Why I Hate Hospital

Real Fate

 

================|| .:Han Seul Rin PoV:.||=================

26 Januari 20XX

Sekali lagi aku menatap langit yang mendung.

Aku tidak pernah suka langit yang mendung. Hal itu selalu mengingatkan aku pada ‘kejadian itu’, dan apakah hanya kebetulan saja kalau besok adalah tepat satu tahun ‘kejadian itu’ terjadi?

“SEUL RIN-AHHH!! HAN SEUL— eh kau sudah bangun?” ibu ku menatap ku tak percaya saat membuka pintu kamar. Wajahnya yang terlihat letih dengan lingkaran hitam mengelilingi matanya terlihat terkejut melihatku yang biasanya sangat susah dibangunkan telah mengenakan seragam Je Guk Senior High dan siap berangkat sekolah.

Aku berusaha tersenyum pada ibuku, menampakkan deretan gigiku yang rapi “Ada pelajaran tambahan, jadi aku harus berangkat pagi-pagi sekali” aku mencium pipi ibu ku dan berlari ke arah meja makan. Melewati sebuah meja kecil dengan pigura besar berwarna biru yang tegak berdiri. Memperlihatkan potret diriku bersama seorang pria yang yang usianya lebih tua dari ku enam tahun, jika saja dia masih hidup saat ini.

“Nyam.. nyam…” tanpa benar-benar mengunyah, aku memasukkan begitu saja roti dengan selai strawberry yang telah disiapkan ibuku, sambil sesekali aku mengusap aliran air mata yang hampir jatuh dari sudut mataku.

Aku sudah berjanji, tidak akan cengeng lagi

Aku sudah berjanji, akan selalu memakan sarapan dahulu. Padahal jika dulu aku selalu beralasan ingin muntah jika harus makan roti pagi-pagi.

Aku menatap pigura besar berwarna biru yang dapat kulihat jelas dari meja makan. Pria di foto itu seolah benar-benar sedang menatap ku, di wajahnya yang tampan terlukis sebuah senyuman selembut angle. Ya dia adalah Suho oppa, kakak kandung ku. Tanpa sadar aku memegang kalung dengan liontin berbentuk bintang pemberian pria di bingkai foto, beberapa hari sebelum ‘kejadian itu’.

‘Jun Myeon oppa, Apa kabar oppa di surga?’

 

***||****

@Sekolah, toilet Siswa

“SEUL RIN?”

“HAN SEUL RIN??!”

“YAA!! HAN SEUL RIN??!!”

“Hah?” aku mengerjap saat sadar gagang pel yang aku pegang diambil oleh seseorang, dan seketika itu pula pipi kanan ku dicubit oleh tangan jahil pria jangkung berpipi tirus yang selalu membuat ku iri karena kulitnya yang seputih susu. Aku baru sadar kalau sekarang sedang dihukum bersama pria ini, teman sekelasku yang bernama Oh Sehun untuk membersihkan toilet karena terlambat masuk sekolah. Ya, aku pergi dari rumah pagi sekali, tapi karena aku melamun di bus jadi saja aku salah turun stasiun dan harus berputar untuk sampai ke sekolah

“Pendek, kau tidak sedang sakit kan?”

“Anni, aku baik-baik saja” aku berbalik sebelum Sehun menginterogasi ku lebih jauh, menahan keinginan untuk menjitak pucuk kepalanya karena memanggilku pendek. Namja aneh ini selalu saja penasaran dengan hal-hal yang terjadi pada ku.

“Kau berbohong, biasanya kan kau selalu berceloteh seperti burung beo, apa burung beo ini salah minum obat semalam?” kata namja itu lagi sambil mencubit pipi ku dengan kedua tangannya, dan dengan jahilnya melepaskan kuciran rambut ku

“YAA!! Oh Sehun lepaskan tangan jahil mu sebelum aku sodok!” ancam ku sambil mengambil gagang lap pel yang tadi ku pegang. Tapi menyebalkannya namja di depan ku malah menyeringai menyebalkan.

“Coba saja kalau kau bisa menyodokku, ahahahhahaha”

Dia pikir aku tidak bisa serius menyodok nya?

