Hurts

The Way I Love You

 It’s not supposed to hurt this way..
I need you,I need you.. I need you..
  -        
     avril lavigne - why


 

 

 

 

        Hara berlari cepat, seperti kehilangan akal. Begitu cepatnya sampai dia sendiri merasa heran. Tidak pernah dalam sepanjang hidupnya dia berlari seperti ini, termasuk ketika turnamen saat duduk di bangku menengah pertama.

Tanpa penghalang sedikitpun, air langit sukses membasahi setiap helai rambutnya, setiap centi kulitnya. Dan Hara lagi lagi tidak mempedulikannya. Yah, akalnya sudah benar benar hilang.
Kaki Hara terasa lemas. Dalam udara sedingin ini, kaki yang akan membeku itu dipaksa berpacu, terus bergerak membawa tubuhnya melesat.
Jantungnya berdetak tak kalah cepat, membuat nafasnya menderu. Meminta asupan oksigen lebih. Memperjelas rasa sakit, sesak yang teramat sangat di dadanya. Entah, Hara pun tidak yakin sesak yang dirasakannya murni hanya karna hal itu.

Lebih dari pertanyaan yang kemudian muncul dalam benaknya. Hara mencemaskan Chanyeol. Ada rasa bersalah disana.

Langkah kakinya melambat. Ragu dengan apa yang di pembuatnya, tapi lebih kepada reaksinya yang agaknya berlebihan. Pikiran rasionalnya muncul, tapi mungkin rasa aneh itu menghancurkan beberapa saraf otaknya.

Dan kakinya, kembali berpacu.

 

 

-----------------------****************--------------

 



Dengan rasa sakit di setiap langkahnya, Chanyeol beranjak dari trotoar itu. Menyusuri kembali jalan yang di laluinya beberapa menit yang lalu.
Berharap kepergiannya dari sana juga menghilangkan ingatannya akan adegan romance itu.

Kakinya mati rasa, udara dingin dan guyuran hujan menambah buruk suasana hatinya.
Kepalanya tak bisa untuk tidak menunduk, kehilangan segala wibawanya, segala angkuhnya. Tak ada lagi senyum idiot miliknya, bahkan untuk menegakkan bahunya saja Chanyeol merasa tidak ada daya.

Berlebihan? Iya, Chanyeol mulai merasa seperti itu. Segala pertanyaan seperti apa haknya? Siapa dirinya? Kemudian muncul menghantam kepalanya bertubi tubi.

Chanyeol tersenyum miris. Menyadarkan pada dirinya sendiri bahwa semua jawaban tadi adalah minus.

Tapi tetap saja, hatinya terasa hilang dari sarangnya. Dia tidak merasakan lagi hangat yang sebelumnya menderu di sana. Seakan baru saja melihat Basilisk yang membuat semua organnya membatu, mati . Hanya satu yang tersisa. Rasa tersayat yang sangat menyiksa jauh di dalam sana.

Pandangannya tertuju pada sepatu basahnya. Pada gelombang genangan yang dihasilkan dari air yang di pijaknya.  Beruntung air hujan yang mengaliri helai demi helai rambutnya dengan rasa dingin, sedikit bisa merilekskan pikirannya.

Chanyeol menguatkan hatinya, bahwa tidak seharusnya dia merasa seperti itu. rasa yang pada awalnya dia anggap sebagai kasih sayang antara manager dengan artisnya. Tapi ini terlalu aneh untuk itu. Efek sakit yang selalu timbul kala melihatnya dengan orang lain, atau kekhawatiran yang berlebih akan keadaannya, semua itu membuat Chanyeol frustasi. Ingin sekali rasanya menyimpulkan perasaan itu, tapi bagian otaknya -yang masih waras- selalu saja menolaknya.

Kau tidak ada hak Chanyeol, who you are? Isn't true, remember it!. Kalimat itu selalu saja berputar di otaknya. Seperti mantra, kata itu sedikitnya bekerja. Chanyeol sudah menemukan kembali percikan percikan semangat pada dirinya. Dia berhasil membuat Chanyeol yang seharusnya menemukan jalannya. Sampai pada hitungan ke dua puluh -Chanyeol menghitungnya- kata itu terucap, Chanyeol berhenti.

