Chapter 2

Crown of Legilimency

Aku memutar bola mataku. Kesal. Dari tadi aku hanya di suruh menunggu di depan gerbang yang aku tau kalau di dalamnya ada sebuah rumah yang gedeeee banget. Nggak segede rumah ayahku sih. Mungkin hanya seperempatnya. Rumah ayahku itu besar dan mewah dengan tata bangunan klasik, mirip seperti gaya bangunan di English Village Paju.

            Tapi ada yang aneh dengan rumah ini. Daerah sekitarnya sangat sepi. Dan ada banyak CCTV di bagian depan rumahnya. Beberapa orang mungkin akan linglung kalau berada di tempat ini. Soalnya... Dari hasil pengamatanku, pagar pembatas rumah ini sudah berganti tiga kali. Mungkin di gerakkan oleh mesin yang sangat canggih.

            Ah... Kenapa ayahku tidak memasang –beginian—di rumah kami dulu?

            Krieeeet.

            Pintu gerbang tiba- tiba terbuka. Aku bungkam. Mataku kugunakan untuk menatap halaman, melihat sesuatu di depanku. Sebuah rumah besar dengan halaman yang tidak kalah besarnya.

            “ms. Callaghan. Masuklah!” Sebuah suara yang entah darimana asalnya terdengar. Aku penasaran. Apa suara itu dari salah satu bagian CCTV? Dan kenapa mereka memasang lebih dari lima CCTV di depan gerbang?

            Aku merasa sial. Pengetahuanku tidak banyak kalau mengenai hal semacam ini. Aku bodoh. Dan harus kuakui itu.

            “Selamat datang, ms Callaghan.” Siluet seseorang menyambutku. Suara orang tua, dan tubuh pria paruh baya. Anehnya, aku merasa tindak- tanduk orang ini terlihat kriminal. Padahal dia memakai pakaian yang tidak kalah rapihnya dari om- om yang tadi.

            Oke... Fine... Aku sudah menunggu diluar lebih dari dua jam dan aku penasaran, omong kosong apa yang akan mereka bicarakan denganku?

            “Alice.... Callaghan?” Pria berwajah kriminal itu memanggilku. Aku hanya menatapnya seolah mengatakan iya. Aku nggak tau berapa banyak pengawalnya. Yang pasti, di dalam ruangan ini ada sekitar lima orang yang postur tubuhnya memang sama semua.

            “Aku tau, kau gadis kecil yang tidak suka basa- basi. Ah... Tapi aku salut denganmu yang masih bertahan dengan kejaran penagih hutang selama beberapa bulan ini.”

            Pria itu terlihat seperti bos. Tapi dia sok tahu sekali tentang aku. Yah—Walaupun itu benar.

            “Ah... Sebelumnya, aku akan mengenalkan diriku dulu. Aku Humprey Watson. Seorang pengusaha. 40% hutang ayahmu... Berasal dariku. ”

            Ooops! Kepalaku tiba- tiba terasa sakit. Bibirku kelu lagi. Bagaimana bisa ayahku mengenal orang seperti ini? Bagaimana ayahku bisa berhutang sebanyak itu padanya?

            “Alice... Sebenarnya aku ingin merelakan hutang itu karena ayahmu adalah teman baikku. Tapi mau bagaimana lagi. Hutang itu—jumlahnya terlalu banyak. Soalnya aku bisa membeli 3 universitas dan satu rumah seperti milik keluargamu dengan uang itu.”

            Aku diam. Gila! Sebanyak itukah? Apa saja yang ayahku beli dengan uang itu?

            “Aku tau kau terkejut... Ayahmu bahkan tidak bisa menyewa pengacara untuk membela putri kecilnya. Usia 16 tahun... Kurasa kau sudah bisa memahaminya. Dan harus kuberitahukan... Penyebab ayahmu bangkrut bukan hanya karena gaya hidupnya yang boros dan beberapa penggelapan uang yang sulit dideteksi kemana perginya. Tapi juga karena wanita. Kau tau? Ayahmu menyimpan 17 istri simpanan di Korea, Jepang, bahkan China. Dia perlu menafkahi ke-17 istri tidak sahnya itu. Dan kau... Pasti kaget kan?”

            Tentu saja. Aku bahkan mengetahui hal ini dari orang yang sama sekali tidak kukenal. 17 istri simpanan itu apa? Apa mereka semua anggota girl band? Istri tidak sah? Jadi... Apa almarhum ibuku tau tentang hal ini?

