Pair of Shoes [Luhan/OC]

EXO 12 Love Stories Relay

Pair of Shoes

 


 

 

Luhan baru saja menutup toko sepatunya. Pria berwajah baby face ini memang punya toko sepatu sendiri di distrik Hongdae. Karena ini sudah pukul  9 malam, saatnya tutup. Tangannya menjinjing sebuah bungkusan berwarna biru muda, isinya sebuah kitten heel yang baru saja ia perbaiki atas seorang temannya. Kim Minseok, kau ini ada ada saja. Memberi sebuah heel pada spesialis sepatu pria sepertiku, batinnya geli.

Salah satu kebiasaan Luhan adalah berjalan santai pada malam hari setelah pulang bekerja. Walaupun apartementnya agak jauh, tapi ia lebih suka menikmati malam hari kota Seoul dengan berjalan kaki. Begitu nyaman, begitu tenang—

Gubrak!

Luhan terjatuh saat seseorang yang berlari ke arahnya. Bungkusan biru muda itu pun jatuh di jalan, berserakan dengan bungkusan yang lain. Lebih tepatnya, belanjaan seorang wanita.

“Omo! Aigoo, aigoo, maaf, maaf!” wanita yang menabrak Luhan panik sendiri. Luhan yang ditabraknya tidak diperhatikan, wanita itu malah sibuk membereskan belanjaannya yang berserakan dimana-mana.

“A..anu, nona...”

“Ya tuhan, bisakah kau membantuku?! Aku buru-buru!”

Luhan mengerjap. Aish! Wanita ini... kasar sekali!

“Hey, nona! Kau yang menabrakku tadi!”

“Oh please, maafkan aku tapi aku yang dirugikan disini!” wanita itu mengambil semua belanjaannya dan beridiri.

“Kau—“

“Maaf tuan, tapi aku benar-benar sedang buru-buru. Maafkan aku!” dengan cepat, gadis itu berlari meninggalkan Luhan yang berdiri dengan wajah bingung. Setelah agak jauh, wanita itu langsung masuk taksi.

Luhan geleng-geleng kepala. Ckck, wanita jaman sekarang. Lihat belanjaannya. Banyak sekali. Dasar buang-buang uang...

Luhan pun sadar akan sesuatu. Bungkusanku! Bungkusanku, mana?! Batinnya panik. Di jalan sudah tidak ada lagi bungkusan biru berisi kitten heels milik (temannya) Minseok. Memori 5 menit yang lalu pun berputar di kepala Luhan. Wanita itu...! belanjaannya! Pasti bungkusan Luhan terbawa oleh wanita itu karena dikira belanjaannya.  Luhan mengumpat, Aish, bagaimana aku bisa mendapatkannya kembali?! Aku tidak kenal—

Langkah Luhan terhenti saat ia menginjak sesuatu. Luhan tersenyum tipis. Dompet gadis itu terjatuh, tertinggal. Well, dengan ini ia bisa kembali bertemu dengan gadis itu.

 

Pagi-pagi sekali, ponsel Haemi berdering keras. Alunan lagu Candy dari H.O.T itu membuat mata wanita itu terbuka lebar. Dengan malas dan mata yang masih mengantuk, Haemi mengangkat teleponnya.

“Euhm...yeoboseyo...”

“Palli naenwa!”

Suara laki-laki. Mata Haemi pun langsung terbuka lebar. S...siapa ini?! Nomor tidak dikenal... kenapa galak sekali, sih! Jam 5:30?! Yang benar saja!

“Y—ya! Apa yang kembalikan? Nuguya! Kau kira ini jam berapa?!”

“Seorang wanita belum bangun jam segini? Ckck, memalukan. Aku tidak peduli, cepat kembalikan.”

Haemi geram, “Dengar ya, tuan! Aku tidak mengerti maksudmu!”

“Sepatuku. Aku yang kau tabrak kemarin malam. Dan kau mengambil sepatuku.”

Sekelebat memori memenuhi pikiran Haemi. Omona! Laki-laki itu, ya?! Omo, kenapa ia tahu nomorku?! Ia...penguntit?!

“Omo! Bagaimana kau bisa menghubungiku?!”

Terdengar desahan frustasi dari sebrang sana, “Kau memang ceroboh, ya. Kau menjatuhkan dompetmu. Begini, temui aku jam 7 di BWCW Hongdae, bawa sepatuku jika ingin dompetmu kembali.” Pip.

“Y—ya! Halo?! Halooo?! Omo! Dasar! Sepatu apa sih yang dia mak—“ Haemi jadi ingat. Semalam, ia menemukan bungkusan berwarna biru berisi sebuah sepatu kitten heel. Ia bingung, karena merasa ia tidak membeli sepatu itu. Dan... aku taruh di... omo! Tempat pembuangan sampah, mati aku!