Kalimat itu langsung lenyap dari kepalanya.
Begitu juga dengan langkahnya. Merasa sedikit kesal karna fokusnya hancur, Chanyeol mencoba melangkah ke sisi lain. Tapi sepasang kaki yang dilihatnya juga mengikuti langkah Chanyeol. Baru akan berpaling lagi ke sisi berlawanan, sebuah tangan terulur menyentuh dadanya, memposisikan telapak tangan yang mengepal pada dada basah Chanyeol. Seakan mengisyaratkan berhenti.


Chanyeol menurut. Tetap mematung pada posisinya. Mengatur nafasnya beberapa kali sebelum menyapu pandangan kepada sepasang kaki di hadapannya, kepalanya mendongak sedikit demi sedikit seraya matanya yang dengan sendu menelusuri lekuk yang semakin nampak jelas pada retinanya.



Spend all your time waiting..

For that second chance..

  -             sarah - angel
  

 

   ----------------------------*********************-----------------
 

 


        Jongin duduk di kursi ruang tamu setelah mengganti pakaiannya yang sedikit basah tadi. Melesakkan tubuhnya di antara duo leader yang sedang asyik menonton tv. Tayangan tv yang sepertinya begitu lucu sampai semua member yang ada di sana -kecuali dia- terpingkal pingkal, tidak dapat sedikitpun merubah ekspresi Jongin.
Dia tetap pada posisinya dengan mata yang terus menatap kearah tv sedang pikirannya melayang jauh pada aroma yang sebelumnya telah pergi.
Jongin hanya sedikit merasa bingung. Apa hanya dia yang merasa respon itu terlalu berlebihan?. Atau dia yang sebenarnya terlalu berlebihan?. Dan Jongin tau pasti, rasa nyeri yang sama di suatu tempat di dalam tubuhnyalah yang terlalu berlebihan.

"kau kenapa?". Suho meletakkan telapak tangannya pada dahi Jongin. " kau sakit?, kau panas!!" . Suho mulai menaikkan oktaf suaranya karna panik.

Jongin menyingkirkan tangan Suho dari keningnya dengan perlahan, "ani, itu karna tanganmu terlalu dingin hyung".

Jongin mendengus begitu merasakan tangan lain bertengger didahinya, kini berukuran lebih besar.

"sekarang apa lagi?. Kau benar benar sakit Jongin" Kris juga tampaknya tidak bisa bertingkah sok cool -seperti biasanya- kalau sudah menyangkut keadaan member.

"aku tidak apa apa, sungguh" . Bantah Jongin yang kemudian berusaha bangkit dari duduknya namun berhasil ditahan oleh Kris.

"Jangan keras kepala."

Jongin menghela nafasnya. " Ya, aku merasa sedikit, sakit. Hanya merasa sedikit, dingin."

 

 

 

Andai saja itu untukku, aku tidak akan apa apa. Tapi nyatanya, itu bukan aku.


 

 

-------------------------****************-----------------

 

 



    Chanyeol berusaha tidak percaya dengan apa yang di tangkap retinanya . Entah harus senang atau menyesal karena merasa senang akan hal itu.

Lututnya terasa lemas untuk yang ke sekian kalinya. Pertahanan yang dengan susah payah di bangunnya tadi runtuh seketika. Pandangannya berubah sendu, masih dengan tidak percaya.

"Kau itu bodoh atau apa? Kau bawa payung kenapa tidak di pakai?" . Hara meraih payung lipat di tangan Chanyeol. Kemudian membukanya, memayungi tubuh basah Chanyeol -yang sebenarnya tidak perlu- yang mematung di hadapannya. "Ayo pulang".

Dengan perlahan, kaki yang sebelumnya kehilangan kuasanya untuk bergerak, melangkah beriringan dengan sepasang kaki di sampingnya.

