I Need You

EXO SongFiction

Going on trips till I get tired of them and occasionally make eye greetings with strangers. For these sides of me to not shake any more. I need you now.

I Need You by Kim Sunggyu

Pernah kupost di wordpress juga.

 


Bukan. Bukan seperti ini.

Aku terus meyakinkan diriku sendiri, ada alasan lain mengapa kita berdua harus berpisah. Bukan karena perbedaan pendapat semata. Perbedaan pendapat bukan alasan yang tepat untuk menggambarkan perselisihan ini. Aku sendiri tak mengerti bagaimana perselisihan yang rumit ini semakin berlanjut dan tak menemukan ujung penyelesaian.

Aku tak pernah bermaksud sampai hati bahwa aku akan meninggalkannya. Sungguh, aku hanya bercanda. Tapi mengapa ia terlalu mempercayaiku? Bahkan ia tak menemukan tanda kejahilan di tampang wajahku ini. Mengapa ia begitu serius menanggapi leluconku?

Dan lihat sekarang. Ini akibatnya aku bercanda dengan keterlaluan. Aku tak pernah mengerti apa yang ada di otaknya. Memang tidak adil mengapa hanya ia yang terus mengertiku sementara diriku sendiri selalu egois dengan apa yang aku teguhkan. Aku tak pernah mengertinya.

Kuraih ponsel di dalam saku celanaku, menyalakannya dan melihat pesan masuk.

Jangan pernah jauh dariku. Aku tak ingin kau meninggalkanku. Aku tak ingin hidup jika bukan denganmu.

Pesan singkat itu berarti sangat dalam. Lihat? Bagaimana bisa aku tak pernah mengerti apa yang ada di pikirannya. Kurasakan udara di dalam dadaku menipis. Mengapa ini terasa sakit? Mengapa rasanya aku begitu menyesal?

Aku tak sungguh-sungguh untuk meninggalkannya. Sedetikpun aku tak pernah memikirkannya. Aku selalu ingin di sampingnya. Hanya ia yang bisa mengertiku tanpa aku harus mengutarakan apa yang kuinginkan. Ya, benar. Ia selalu mengertiku dengan baik.

Aku salah selama ini tidak mengenalnya dengan sungguh-sungguh. Dadaku berdenyut nyeri, seperti sedang diremas oleh sesuatu yang tak terlihat. Aku terus berjalan menunduk, merenungi semua perbuatanku yang sangat tak bisa diterima. Aku menyesal. Menyesal telah menyia-nyiakannya sementara selama ini aku hanya sibuk dengan diriku sendiri. Aku tak pernah sadar bahwa aku begitu beruntung mendapatkan gadis sehebat dirinya.

Kuremas rambutku sendiri, merasakan perih di setiap kulit kepala, meratapi seluruh kebodohanku. Aku tak tau lagi harus bagaimana meluruskan perselisihan ini dan membuatnya mengerti, bahwa kini aku sadar betapa ia sangat berharga karena telah hadir di hidupku dan mengisi hariku yang sangat menyedihkan.

GREP…

Tiba-tiba kurasakan sensasi hangat di telapak tangan kiriku. Aku tersadar dan menoleh ke sosok yang merengkuh tanganku. Kulihatnya sedang tersenyum manis dan melekatkan tanganku ketubuhnya.

“Bagaimana kau tau aku berada di sini?” tanyaku bingung. Wajahnya terlihat samar-samar terkena pantulan cahaya lampu yang redup.

“Bukannya oppa yang menyuruhku ke sini?” jawab gadis itu bertanya balik dengan datar, senyumnya masih merekah di bibir mungilnya.

Aku kebingungan. Aku tak pernah menyuruhnya untuk menghampiriku. “Kapan? Aku tak merasa begitu..” jawabku jujur.

“Mungkin oppa lupa. Ah, aku ingat! Sebenarnya, bukan oppa yang menyuruhku, tapi hati oppa yang menyuruhku ke sini.” Ujarnya tersenyum dan menunjuk dadaku dengan telapak tangannya.

Bisa kurasakan tangannya yang hangat menyapu dadaku. Aku tersenyum mendengar rayuan gombalnya.

“Kalau itu benar, berarti kau memang pembaca hati yang baik.” Kutatap matanya yang lembut dan mengenggam tangannya dengan erat.