Masih dengan baju tidur, Haemi keluar dari apartementnya dan menuruni tangga menuju pembuangan sampah. Seperti orang gila, Haemi membongkar tempat sampah itu sampai berantakkan. Tapi bungkusan itu tidak ada. Ah, bagaimana ini bagaimana ini bagaimana ini...

“Apa yang kau lakukan, nona?”

Seorang satpam menghampiri Haemi yang terlihat panik.

“Ah! Anu, semalam aku tidak sengaja membuang sesuatu yang penting disini...”

“Oh, semalam? Sampah semalam sudah tidak ada, karena diangkut setiap jam 1 pagi.”

“APA?!” Haemi terlihat frustasi. Satpam itu terkejut mendengar pekikan Haemi.

“Ah, nona... memang apa yang nona buang?”

“Se...sepatu...”

“Sepatu? Ah, nona beruntung. Datang saja ke pengolahan sampahnya, jika sepatu akan ditaruh di barang rongsokan dan masih bisa diambil.” Perkataan satpam itu pun membuat Haemi sedikit lega. Tapi... yang pasti, ia harus mendapatkan dompetnya dulu. Tanpa dompetnya, ia tidak bisa kemana-mana. Oh my god, kenapa harus Hongdae... kan itu jauh!

“Anu, Pak... aku kehilangan dompetku... boleh aku pinjam 20,000 won? Nanti aku ganti!”

 

Jam 7 pagi, dan belum terlihat sosok dari gadis itu. Luhan menghela napas, memainkan dompet berwarna pink milik wanita kemarin malam. Sepatu itu harus kembali hari ini, Minseok menanyakannya terus.... temannya yang satu itu cukup rewel, batin Luhan.

Lewat 15 menit, Luhan melihat seorang wanita yang masuk ke dalam toko. Cukup mudah mengenalinya, karena hanya laki-laki yang masuk toko ini. Jadi, jika ada wanita yang masuk sudah pasti wanita itu.

“Kwon Haemi?” ucap Luhan pada Haemi. Haemi terkejut,

“Omo! Kau mengagetkanku... wah, ini toko sepatu laki-laki, ya? Milikmu?”

“Tch, jangan mengalihkan pembicaraan. Mana sepatuku?”

Haemi mengulurkan tangannya, “Dompetku dulu, tuan.”

“Mwo? Ya! Salahmu sepatuku ada padamu!”

Haemi tidak bisa berkutik. “Ah... anu... sepatumu...”

 

“APA?!!” suara Luhan menggelegar, sehingga pelanggan yang sedang melihat-lihat menatap Luhan aneh. Haemi mundur satu langkah. pria ini mengerikan....

“Y—ya!”

“Ma—maaf! Aku tidak sengaja... sungguh, lagipula... itu kan sepatu perempuan! Buat apa kau menginginkannya?”

Luhan menepuk dahinya, “Itu sepatu clientku... aku tidak mau tahu! Kau harus cari sepatu itu!”

“Te—tenang saja! Pak Satpam bilang jika kita ke tempat penampungan... sepatu itu mungkin masih ada...”

“Ya sudah, datang ke penampungan!”

“I will, tapi dompetku please? Uangku ada disana...”

“Aku tidak akan mengembalikan dompetmu sampai sepatuku kembali.”

Euuuh! Pria ini benar-benar...! “Fine! Sepatumu gak akan kembali! Aku gak akan ke penampungan tanpa uang, kan! Bye!”

Luhan menatap tidak percaya Haemi, “Y—ya!”

 

Haemi tersenyum kecil saat ia sedang berada di mobil milik Luhan, menuju tempat penampungan akhir sampah. Yah, walaupun Luhan tidak memberikan dompetnya, tapi dengan terpaksa Luhan menawarkan untuk naik mobilnya untuk mencari sepatu.

“Jadi... namamu Luhan?”

“Ng.”

“Bukan seperti nama orang korea. Kau bukan orang Korea?”

Luhan memberikan tatapan mematikan pada Haemi, “Kenapa kau ingin tahu, hah?”

Haemi mendesis, “Shh, aku hanya tidak suka suasana sepi seperti ini.”

Luhan menghela napas, “Hh, iya. Aku blasteran. Ibuku orang China.”

“Ohhh... begitu.”

 

Setelah percakapan kecil itu, mereka akhirnya sampai di tempat penampungan akhir dari semua sampah di Seoul. Mereka berdua tidak pernah terpikir dalam hidupnya akan pergi ke tempat ini... hanya demi sepatu. Setelah bertanya sana-sini, akhirnya mereka sampai di tempat barang rongsokan.

“Ah, bungkusan biru berisi sepatu itu ya?” ucap petugas yang berjaga disana.

“Ya, ya!” jawab Luhan dan Haemi penuh semangat.