            “11 di China, 4 di jepang, dan 3 di Korea.”

            Tunggu! Apakah ibuku tidak masuk dalam 17 list itu? Jadi apakah dia satu- satunya istri sah. Lalu bagaimana...

            “Apa mereka semua melahirkan anak dari ayahku?” Aku membuka suara. Aku sadar betapa mainstreamnya pertanyaanku barusan. Tapi aku sangat khawatir kalau sampai aku mempunyai lebih 17 saudara yang tersebar di Asia Timur ini.

            Mr.Watson tertawa. Dia menertawai pertanyaanku.

            “Ayahmu tidak bodoh, cantik...” Jawabnya sambil menopang dagu. “Tidak mungkin dia membagi hutangnya kepada semua istrinya. Tentu saja, karena bukan istri sah. Punya anakpun mereka tidak akan diakui. Tapi dari ketujuhbelas itu... Hanya satu orang yang berhasil mengandung anak dari ayahmu. Dia wanita Korea, tinggal di Busan.”

            Aku tidak mengerti. Jadi hanya satu orang saja yang mengandung anak ayahku? Bagaimana dengan 16 lainnya? Walaupun tidak menghasilkan keturunan. Bagaimana bisa ayahku menikahi dan menafkahi mereka selama bertahun- tahun?

            “Dan apakah kau tau berapa harga rumah yang kau tinggali selama 15 tahun itu?”

            Aku menatap mr. Watson yang terlihat serius.

            “Rumah dan isinya itu bahkan lebih mahal dari semua gedung YG, SM, dan JYP yang dijadikan satu.”

            Sehun

            “Selamat malam, tuan muda.”

            Aku melempar kunci kepada salah satu pengawal. Langkahku memburu. Tentu saja aku penasaran karena kakek tua itu tiba- tiba memanggilku. Dia tertawa saat menelfonku dan itu jelek sekali. Sebenarnya aku sudah 3 tahun tidak kerumahnya. Ya, aku mempunyai apartemen sendiri yang terpisah karena tidak ingin tinggal serumah dengannya. Orangtua itu terlalu berisik dan suka mengatur.

            Kalau bukan karena dia yang selalu memberiku uang, aku pasti sudah membunuhnya dengan tanganku sendiri.

            “Saya permisi...” Aku melihat gadis berseragam SMA membungkuk di hadapan ayahku. Wajahnya terlihat sangat kelelahan.

            Tapi aku mengabaikannya, membuat dia melewatiku sedangkan kakek tua itu menatapku, dan berteriak,

            “anakku!”

            Cih. Aku tidak sudi mendengar panggilan itu.

            “Apa itu?”

            Tanyaku sambil melihat kearah si gadis yang sedang di giring keluar rumah oleh beberapa pengawal.

            Aku duduk di depannya. Menatap mata pria tua itu.

            Dan anehnya, dia tersenyum seperti baru saja mendapatkan suatu hal besar. Lebih besar dari kasus pembunuhan yang telah dia lakukan terhadap mantan presiden Korea Utara.

            “Sudah melihat calon istri untuk anakku?”

            Aku menngerutkan dahiku, seperti menanyakan kejelasan tentang sesuatu.

            “Gadis itu cukup baik. Yah... Hanya saja dia memang terlalu polos.”

            Aku menatapnya, seperti melawan. Bibirku terbuka,

            “Luhan hyung tidak akan menyukai ini...” Kataku menimpali.

            Tapi aku sempat terkejut saat menatap mata kakek tua ini.

            Aku membacanya. Di dalam pikiran ayahku jelas- jelas tertulis bahwa gadis itu, adalah pemilik istana Marquee saat ini. Itu adalah nama rumah besar bak istana, yang tadinya dimiliki oleh seorang seniman terkenal di Seoul.

            Dan kakek tua ini... sedang merencanakan sedikit action untuk memiliki rumah impian itu, tanpa mengotori tangannya sendiri.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
asahi-asa #1
Chapter 9: Cool! It's so cool! Cool!

Kyak'y yg jdi dementor kris dehh #ngarang abis!
Gmana nasib alice?
D tnggu next part'y!
nabilLaLu #2
Chapter 7: Misteri banget! Lanjut, thor *-*