“Memang aku pembaca hati yang baik kan, karena apa yang kukatakan benar.” Ledeknya terus bergelayut di lenganku. Ah menggemaskan.

“Baiklah, kau menang.” Tutupku pasrah.

Kami berdua tersenyum dalam keheningan. Terus berjalan entah sampai mana kami sanggup berjalan di malam gelap seperti ini.

Oppa, jangan tinggalkan aku, jangan pergi dari hidupku. Aku tak ingin oppa pergi.” Suaranya kini bergetar memecah keheningan, seperti menahan tangis. Hatiku tersentak, ini yang sangat mengganggu pikiran kami berdua. Aku terus mendengarkan ucapannya sementara aku sendiri menyusun kata demi kata untuk menjawab ucapannya. “Terserah oppa ingin menganggapku egois atau apa, tapi memang kenyataannya begitu. Aku terlalu egois untuk melepaskan oppa, aku tak ingin oppa jauh dari hidupku. Aku mencintai oppa dengan sungguh-sungguh.” Suaranya semakin mengecil di akhir kalimat.

Aku tertunduk. Ingin segera menyelesaikan kesalahpahaman ini.

“Hyunji-ah.. aku tak akan meninggalkanmu. Aku berjanji. Dan asal kau tau, aku juga mencintaimu dengan sungguh-sungguh. Kau bukan satu-satunya orang yang egois karena ingin memilikiku seutuhnya. Akupun demikian, hanya ingin kau menjadi milikku. Maafkan aku karena telah membiarkanmu merasakan sakit selama ini.” Bisa kurasakan kata-kataku yang mengalir dengan sendirinya telah merubah pemikiranku tentang Hyunji.

“Benarkah? Benar kan oppa tak akan pergi?” wajahnya terlihat antusias sekaligus tak percaya.

“Tentu saja Hyunji-ah. Aku tak akan pergi. Lagipula saat itu aku hanya bercanda ingin meninggalkanmu, aku tak pernah sungguh-sungguh ingin pergi darimu,” aku memanyunkan bibir. “Siapa suruh kau lebih mementingkan bermain dengan anjing kesayanganmu ketimbang denganku.” Aku menatapnya, berasa konyol dengan apa yang kuucapkan barusan. Padahal bukan itu alasan yang sebenarnya.

Wajah Hyunji kini memerah, menyadari rasa cemburu yang kuungkapkan. “Hahaha…baiklah, lain kali aku akan bermain dengan oppa. Asal oppa juga tidak sibuk sendiri dengan gitar kesayangan oppa itu.” Kini giliran ia yang memanyunkan bibir. Ternyata tidak hanya aku yang cemburu, ia pun merasakan hal yang sama. Betapa sangat menyenangkan mendengar fakta tersembunyi ini.

“Baiklah, sekali-sekali aku harus putus dengan gitarku sepertinya.” Aku meledeknya.

Hyunji hanya tersenyum lebar dan menikmati percakapan singkat namun berarti ini.

Saranghaeyo Oh Hyunji..” ucapku lembut mengecup keningnya.

Saranghae Lay oppa..” jawabnya memeluk tubuhku erat.

Kini aku sadar. Perselisihan sepele yang seharusnya tidak menjadi besar memang harus cepat-cepat diselesaikan, sebelum perselisihan lain akan datang dan menumpuk perselisihan-perselisihan sebelumnya. Tidak seharusnya aku menyia-nyiakan gadis seperhatian ini.

Malam bertabur bintang akan segera berlalu seiring berjalannya waktu dan pagi akan segera menyambut tubuh kami yang terlelap di bawah selimut, di dalam kamar kami masing-masing.

 

 


130421 Gak jelas ya ficletnya? Kekekek~ Iya memang nggak jelas kok, makasih banget udah baca ficlet nggak jelas ini. Padahal sebenernya cerita ini muncul karena kebawa suasana aja gara-gara dengerin lagunya Sunggyu yang I Need You, jadilah ficlet ini. Don’t bother to enjoy it, guys.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
sunggaeul #1
Chapter 1: pas bgt bias ku di infinite jdi luhan--bias ku juga..
^^
kpan-kpan bikin songfic Black Pearl ya kak.. Atau 'dont forget me' nya gils day