora datang untuk beribadah juga. Ia memakai baju serba hitam, matanya juga sembab.

“...tadi pagi, Ayah baru saja meninggal.”

Mendengar hal itu, Jongdae jadi tidak enak, “Ugh, i’m sorry to hear that.”

Sora meremas gaun hitamnya, lalu mulai terisak. Cukup keras, membuat Jongdae bingung setengah mati. “Sora-ya... Ya Lee Sora!”

 

 

 

Sora pun menceritakan semuanya. Kini ia sudah tidak punya siapa-siapa lagi. Ibunya meninggal saat ia berumur 10 tahun, dan selama ini hanya tinggal bersama sang Ayah. Ia tidak tahu harus kemana, karena ia tidak tahu siapa lagi keluarganya.

“Yang datang ke pemakaman hanya rekan kerja ayah. Salah satu temannya adalah polisi. Dia bilang, ia akan mencari keluargaku yang lain.”

“Jadi sekarang kau sendirian di rumahmu?”

Sora mengangguk pelan.

“Uh... kau punya teman kan? Menginap saja dulu... atau...”

“Tinggal sendirian tidak masalah, tapi... aku... tidak punya uang lagi.”

Jongdae menaikkan alisnya, “Eh? Tabungan? Uang ayahmu...”

Sora memainkan tangannya lesu, “Mendengar ayah meninggal, dua orang datang ke rumah. Mengobrak abrik rumah. Katanya mereka adalah rentenir. Ternyata ayah punya utang yang besar sekali. Ka... katanya... aku harus membayarnya... ka... katanya... jika aku tidak bayar dalam waktu 2 bulan aku... aku...” pundak gadis itu bergetar, matanya berkaca.

“Kau...?”

“Aku akan diambil oleh mereka...”

Mendengar hal itu, Jongdae terlihat marah. “Ya! Itu tidak boleh terjadi!”

“Aku juga tidak mau! Apa yang harus kulakukan, Kim Jongdae?”

Jongdae menggosok dagunya. Berpikir. Hmm...

 

 

 

Sora diajak Jongdae ke sebuah restoran di daerah Garosugil. Gadis itu hanya diam mengikuti Jongdae. Mereka masuk, lalu bertemu seorang pria dengan umur sekitar 40-an.

“Tambahan pekerja?” tanyanya. Jongdae mengangguk.

“Mm. Ini Lee Sora, temanku. Ia... sangat, sangat membutuhkan pekerjaan.”

Bos Jongdae menatap Sora dari atas sampai bawah, “Hm, kau cukup cantik. Lee... Sora, ya? Apa kau berpengalaman dalam melayani orang?”

Wajah Sora memerah, “EH?! A—apa maksudnya?! Kim Jongdae!”

Mereka berdua terbahak. “Huahaha! Kau lucu sekali! Aku suka, aku suka.” Kekeh Bos Jongdae. Jongdae menahan senyumnya,

“Maksud Han Sajang menjadi waiters.”

Sora malu, “O—oh... i...itu, ya? Hahaa... be... belum...”

Han Sajang, bos dari Jongdae menghela napas, “Hmm... bagaimana ini? Aku tidak bisa memperkerjakan pemula sepertinya.”

Sora tampak kecewa. Jongdae melontarkan protesnya, “Tolonglah, Han sajang!”

Sora maju lalu membungkuk, “T—tolong terima saya! Sa...saya akan berjuang keras! 2 bulan. Hanya dua bulan. Jika anda tidak puas, aku akan keluar. Tapi, tolong, hanya dua bulan.” Pinta gadis itu serius. Jongdae tersenyum samar.

Han Sajang mengangguk, “Baiklah... karena aku suka kau, kau boleh bekerja disini. Dua bulan, kan? Kim Jongdae! Karena kau yang membawanya kesini, ia jadi tanggung jawabmu, ya.”

Jongdae pun menyanggupi. Sora memekik senang, lalu mengatakan terima kasih pada Bos barunya, juga Jongdae.

Karena Sora baru diperbolehkan bekerja besok, ia kini duduk di salah satu meja, memperhatikan Jongdae yang bekerja. Jongdae bilang, watch and learn. Sora menjadi tahu garis besar pekerjaannya. Mencatat pesanan pelanggan, mengantar pesanan, mengepel, mencuci piring, jika lembur, menutup toko.

