Dear....
BREATHDear…
Yuka
Treq…
Suara gagang telepon dimatikan. “Hhh….” Suara helaan nafas terdengar memenuhi ruangan luas namun sepi itu. Seorang lelaki dengan rambut pirang madunya duduk sembari membuka-buka dokumen yang begitu banyak dan harus segera dia cek. Menjadi direktur benar-benar melelahkan. Jangan salahkan dia, salahkan ayahnya.
“Hahh…” menghela nafas lagi dia menyandarkan tubuhnya ke kursi panjang yang dia duduki. Menerawang jauh ke langit-langit ruangannya yang putih bersih. Sekali, dia melirik jam kecil yang ada di mejanya. Sudah pukul 8 malam, itu artinya waktu bekerjanya sudah berakhir sejak 1 jam yang lalu. Dia segera berdiri, lalu merapikan beberapa barangnya dan beranjak keluar dari gedung besar di Seoul itu.
Laki-laki itu tinggi. Sangat tinggi. Kaki-kakinya terpahat sempurna, lengan, bahu lebar, dada bidang, leher jenjang, ditambah pesona ukiran wajah di kepalanya, begitu menawan. Namanya Kris.
Kris melangkahkan kaki-kaki jenjangnya di sepanjang jalan Seoul malam itu. Jalanan masih sedikit basah akibat hujan yang turun seharian ini. Kris memasukkan tangannya ke dalam saku celananya saat hendak menyeberang jalanan. Beberapa orang terlihat masih berjalan-jalan di sepanjang jalanan. Di udara dingin begini, ternyata banyak yang tidak mau menghabiskan waktunya untuk berdiam diri di rumah. Kris pun salah satu dari mereka.
Seoul memang sedang di landa musim hujan hebat bulan-bulan ini. Kris tidak pernah berpikir apakah itu mempengaruhi harinya atau tidak. Atau mungkin dia memang tidak peduli.
Lampu sudah berganti menjadi hijau tanda Kris diperbolehkan menyeberang. Ia kemudian berjalan melewati kerumunan orang yang masih saja ramai meskipun sudah hampir jam 9 malam. Kaki-kakinya membawa dirinya menuju beberapa kios jajanan malam. Alih-alih mengisi perut, Kris memasuki sebuah kedai makanan yang terlihat begitu tradisional.
“Annyeong haseyo…” ucap ramah sang pemilik kedai. Kris tersenyum, menampakkan barisan giginya dan menjawab salam pembuka itu. Kedai itu di desain minimalis dengan hanya ada beberapa bangku kosong saja. Kris mendudukkan dirinya di sebuah bangku setelah memesan. Dia melihat keluar jendela yang berada tepat di sampingnya. Gerimis lagi… entah kapan hujan akan berhenti mengguyur kota. Kris hanya berharap tidak akan banjir.
Handphone berwarna hitam itu sedikit basah karena tetes gerimis yang turun. Kris mengusap layar handphone touch screennya. Tidak ada pesan. Kris menghela nafas berat. Memutuskan hubungan dengan Baekhyun dua bulan lalu membuatnya merasa kesepian. Namun, dia juga tidak mau kembali menyiksa batin saat menyadari bahwa dia tidak mencintai Baekhyun.
Lagi-lagi sebuah desahan keluar dari sepasang bibir plump itu.
Kesepian…
Rintik hujan ternyata masih terus mengguyur saat Kris melangkah keluar kedai membawa sekantung ddukbokki panas. Sudah 3 hari ini dia pulang kehujanan. Jangan sampai dia flu. Dia melangkah ke jalan yang tepat berada di depan pintu masuk kedai. Masih ramai. Jalanan masih ramai
Comments