"Mianhae". Chanyeol mengambil alih payung dari tangan Hara yang terlihat kesulitan memayungi tubuh jangkungnya. Sungguh, Chanyeol merasa tak tega melihat tubuh basah Hara. Lekuk tubuh manajernya itu terlihat lebih jelas dengan sweater basah yang melekat di tubuhnya. Rambut sebahu hitam basahnya terlihat sedikit bergelombang. wajahnya nampak agak pucat di bawah penerangan yang  jauh dari kata cukup, menambah kesan sendu malam itu.

"Untuk apa?". Hara berusaha melihat wajah Chanyeol . Tidak sulit -faktor tinggi badannya- bagi Hara walau Chanyeol menundukkan kepalanya, menyembunyikan raut penyesalan di wajah tampannya.

"Karna aku tidak menemukanmu".

"Tapi aku menemukanmu".

"Tapi karna aku, kau sampai seperti ini".

"Dan karna aku, kau sampai seperti ini".

                                                                                 It's so out of line
                                                                 To try and turn back time
                                                                  I'm sorry for blaming you
                                                                   For everything I just couldn't do

                                                                                                                -Christina Aguilera - 

 

 

 

---------------------****************------------------
 

 

 


Rintik hujan pada akhirnya berhenti. Dan angin yang akhirnya berhembus, tanpa beban. Juga bulan yang akhirnya bersinar, tanpa penghalang.

Hara sudah mengganti pakaiannya, dan tengah mengambil sebungkus makanan ringan untuk temannya menyusun jadwal Exo enam bulan mendatang.

Chanyeol baru saja keluar kamar, berusaha merapatkan hoodynya sampai saat yang sama Suho keluar dari kamar Jongin dan Kyungsoo dengan raut tak bersahabat.

"Sepertinya Jongin sakit".

Mendengar itu, para member yang berada di ruang tengah melesat masuk ke kamar Jongin. Maknae ini tergolong member yang jarang jatuh sakit, jadi wajar saja bila mereka begitu khawatir.

"Haruskah kita membawanya ke rumah sakit?"

Sebelum Suho selesai dengan pertanyaannya pada Hara, Hara sudah masuk dan membungkuk di sisi tempat tidur Jongin. Menyentuh dahi dancing machine yang tengah terlelap  dengan keringat yang membasahi sekujur tubuhnya. Mengingatkan kembali memori awal pertemuan mereka.

"Dia hanya demam, tidak perlu ke rumah sakit. Kalau sampai besok demamnya tidak turun,baru kita bawa dia ke rumah sakit. Kalian istirahatlah, dia akan baik baik saja."

"Bagaimana denganmu?"

"Aku akan disini sampai dia membaik Leader".

Dibarisan itu, di antara yang khawatir. Tidak dipungkiri ada perasaan lain. Seakan baru saja mendengar penolakan. Atau kejujuran. Membangkitkan kembali luka yang sebelumnya tersapu sikap. Terbuai manis angan sendiri

"hah  ~. Sudahlah, cepatlah tidur. Aku tidak mau kalian juga ikut sakit."

Yang pertama sebelum yang lainnya. Bahkan tanpa perduli dengan kalimat terakhir yang terucap, yang terdengar hanya sebagai pemanis . Tertunduk, tenggelam kembali pada abu abu. Dia meninggalkan kamar itu.
 

 

There's nothing I wouldn't do to have just one more chance

To look into your eyes and see you looking back
  -             christina aguilera - hurt

 

 

Setelah semua member meninggalkan kamar, Hara kembali pada Jongin . Wajah polos dengan bulir keringat di sekitar dahi dan pelipisnya menguatkan kesan y yang memang melekat pada namja itu. Hara memeriksa kembali termometer yang sebelumnya di pasang mungkin oleh Suho sebelum kemudian keluar dari kamar, mendapati Tao yang dengan mengantuk tetap memaksakan terjaga demi menonton pertandingan catur -yang sama sekali tidak ia mengerti-  di chanel tv lokal karna taruhannya dengan Chen. Kris dengan setia -atau di paksa- ikut mengawasi. Chen , Kyungsoo dan Baekhyun justru lebih tertarik pada makanan ringan yang sengaja mereka keluarkan dari lemari pendingin yang berserakan di atas meja.