Jongdae menatap jam tangannya, sudah sore. Sora mungkin sudah pulang, batinnya. Tepat jam 7, Jongdae menyelesaikan tugasnya. Saat keluar dari dapur, ia melihat Sora yang masih duduk di meja paling ujung. Terkantuk-kantuk. Sempat kaget, tapi Jongdae mengulas senyumnya.

Jongdae mendekat, lalu menyentuh gadis itu.

“Lee Sora...”

Mata Sora langsung terbuka, “Eh! Kau sudah selesai!?”

“Mm. Baru saja. Kenapa masih disini? Kukira kau sudah pulang.”

“A... aku menunggumu.”

Jongdae blushing, “Me..menungguku? untuk apa?”

“Entahlah, hehe... geunyang...”

Jongdae tersenyum lembut, “Sudah malam, ayo pulang. Dimana rumahmu?”

 

 

 

Sora merapikan rambutnya sekali lagi. Ini adalah hari pertamanya bekerja. Entah kenapa, ia jadi memperhatikan penampilannya. Mungkin... karena ia akan bertemu Jongdae? Sora menggeleng keras, Lee Sora, fokus! Kau kesana untuk bekerja!

Saat Sora sampai, Jongdae menyuruhnya mengganti bajunya dengan baju waiters ala restoran itu. Untuk perempuan, memakai kemeja putih, celana ¾ berwarna cream dan apron hitam dengan logo restoran di sebelah kanan atas.

“Makanan meja 12 sudah siap!”

Jongdae menoleh, “Ah, ini giliranmu. Antar makanan ini ke meja 12, ya! Ingat, meja 12! Pelan pelan saja.” Jongdae mendorong gadis itu. Kini Sora berhadapan dengan nampan yang berisi kepiting pedas manis dan segelas lemon tea.

Saat memegang nampan, Sora bergetar. Ia takut sekali menjatuhkan pesanan orang. Dengan langkah pelan, Sora menuju meja 12. Disana sudah ada wanita dengan seorang pria yang sedang asyik mengobrol.

“Pe...pesanan datang...” kata Sora kaku. Ia menaruh kepiting dengan mulus, tapi saat menaruh lemon tea...

Byur! Jatuh mengenai baju si wanita.

“YA!”

“Ma—maaf! Akan kubersihkan itu!” ia pun mengambil tisu dan mencoba mengelap baju sang wanita, tapi sang wanita itu menepisnya lalu berdiri.

“Dasar kurang ajar! Kau tahu ini baju harganya berapa! Kau pelayan baru, ya! Dasar kenapa restoran memperkerjakan dia!” saat wanita itu mau menyiram Sora dengan lemon tea yang tersisa, tangan wanita itu ditahan oleh sebuah tangan. Sora mengintip, Kim Jongdae!

“Nona, tolong hentikan. Jika kau meneruskannya, kau tahu kau menjadi tontonan banyak orang.”

Wanita itu melihat sekitarnya, dan benar. Ia menjadi pusat perhatian.

“Aku tidak peduli!”

“Nona, tolong. Maafkan pelayan baru kami. Ini salahku. Aku yang bertanggung jawab akannya. Aku akan membayar semua kerugiannya. Aku akan ambilkan minuman yang baru. Dan... pesanan kalian hari ini, gratis.”

Sora menatap Jongdae, “J—jongdae-ya...” Jongdae hanya menatap Sora dengan tatapan percaya-saja-padaku.

“Ah, maaf... maafkan istriku, ya. Baiklah, kami menerima ganti rugimu.” Kini sang suami dari wanita itu bertindak.

“Maaf mengganggu kenyamanan anda.” Jongde dan Sora membungkuk, lalu pria itu menarik Sora ke dapur.

“Jongdae-ya! Kim Jongdae!” kata Sora saat sampai dapur.

“Ada apa?”

“Kenapa kau melakukan itu? Ini salahku!”

“Tidak apa-apa. Ini terjadi di setiap karyawan baru, kok. Kau tunggu disini saja, ya. Cuci piring. Biar aku yang melayani mereka.”

Seakan tidak ada pilihan lain, Sora menurut.