Petugas itu menggaruk tengkuknya, “Ahaha, maaf. Karena sepatunya masih bagus, aku beri pada keponakanku.”

“APA?!”

“A—anu! Maaf! Ini alamat keponakanku! Aku akan meneleponnya untuk menyimpannya!”

Luhan dan Haemi memasuki mobil dengan wajah lesu. Haemi menatap wajah Luhan yang kini tanpa ekspresi.

“M..maaf... Luhan-sshi.”

“Setidaknya sepatu tidak hancur oleh mesin penghancur. Dimana alamatnya tadi?”

“Ini... aku ketikkan di GPS, ya.”

Selama perjalanan mereka hanya diam. Luhan mengikuti panah di GPS yang menunjukkan ke sebuah distrik apartemen. Setelah diketahui ada di kamar 504, mereka pun langsung menemui keponakan dari sang petugas.

“Sepatu?” tanyanya.

“Iya, sepatu berwarna peach itu...” jelas Luhan. Gadis di depannya menepuk dahi,

“...Ya tuhan, maaf. Tadi paman memang menelepon, tapi sepatu itu dipakai kakakku.”

Rasanya Luhan mau mati sekarang juga. Dengan sabar, Luhan beserta Haemi pulang dan menuju sebuah kantor dimana kakak dari sang gadis bekerja. Yang bikin mereka terkejut, kantor itu sedang mengadakan acara di sebuah hotel. Itu adalah acara penganugrahan untuk karyawan.

Haemi menunggu di depan hotel itu dengan sabar. Luhan kembali dengan wajah kesal.

“Bagaiamana?”

“Aku tidak boleh masuk. Kita harus berpakaian formal untuk masuk.” ucap Luhan.

“Formal, ya?”

 

Luhan diajak Haemi ke sebuah butik tak jauh dari sana. Butik itu milik ibu temannya Haemi. Kebetulan, temannya sedang ada disana.

“Yoon Bomi!” katanya sambil melambai. Luhan hanya diam sambil melihat-lihat butik, hm... butik ini bagus juga. Harganya juga lumayan...

“Apa yang membawamu kesini, chingu-ya? Dan... siapa pria itu?”

Haemi memerah, “Ugh, aku jelaskan nanti. Aku bisa minta tolong padamu?”

Dengan tangan seorang Yoon Bomi, Luhan kini berbalut sebuah Tuxedo mewah. Rambutnya pun ditata klimis, tapi masih terlihat tampan. Kini ia sedang menunggu Haemi yang belum selesai. Beberapa saat kemudian, Haemi keluar dari ruang ganti. Mata pria itu pun melebar. C—cantik...

“Luhan-sshi! Bagaiamana menurutmu?” Haemi memutar badannya yang kini memakai sebuah gaun selutut berwarna putih. Luhan memerah,

“U—uh, aku tidak peduli apa yang kau kenakan! Aku ingin sepatuku kembali.”

Haemi cemberut, “Ish, bisakah kau manis sedikit? Baiklah, baiklah...”

Setelah pamit pada Saemi, mereka berdua pun kembali ke hotel itu. Dengan mudah, mereka masuk ke dalam. Mata mereka melebar saat melihat ball room hotel tersebut. Banyak sekali buffet buffet makanan bintang lima yang bikin mereka ngiler. Di panggung, sudah ada MC yang sedang berbicara entah apa.

“Ekhm! Kwon Haemi, fokus. Perhatikan semua sepatu gadis disini.”

“I...iya... kau juga.”

Mereka pun mulai mencari. Lagi-lagi Haemi seperti orang gila, berjalan dengan melihat ke bawah. Luhan juga merasa malu pada dirinya sendiri, bisa-bisa aku dikira ert,batinnya. Setelah hampir 30 menit mencari, belum juga membuahkan hasil. Luhan pun memutuskan untuk beristirahat. Saat itu, lampu langsung redup. Musik slow nan romantis pun diputar. Luhan terlihat bingung saat semua orang kini mulai berpasangan. Oh tuhan, ini juga ada pesta dansa?! Batin Luhan. Dengan begini, mereka sulit untuk mencari sepatu itu!

“Luhan!”

Luhan menoleh saat suara Haemi memanggilnya. “Luhan-sshi, bagaimana ini? Aku tidak bisa melihat apapun...”

“Mm. Aku juga bagaimana kalau kita sekarang kelu—“

Tubuh Luhan tersenggol dan malah menubruk Haemi di depannya. Haemi hampir terdorong, tapi untungnya Luhan sudah menangkapnya.

“U—uh, thanks...” kata Haemi malu. Luhan buru-buru melepas tangannya. Tapi saat itu juga, Haemi kehilangan keseimbangan dan jatuh. Ya! Dasar Luhan! Kok aku malah di—perkataannya terputus saat matanya melihat sebuah sepatu yang ia kenal. Dengan cepat, Haemi merangkak melewati orang-orang.