Hara mencari wadah berukuran sedang di dapur, kemudian diisinya dengan air, mengatur suhunya agar sedikit lebih dingin dari normal. Juga menambahkan perasan lemon. Untuk kemudian kembali ke kamar Jongin.
Namja itu masih pada posisi sebelumnya. Masih berkeringat seperti sebelumnya. Dan masih demam seperti sebelumnya.
Dengan hati hati, berusaha tidak menimbulkan suara yang bisa mengganggu Jongin, Hara meletakkan wadah berisi air itu di nakas sebelah tempat tidur Jongin . Memasukkan handuk kecil ke dalamnya, memerasnya agar hanya lembab, dan meletakkan lipatan handuk itu pada dahi Jongin.
Mengulanginya lagi setiap lima menit sekali.
Memasuki menit ke dua puluh, Hara keluar kamar untuk mengambil selimut  miliknya. Beberapa member yang sebelumnya ada di ruang tengah kini mulai membubarkan diri. Kyungsoo yang melihat kedatangan Hara berpamitan untuk tidur di kamar kris dan Tao karena tidak ingin mengganggu Jongin. Hara meng-ia-kan itu dan kembali berjalan menuju kamarnya, membawa selimut untuk menyelimuti Jongin.

Jam dinding bernuansa chelsea -tim kesayangan Jongin - sudah menunjukkan pukul dua pagi.
Hara masih pada posisinya, setelah mengganti air karena suhu yang sudah tidak sesuai untuk yang ke tiga kalinya, Jongin terbangun.
Kepalanya bergerak tak nyaman, menggeliat untuk meregangkan otot otot punggungnya yang pegal karena terlalu lama berbaring. Tapi tentu saja, masih dengan perlahan dan terlihat begitu lemah.
Itu membuat Hara terkejut tapi juga senang.

"Ah, kau bangun? Bagai mana perasaanmu? Kau mau minum? Biar ku ambilkan".

Tanpa menunggu jawaban dari Jongin , Hara beranjak dari duduknya. Tapi tangan Jongin terjulur , menahan tangan Hara untuk mencegahnya pergi.

"Ani. Jangan pergi, jebal". Parau suara Jongin membuat Hara terkesiap .

"Aku tidak butuh apapun, asal kau tetap disini, tak ada lagi yang ku inginkan."

Hara hanya terdiam, mencerna lagi kata perkata yang keluar dari bibir pucat namja itu. Sekalipun tak ada kata mohon, itu tersirat jelas pada matanya. Mata sendu yang kehilangan cahayanya.
Hara kembali duduk, dengan perlahan, tanpa mencoba melepaskan tautan tangan Jongin padanya.

"Tetaplah disini, disisiku. Sebentar lagi. "



I'm almost alive, and I need you to try, And save me..

  -             secondhand serenade - half alive


 

 

 

----------------------------**************************************************************************---------------------------

 

 

Curhat Author

 

 

 

 

 

kyyyyyaaaaa!!!!!!! mianhae lama *bow bow bow

aku sibuk akhir akhir ini, itu mengganggu demi apapun!! , jadi maaf kalau hari hari berikutnya juga akan sama lamanya atau bahkan lebih dari ini T.T, sekali lagi maaf...

jangan bosen bosen ya... dengan adanya berita ngga enak akhir akhir ini, aku janji bakal tetep nampilin cerita mereka OT12, yah.. ngerti lah maksud aku apa~ T,T

 

terimakasih sudah membaca, keep Reading Guys \(^,^)/       ..............!!!!!

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
alida_ajeomin
hi!! guys...!! thanks sudahmembaca.. semoga kalian suka^^

Comments

You must be logged in to comment
amusuk
#1
Chapter 1: penasaran~ :3
oh ya, tolong pakai tag "indonesian" dong, biar lebih rame ^_^