 

 

 

Karena kejadian epic waktu itu, Sora jadi dimarahi oleh Han sajang. Jongdae juga jadi kehilangan uang sakunya selama 1 minggu untuk membayar ganti rugi. Sora berjanji akan mengganti uang itu. Karena tidak ingin mengulang kejadian yang sama, Jongdae pun mengajari 1001 trik untuk menjadi waiters yang baik.

Dari belajar membawa nampan, mengepel, mengelap meja, bahkan etika saat bertemu dengan pelanggan. Jongdae mengajari Sora dengan sangat baik. Jongdae senang dengan acara mengajar ini, karena Sora begitu lucu, polos dan kikuk. Kegiatan ini juga... membuat mereka semakin dekat.

Ini sudah satu bulan Sora bekerja. Jongdae yang sedang istirahat, memperhatikan Sora yang kini sedang melayani seorang keluarga besar. Kau sudah belajar banyak, Lee Sora. Good Job.

Sora dan Jongdae kebagian shift malam. Artinya, mereka yang akan menutup restoran dan membereskan semua isinya.

“Hufh!” Sora duduk di salah satu kursi dan mengelap keringatnya. “Selesai!”

Jongdae mengangguk, “Yooosh! Sudah selesai! Saatnya menutup toko!”

“Aku bantu!” kata Sora sambil menghampiri Jongdae yang kini menutup semua jendela restoran. Jongdae menoleh karena sadar gadis itu terus saja menatapnya saat menutup jendela-jendela itu.

“Lee Sora, kenapa kau menatapku seperti itu?”

“Benarkah? Ahaha! Begitu ya?”

“Apa ada sesuatu di wajahku?”

“Enggak kok! aku tidak percaya saja... bagaimana jika saat itu aku tidak bertemu denganmu?”

Ah, pertemuan itu. Jongdae ingat sekali.

“Kita bertemu di gereja, tepat saat aku berdoa pada tuhan. Apa kau tahu aku berdoa apa?” ucap gadis itu. Jongdae menunggu kelanjutannya. “Aku berdoa... agar diturunkan seseorang yang akan disampingku selamanya, karena ayah sudah tidak ada. Dan aku tahu saat itu, Tuhan menjawab doaku.”

Jongdae mengerjap, “Jadi... siapa...”

“Tentu saja kau, Kim Jongdae! Kau selalu disisiku selama ini. Jika bukan kau, aku tidak tahu bagaimana aku sekarang. Terima kasih, ya.”

Jongdae blushing, “Ahaha, apa yang terima kasih... hahaha... bukan apa-apa kok.”

Riiing! Ponsel gadis itu berbunyi.

“H—halo? Oh! Paman! Ya? Apa? Paman menemukan keluargaku!? Oh? Keluarga jauh? Begitu? Mm, arasseo, paman. Eung!”

Jongdae menatap Sora yang kini sangat senang. “Jongdae-ya!”

“Ada apa, Sora?”

“Mereka menemukan keluargaku. Mereka saudara jauh ayah. Kata paman, mereka besok mau kesini.”

Jongdae tersenyum, “Wah, syukurlah. Kalau begitu, kau tidak akan sendirian lagi, kan?”

“Mm!”

 

Karena satu dan lain hal, besoknya restoran tutup. Han Sajang menyuruh Jongdae untuk tidak membuka restoran. Jongdae agak bersyukur karena ia butuh hari libur. Tapi anehnya, Jongdae malah bosan di rumah terus. Ia jadi teringat ajakan Baekhyun waktu itu. Apa aku ajak saja karaoke hari ini ya?

Jongdae membuka LINE-nya, lalu mencari nama Bacon di daftar kontak. Saat mau mengetik, satu chat masuk. Dari Lee Sora.

 

Sora: Jongdae, eodiya? I need you.

Chen: Kau dimana sekarang?

Sora: taman depan gereja... cepat, jongdae-ya.

 

Melihat itu, Jongdae buru-buru mengambil jaketnya dan menyetop bus ke arah taman di gereja tempat mereka bertemu.

 

 

 

Jongdae terengah-engah, tapi juga lelah. Ia kira, terjadi sesuatu pada gadis itu. Sora duduk di bangku taman dengan wajah tertunduk. Tangannya tidak bisa diam. Ia... terlihat cemas.