Aku meniup poni ku dan menggenggam gagang lap pel lebih erat. Raut muka Oh Sehun pun sudah berubah lebih waspada walau seringaiannya tak hilang sepenuhnya. Apakah dia baru saja sadar sedang berhadapan dengan salah satu atlit taekwondo yeoja terbaik yang pernah dimiliki Jeguk Senior High?

Tapi sekarang sudah terlambat untuk sadar

“Han Seul Rin.. ahahhaha kau tahu kan, tadi aku hanya bercanda”

Aku tersenyum miris, dan entah mengapa lagi-lagi air mata ku keluar. Aku menarik nafas panjang berusaha menenangkan diri, tapi gagal. “Tapi kau tahu kan aku sedang tidak ingin bercanda?”

“Hah? Seul Rin-ah, kenapa kau tiba-tiba menangis? Memangnya—-“

DUAKKK

Tanpa sempat berpikir, aku menyodok Sehun dengan gagang pel yang kupegang tepat di perutnya. Dan saat itu juga aku tahu, ini salah, pupil mata Sehun melebar dan dia terjatuh ke lantai sambil memegang perutnya. Menggelepar dan berguling guling kesakitan di lantai toilet yang masih setengah kering.

“AARGGHHHH!!!!!” teriak Sehun kesakitan, membuat jantungku berdebar karena takut. Apa yang terjadi pada Sehun?

“Se.. sehun??? Oh Sehun??? Kau kenapa? Kau baik-baik saja kan?” aku berjongkok untuk melihat Sehun lebih dekat, memastikan dia tidak sedang berakting kesakitan. Tapi tidak… Sehun sedang tidak berakting, dia benar-benar kesakitan.

“AAARGGGHHHHH!!”

“OH SEHUNN!!! OH SEHUN!!! BERTAHANLAH!!!!!”

==|||==

“Kau sudah sadar?”

“Aku ada dimana?” aku menatap langit-langit putih yang asing, bau samar alkohol membuat ku mual. Aku menelan saliva ku saat menyadari bahwa sekarang aku berada di tempat yang paling kubenci. Rumah Sakit.

Aku mengerjapkan mata dan saat melihat ke samping, sosok seorang pria berwajah cute balik menatap ku dengan cemas. Tak lama bibir tipisnya membentuk lengkungan saat mata kami bertemu, tersenyum. Ajaib, senyuman tersebut sesaat mampu membuat ku tidak merasakan aroma rumah sakit yang memuakkan ini.

“Syukurlah kau sudah sadar” kata pria itu lagi, dia berdiri dari duduknya dan menyeka keringat dingin yang entah sejak kapan mengalir di dahi ku.

“Siapa kau?” tanya ku penasaran, kenapa pria ini bisa tiba-tiba ada di samping ku? Dan apa yang sebenarnya terjadi hingga aku bisa di rumah sakit?

“Ah.. kenalkan, aku Xi Luhan, calon dokter yang sedang magang di sini, lalu kau?” katanya sambil menunjuk ID Card nya, aku baru sadar kalau dia menggunakan jas putih yang biasa digunakan dokter.

“Nama ku Han Seul Rin”

“Oh..” Xi seonsaeng mengangguk-anggukkan kepalanya sebelum berkata lagi “Apa kau ingat Seul Rin ssi? Saat kau dan salah satu guru mu mengantar teman mu yang sakit kesini, kau tiba-tiba pingsan di ambulance”

“Pingsan?” seketika itu juga peristiwa-peristiwa sebelum aku pingsan menyeruak di ingatan ku, dadaku berdebar keras karena takut saat mengingat jeritan Sehun

“Kau ingat?”

“Sehun, bagaimana dengan Sehun?? Apa dia baik-baik saja?”

“Tenang saja, dia sudah baik-baik saja di ruang perawatan umum” kata Xi seonsaeng yang sudah memblock ku agar aku tidak bisa turun dari tempat tidur “Lebih baik kau istirahat sebentar lagi, sepertinya kau shock sekali, apa mungkin karena Oh Sehun adalah pacar mu?”

Aku hanya menggeleng, sama sekali tak menangkap nada menggoda Luhan seonsaeng, yang kupikirkan hanyalah Oh Sehun. Bagaimana jika terjadi hal yang buruk pada nya gara-gara aku yang menyodoknya dengan gagang pel?