Luhan mencari dimana Haemi, tapi tidak ketemu. lho, tadi Haemi kemana sih? Saat itu juga, terdengar keributan. Mata Luhan mengedar lalu melebar. Ia melihat aksi saling tarik menarik sebuah sepatu oleh dua orang wanita. Salah satunya, Haemi. Dengan cepat, Luhan menghampiri dua gadis yang berseteru itu.

 

Haemi keluar dengan kaki telanjang dan rambut yang kusut. Luhan mengikuti Haemi dari belakang. Di dalam tadi benar-benar gila. Setelah beberapa penjelasan, akhirnya... akhirnya! Luhan mendapatkan sepatunya itu.

“Kau tidak apa-apa?” tanya Luhan pada Haemi. Haemi menghela napas,

“Oho! Don’t worry about me, akhirnya sepatumu kembali kan?”

Luhan menenteng dua sepatu. Yang satu sepatunya, yang satu lagi sepatu milik Haemi. Stiletto-nya kini rusak karena pertengkaran tadi. Anehnya, sepatu Luhan malah selamat.

“S...sorry about your stiletto.” Ucap Luhan menyesal.

“Ah, tidak apa-apa. Itu stiletto usang! Tidak apa-apa...”

“Dimana rumahmu? Aku antarkan pulang.”

 

Luhan mengantar Haemi sampai di depan pintu apartementnya. Haemi tersenyum, “Terima kasih, Luhan-sshi. Repot-repot mau mengantarku.”

Luhan mengusap tengkuknya, “Ugh, harusnya aku yang terima kasih... sepatuku sudah kembali. Maaf tentang rambut dan sepatunya. Kau sampai bertengkar dengan orang itu... aku jadi merasa bersalah.”

Haemi terkekeh, “No problem! Aku pernah terlibat pertengkaran yang hebat lebih dari itu.”

“Oh, ya. Ini.” Luhan merogoh sakunya dan mengeluarkan dompet milik Haemi.

“Dompet! Ah, aku hampir lupa dengan dompetku ini...”

Luhan tersenyum, “Baiklah. Jangan ceroboh lagi, oh, Kwon Haemi. Jangan suka mengambil belanjaan orang!”

Haemi cemberut, “Hey, itu kan tidak sengaja! Arasseo, Luhan-sshi.”

Luhan pun pamit pada Haemi. Entah kenapa, Haemi merasa ada sesuatu yang hilang saat Luhan pulang. Apa... aku bisa bertemu dengannya lagi? Batin Haemi sedih.

 

Hari-hari Haemi kembali normal, tidak ada lagi laki-laki arogan tapi sweet seperti Luhan. Ini sudah lewat satu minggu dan... well, I quite miss him. Haemi kini bersiap untuk ke tempat kerjanya. Saat mengambil stiletto-nya, ia ingat. Ah, sepatu ini kan rusak! Batinnya. Dengan kecewa, Haemi memakai flatshoes-nya. Wanita itu membuka pintu, dan berhenti saat ada satu kotak di depan pintu apartementnya. Apa... ini?

Haemi terkejut, saat mengetahui isinya sepasang stiletto! Dari siapa ini... Drrt! Ponsel Haemi pun berdering. Nomor tidak dikenal.

“Halo?”

“Apa kau sudah menerimanya?”

Haemi terkejut. Ia kenal suaranya, “Lu... Luhan-sshi?”

“Hn, ini aku.”

Senyum Haemi terkembang, “Mm! Aku sudah menerimanya. Terima kasih.”

“No problem. Oh iya, aku dibawah. Aku antar kau bekerja.”

Haemi tidak bisa menahan kebahagiannya, “Oh? Oh! Oke! Tunggu, ya! Aku turun sekarang!” dengan cepat, Haemi mengganti flat shoes-nya dengan stiletto yang baru saja Luhan beri. Di lift, Haemi tidak bisa menahan senyumnya. Senyumnya semakin lebar saat melihat Luhan berdiri di sebelah mobilnya lalu melambai ke arahnya dengan senyum yang sama-sama bahagia. 

 


 

here the chappie 2 xD starring Lulu~

Comment? hehe

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
mika_lou #1
Chapter 3: Krismi ❤
Mutingiss #2
Chapter 1: hiyaaa! ini singkat tapi sweet bangeeeett!! aku sukaa
AriesRising
#3
Chapter 4: This is so good! I rarely read ff in bahasa, but this one was written cleverly.
Well done!
Sehooney
#4
Chapter 9: yeah chorong sama d.o, bikin lanjutannya dong author atau ga bikin pairing baru lagi buat chorong hihi ^^
erikakook #5
Chapter 8: harusnya ada ceritanya chorong sama siapa gitu