“Lee Sora!” Jongdae langsung duduk di sebelah gadis itu. “Kukira ada apa... kenapa kau mengajak bertemu? Bukankah hari ini kau akan menemui keluarga jauhmu itu?”

Sora menatap Jongdae dengan sedih. “Me...memang. Sudah... tapi...”

“Tapi?”

Sora pun menceritakan semuanya. Ia sudah beremu dengan saudara jauh-nya. Dia adalah keponakan dari adik Ayah Sora. Mereka bersedia menampung Sora, tapi dengan satu kondisi. Sora harus meninggalkan Seoul. Saudaranya itu tinggal di Pyongyang, Korea Utara.

“Ko... Korea utara? Jinjja?!” Jongdae terlihat kaget.

“Iya... jika aku ikut mereka... aku akan meninggalkan Seoul. Kuliahku. Restoran. Teman-teman. Juga... Kim Jongdae... Jongdae-ya, eottokhae? Aku tidak mau meninggalkan Seoul... tidak mau...” gadis itu mulai terisak. Awalnya ragu, tapi Jongdae pun memeluk gadis itu. Membiarkan gadis itu menangis di dalam pelukannya.

 

 

 

2 bulan sudah berlalu. Gaji Sora selama dua bulan bekerja memang tidak cukup untuk menutupi utang Ayahnya, tapi saudara jauh dan paman teman Ayah akan membantu sedikit demi sedikit. Sang rentenir pun setuju akan hal itu. Kini Sora datang ke restoran tempat ia bekerja. Jongdae belum datang karena masih ada kuliah.

“Apa? Resign?” Han sajang menaikkan alisnya kaget. Sora mengangguk.

“Iya. Sesuai janjiku, hanya dua bulan.” Kata Sora. Han sajang menghela napas,

“Tapi kau bilang jika aku tidak suka, aku boleh memecatmu kan? Tapi aku suka pekerjaanmu! Semenjak ada kau, banyak pelanggan datang.” Itu memang benar, Sora tahu dari Jongdae. Katanya, jadi banyak cowok-cowok yang ingin melihat Sora.

“Tapi bagaimana, aku harus pindah... akhirnya aku menemukan salah satu keluargaku.”

Han sajang sudah tahu tentang permasalahan gadis malang ini. “Begitu? Kudengar di Pyongyang, ya? Korea utara... kau sungguh mau kesana?”

Sora mengangguk pelan. “Eum.”

“Bagaimana dengan kuliah, teman-teman... pekerjaan...”

“Mereka bilang aku bisa bekerja disana, mereka punya satu bisnis keluarga. Mereka juga bilang... aku bisa menikah disana juga. Walaupun korea utara menyedihkan, tapi katanya cukup menyenangkan.”

“Aku khawatir, Sora-ya. Kau bisa-bisa diikutsertakan dalam perang! Kau tahu Korea Utara seperti apa, kan?”

“Aku tahu... tapi... demi keluarga, juga aku...”

“Hhh... baiklah, jika itu maumu. Wah, pasti aku akan merindukanmu... Jongdae juga pasti—“

“Han sajang. Aku punya satu permintaan lagi.”

“Apapun itu, dear...”

Sora menghla napas, “T—tolong... jangan beritahukan hal ini pada Jongdae.”

 

 

 

Sora duduk di ruang tunggu bandara dengan tatapan kosong. Tangannya memegang tiket dan paspor, di sebelahnya sudah ada saudara jauh yang kini sedang berbincang dengan teman Ayahnya Sora.

“Sora akan suka tempatnya, pasti. Kau tahu, Pyongyang tidak begitu buruk. Kami akan mengurus Sora dengan baik. Ya kan, Sora?”

Sora tersadar, lalu menoleh, “Eh...? eh, iya...”

Teman Ayahnya menatap Sora khawatir, “Kenapa wajahmu, Sora? Kau pucat sekali. Kau yakin ingin ke Pyongyang?”

“Mm, paman. Ini kan pilihanku.”

Saudara jauh Sora menatap jam, “Oh! Sudah waktunya. Ayo, Sora. Bawa barangmu.”

Dengan lemas, Sora memakai ranselnya, lalu menarik kopernya di bantu oleh teman sang Ayah.