“Aku mau melihat keadaan Sehun, jebal seonsaeng.. aku harus menemuinya!”

“Baiklah.. baiklah, kalau kau memaksa, aku akan menemani mu menemuinya” sepertinya Luhan seonsaeng menyerah, aku pun menapakkan kaki ku dan saat itu diri ku hampir jatuh. Aku baru sadar lutut ku hampir tidak memiliki kekuatan, rasanya ada aroma kematian yang membuat seluruh kekuatan ku ditarik habis.

Aku menatap Xi seonsaeng yang merangkul tubuh lemasku “Xi seonsaeng, apakah… apakah ini Elite’s Park Hospital?”

Namja di samping ku menganguk, dan seketika itu juga aku merasa di sekeliling ku gelap. Pikiran ku kembali dipenuhi kejadian itu, kejadian setahun lalu.

“Sehun…. Sebenarnya Sehun sakit apa?”

“Baiklah.. agar kau tak cemas, aku akan mengatakan semuanya” Xi seonsaeng menepuk nepuk bahu ku “Sehun sakit karena usus buntu nya mengalami peradangan, setelah operasi besok dia akan baik-baik saja”

Operasi?”

 

Flashback, One Year Before

“Operasi?”

“Setelah operasi ini, oppa akan sembuh Seul Rin-ah” pria berparas tampan dengan topi rajutan menutupi rambutnya yang hampir tak tersisa sedang tidur terlentang di tempat tidurnya. Sesekali lengannya yang lemah menepuk-nepuk kepala ku. Beberapa selang penyambung kehidupan terpasang di tubuhnya yang semakin kurus.

“Apa benar oppa?” aku benar-benar percaya kata Jun Myeon oppa saat itu. Apalagi saat itu seorang dokter berumur 40an yang terlihat senior datang dan menepuk punggung ku.

“Tenang saja, 80% operasi ini akan berhasil adik kecil!”kata Yoo seonsaengnim, dokter jaga Jun Myeon oppa

“Adik kecil? Aku sudah 17 tahun! Aku bukan adik kecil lagi!” aku merenggut, dan anehnya malah membuat Yoo seonsaengnim tertawa, Jun Myeon oppa juga bukannya membela ku malah terkekeh kecil

“Masih beberapa bulan lagi sampai kau berumur 17 tahun Seul Rin-ah!”

“Biarin!” aku masih pura-pura kesal di depan Jum Myeon oppa “Oppa, berjanjilah pada ku, setelah operasi besok, kau akan segera sembuh dan pulang ke rumah. Aku sudah tidak tahan dengan aroma Rumah Sakit ini”

“Kau ini” Suho oppa mengacak rambutku “Tenang saja, setelah operasi besok, oppa akan sembuh”

“Benarkah, oppa janji?!”

“Nee.. oppa berjanji Seul Rin –ah”

Dan bukan kah janji itu dibuat untuk diingkari?

“Oppa….”

“Myeon oppa….”

“Jun Myeon oppa….”

Aku menggoyang-goyangkan tubuh kaku yang terlentang di tempat tidur. Seluruh tubuhnya tertutup dengan kain putih bersih. Kali ini tidak ada lagi selang-selang atau jarum penghubung kehidupan yang melekat di tubuh kurusnya, semuanya telah dilepas. Karena memakainya pun percuma, karena telah tidak ada lagi nyawa yang bisa dipertahankan.

“Jweseonghamnida, kami telah berusaha semaksimal mungkin, tapi ini jalan terbaik dari Tuhan” kata salah satu dokter sebelum menunduk beberapa saat ke arah ku, orang tua ku dan jenazah oppa ku. Memberikan penghormatan terakhir.

Tidak… tidak mungkin Jum Myeon oppa meninggal, ini pasti hanya mimpi buruk

BRUKKK

Aku berbalik dan mendapati ibu ku yang sebelumnya menangis histeris, pingsan dipelukkan appa. Sedangkan aku masih sulit menerima kenyataan, bukan kah kemarin Suho oppa masih tersenyum? Bukan kah kemarin Suho oppa berjanji untuk sembuh? Bukan kah kemarin dokter bilang operasinya akan berhasil?