“Sora-ya, kau selalu melihat ke gerbang luar. Ada apa? Ada seseorang yang kau tunggu?” tanya sang paman. Kim Jongdae... bantinnya.

“Ah, tidak kok paman. Aku... aku hanya ingin menikmati saat-saat terakhirku di Seoul.”

Paman hanya tersenyum miris, “Hati-hati. Kirimi aku pesan jika kau sudah sampai disana.”

“Mm.”

Saat Sora sudah berjalan, ia mendengar seseorang memanggil namanya. Sora menoleh, dan tidak percaya siapa yang ada disana. Kim Jongdae. Tidak hanya itu, ia bersama Han sajang.

“K—Kim Jongdae! Han sajang!”

“Lee Sora! Kogi isseo! Please, jangan pergi.”

Paman mendekati Jongdae, “Ya, kau siapa menyuruhnya tidak pergi!”

“A—aku yang bertanggung jawab akan Sora!” kata Jongdae mantap, membuat gadis itu menjatuhkan paspor dan tiketnya. Saudara jauh menatap Jongdae aneh,

“Bertanggung jawab atas Sora? Kami keluarganya, kami akan membawanya ke Pyongyang.”

“Aku tahu, aku tahu. Tapi Sora tidak pernah menginginkannya!”

Paman dan sang saudara kini menatap Sora. “Benarkah itu... Sora?”

Sora menggigit bibirnya, “Be...benar...”

“Sora memilih ikut kalian karena tidak ada pilihan lain. Tapi... Sora bisa tetap tinggal di Seoul. Aku yang akan menjaganya. Aku yang akan mengurusnya.”

Han sajang mengangguk, “Ya! Benar! Sebagai bos-nya Sora, aku tidak rela kalian mengambil karyawan terbaikku. Aku juga akan menjaga Sora dengan baik. Kalian tidak perlu khawatir.”

Sora menatap mereka berdua haru. Paman menatap Sora,

“Bagaimana, Sora? Apa kau akan tinggal disini?”

Sora menatap saudara jauhnya, “J...jika aku tinggal di Seoul... apa tidak apa-apa?”

Saudara Sora tersenyum, “Yah, well, jika maumu begitu. Walaupun aku menyarankan untuk ikut ke Pyongyang. Tapi, tidak apa-apa. Kau yakin kau bisa menjaga dirimu sendiri?”

Sora mengangguk yakin, “Mm!”

Sang saudara menghadap Jongdae dan Han sajang, “Kalian harus berjanji untuk menjaga Sora. Jika kalian menyakitinya, aku akan bawa Sora langsung ke Pyongyang. Jika ada apa-apa, tolong hubungi kami.”

“Pasti.” Jongdae mengangguk.

 

 

 

Kini Paman, Han sajang, Sora dan Jongdae melambai pada saudara jauh Sora yang kini mau masuk pesawat. Sora sudah mantap dengan pilihannya. Ia tidak takut lagi sendirian. Ia punya Paman, punya Han sajang, juga punya... Jongdae. Lebih baik disini. Selama Jongdae ada disini, tidak ada yang perlu aku takutkan...

“Hey, Lee Sora”

“Mm?”

“Mulai sekarang aku yang akan menjagamu. Dan jangan sekali-kali pergi tanpa pamit seperti tadi.”

Sora mengangguk, lalu mengeratkan tangannya pada tangan Jongdae. “Mm!”

 

 


 

 

AAAAAA panjang sekali ini (terhitung ada 2000+ kata)

awalnya mau dibagi menjadi dua part, tapi.... ya sudahlah hehehe

by the way, di AFF FF chen dikit banget ya, semoga ini bisa membantu ^^

wait for the next episode ;)

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
mika_lou #1
Chapter 3: Krismi ❤
Mutingiss #2
Chapter 1: hiyaaa! ini singkat tapi sweet bangeeeett!! aku sukaa
AriesRising
#3
Chapter 4: This is so good! I rarely read ff in bahasa, but this one was written cleverly.
Well done!
Sehooney
#4
Chapter 9: yeah chorong sama d.o, bikin lanjutannya dong author atau ga bikin pairing baru lagi buat chorong hihi ^^
erikakook #5
Chapter 8: harusnya ada ceritanya chorong sama siapa gitu