“Seonsaeng….kau berbohong”

 

Flashback End

 

Malam Harinya

@Elite’s Park Hospital

“Bisa kah kau tidak dioperasi Oh Sehun?”

Sehun yang sedang sibuk memainkan rubik 8×8 nya menatap ku dengan bingung. Ya, aku menengoknya kembali bersama beberapa teman kami sore harinya setelah aku pulang untuk mengganti pakaian sekolah ku dengan pakaian kasual. Tapi sekarang sudah jam delapan malam, teman-teman kami yang lain sudah pulang duluan.

“Sepertinya hari ini kau benar-benar salah minum obat Han Seul Rin! Yang kau kata kan dari tadi hanya ‘maaf’ dan ‘bisa kah aku tidak dioperasi’, memangnya ada apa sih?”

Aku menggeleng, Sehun tak akan mengerti.. dia sama sekali tidak mengerti kalau besok dia akan menggali lubang kubur nya sendiri jika mengikuti saran dokter untuk operasi. Tapi apa yang bisa kulakukan sekarang? Kata dokter, kakak perempuannya sendiri menyetujui Sehun untuk dioperasi.

“Kau begitu mengkhawatirkan ku ya? Apa karena yang sakit adalah aku atau kau hanya merasa bersalah karena menyodokku dengan gagang pel?” sindir Sehun setelah menyelesaikan salah satu sisi rubik kubusnya “Ahh… untuk menyelesaikan satu sisi saja hampir setengah jam, aku benar-benar harus belajar rubik dari Luhan hyung”gumamnya

“…..” Aku hanya diam. Bagaimana pun Sehun adalah sahabatku, seberapa menjengkelkannya pun dia. Dan aku tidak mau kehilangan dia, apalagi tepat di hari meninggalnya Jun Myeon oppa. Tapi apa yang bisa kulakukan?

“Ah.. kau masih di sini?” suara lembut seorang pria membuat ku berbalik. Ternyata Xi seonsaeng, dia membawa beberapa komik dan game terbaru, membuatku melipat kening.

“Hyung!! Akhirnya kau datang juga! Aku sudah hampir bosan memainkan rubik ini dan…” Sehun tak melanjutkan kata-katanya, sedangkan aku masih menatap penuh tanya pada Xi seonsaeng. Sepertinya pria ini bisa dipercaya, dan lagi dia adalah dokter yang magang disini. Mungkin dia bisa membujuk Sehun agar tidak dioperasi dan menggunakan metode pengobatan lain?

“Kalian saling kenal?” kata Sehun lagi, menyadari aku yang menatap Xi seonsaeng dengan antusias

“Aku tahu, dia Xi seonsaeng”

“Ah… aku baru bertemu teman mu hari ini kok” kata Xi seonsaeng, akhirnya atensi dia beralih pada Sehun “Ini kubawakan game dan komik yang kau inginkan, tapi ingat, jam 9 kau harus sudah tidur. Kau harus cukup istirahat agar siap untuk operasi besok”

“Kau lama-lama jadi secerewet Yoora noona, hyung!” umpat Sehun sambil mengambil salah satu komik one piece yang dibawa oleh Xi seonsaeng.

“Oh ya, karena aku baru ‘calon dokter’ apalagi kau temannya Sehun, panggil saja aku Luhan oppa” kata Xi seonsaeng tiba-tiba, membuat ku agak terkejut.

“Oh oke.. kalau begitu panggil saja aku ‘Seul Rin’”

“Apa sih hyung! Biarkan dia memanggil mu dengan ‘seonsaeng’” Sehun terlihat kesal entah mengapa, tapi aku tak peduli. Aku harus berbicara dengan Xi seonsaengnim empat mata, aku tak ingin terjadi hal-hal yang buruk pada Sehun.

“Luhan oppa, apa kau mau mengantar ku ke lobi ? Aku mau pulang”

Sehun menatap ku dan Luhan oppa bergantian, jelas terlihat terkejut. Aku tidak peduli karena sekarang Luhan oppa sudah berdiri dari kursinya “Kebetulan aku memang ada urusan di bawah, kutinggal ya Sehun-ah”

“Terserah kalian saja”

Dan kami pun meninggalkan Sehun yang hanya terdiam menatap kami meninggalkan ruangannya.

****||****

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet