EMBRACE

TWISTED FATE

Soyou’s POV

Aku menatap kembali pesan yang dikirimnya seminggu lalu. Ajakannya untuk makan siang bersama. Tapi aku tak membalasnya. Aku sudah tidak memiliki muka untuk bertemu dengannya setelah insiden dengan Henry waktu itu. Aku meletakkan ponselku. Lebih baik aku lebih focus melatih tarianku yang akan kutampilkan dengan Luhan 2 hari lagi.

“Soyou…” Luhan masuk ke studio dengan wajah super cerianya, ditangannya terdapat bungkusan bertanda McD. Aku menebak dia tadi sempat mampir membeli makan malam setelah menanyaiku aku sudah makan atau belum. “Big Mc?” tanyaku. Dia tersenyum sambil menjulurkan bungkusannya padaku. Aku membukanya dengan segera dan makan dengan lahap.

Dia tersenyum dan mengusap-usap kepalaku, “Aku suka caramu makan. Kau beruntung, gadis seusiamu saat ini sibuk membentuk badannya agar terlihat proporsional.” Ujarnya. Aku menghindari tepukan tangannya dikepalaku, entah kenapa rasanya terlalu protektif dan membuatku tidak nyaman.

“Aku sudah kerepotan membuang energiku untuk menari, karena itulah aku tidak punya waktu lagi memikirkan untuk diet atau sebagainya, karena tubuhku ini bermetabolisme sangat cepat karena aku menari.” Ujarku. Dia tersenyum.

Perlahan tangannya terjulur kearahku. “Ada saus diujung bibirmu. Biar aku yang menghapus.” Ujarnya. Aku mematung dan tak bergerak. Jari tangannya menghapus pelan ujung bibirku. Kemudian dengan cepat dia sudah menyapukan kecupan dibibirku. Rasanya hangat, namun aku merasa ini salah. Dengan cepat aku mendorongnya dan melepaskan diriku.

“Oppa apa yang kau lakukan?” tanyaku takut-takut. Dia menatapku bingung, “Bukankah hal yang wajar kalau orang yang berkencan melakukan sedikit ciuman. Bukankah, laki-laki normal wajar melakukannya pada kekasihnya.” Ujarnya. Aku menatapnya tak percaya. Berkencan? Jadi dia menganggap kami berdua benar-benar berkencan.

Dia menyadari ekspresiku. “Jangan bilang selama ini kau tak menganggap aku pacarmu.” Ujarnya. Aku mengangguk. “Aku tak pernah mengatakan padamu bahwa aku pacarmu kan Oppa?” ujarku. Dia menatapku tak percaya, “Bukankah kukatakan bahwa aku ingin mendekatimu?” ujarnya. Aku mengangguk.

“Oppa memang mengatakannya. Aku memang mengiyakan. Tapi bukankah berarti aku mengatakan kita berpacaran, oppa. Astaga aku hanya mengatakan iya saat oppa bilang ingin mendekatiku, itu saja.” Ujarku. Luhan menatapku tajam. “Setelah selama lebih dari sebulan ini, ternyata semua tak berarti apa-apa. Aku pikir, kau juga mencintaiku.” Ujarnya.

Mataku memanas, perlahan air mata luruh, “Maaf jika oppa menganggap demikian. Aku tak bermaksud menyakiti oppa. Aku hanya memberikan kesempatan itu. Tapi oppa tidak memintaku untuk menjadi pacar oppa, oppa tidak menyatakan oppa mencintaiku, oppa…”

“Kalau sekarang aku mengatakan aku mencintaimu dan memintamu untuk menjadi pacarku secara resmi, apa kau akan menerimaku Kang Soyou?” ujarnya memotong kalimatku. Aku terdiam. Tanpa kusadari aku sudah menggigit-gigit bibirku. Dia menatapku tak sabar, kemudian dia beranjak pergi. “Arraso. Aku paham, memang tidak pernah ada kesempatan itu sejak awal.” Ujarnya sambil berlalu, bersamaan dengan suara debam dari pintu.

Aku terdiam dan menatap keheningan. Apakah aku benar-benar buruk sekarang? Apakah aku sudah jadi jahat sekarang? Aku menghela nafasku. Sepasang mataku menangkap gelas softdrink yang masih setengah terisi, tidak selesai diminum oleh Luhan tadi. Aku menatap udara kosong bekas kepergiannya. Aku yakin, aku tidak mencintainya, tapi aku menyukai saat berada didekatnya, dia selalu membuatku nyaman. “Jelas sekali kau jatuh cinta pada orang lain, huh?” seorang pria berdiri didepanku, senyuman seringainya padaku.

“Woohyun-ssi…”

***

 

Woohyun’s POV

Aku tahu aku memang bodoh. Aku mengikuti kata hatiku untuk melangkah ke gedung klub dansa. Dan disebuah studio yang aku hafal menjadi tempat latihannya, karena aku sering melihatnya menari dalam studio itu dari kejauhan, aku melihatnya. Aku memberanikan diri menghampirinya, seminggu ini dia yang berusaha lari dariku.

Bodohnya, saat aku sampai diambang pintu studio dimana dia berada, aku melihat Luhan tengah menciumnya. Kaki bodohku ini tidak mau bergerak pergi begitu saja, sehingga aku dapat mendengar semua percakapan mereka berdua. Dan saat Luhan pergi, Luhan hanya mengulum senyum masam padaku. Wajahnya malu dan juga marah.

Lalu disinilah aku, menatapnya yang mendongak menatapku. Wajahnya kaget, sepasang matanya membulat sempurna. “Woohyun-ssi…” ujarnya lirih. Aku mengulurkan tanganku membantunya berdiri. Dia menerima uluran tanagnku, “Harusnya kau mengatakan padanya sejak awal.” Ujarku dingin sambil menariknya. Kini dia berdiri dihadapanku. Wajahnya yang berkeringat dan leher juga rambutnya yang masih basah karena latihan menarinya.

“Harusnya kau menolak dengan tegas.” Ujarku. Dia mengangguk, lalu perlahan terisak. Aishhh… perempuan ini kenapa bisa serapuh ini? Aku kan jadi ingin memeluknya. Aku mengulurkan sepasang lenganku. Membawanya dalam pelukan hangatku. Dia menangis dalam dadaku, kepalanya naik turun karena sesegukan. “Gwaenchana. Semua akan baik-baik saja. Dia akan memaafkanmu.” Ujarku berusaha menenangkannya.

Dia hanya mengangguk. Lalu jari-jari lentiknya menghapus aliran air matanya yang mulai mongering. “Gomawoyooo Woohyun-ssi.. enggg kenapa kau disini?” tanyanya. Aku menelan ludah karena salah tingkah. “Ungg… Aku tadi mau mencari Hoya, tapi aku rasa aku tidak dapat menemukannya.” Ujarku. Dia tersenyum. “Gurae… Hoya-oppa sedang mengajar kelas dansa mahasiswa tingkat 1 hari ini. Kau akan sulit menemukannya jam segini.” Ujarnya.

Aku tersenyum dan mengangguk-angguk. “Arraso…” jawabku. Rrrrrrrrrrrrr… suara gemuruh perutku tak dapat menyembunyikan fakta bahwa aku belum makan siang. Dia tersenyum geli menatapku, “Mau makan bersamaku?” tawaraku. Dia menatapku kemudian mengangguk, “Ne… dengan senang hati.” Jawabanya. Wajahku menghangat, kurasa hari ini tidak akan jadi hari yang lebih buruk.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
michimima #1
So cool <3
I love it~
novaqueenheart
#2
Chapter 17: Uwaaaaa happy ending <3 >o<
Gomawo buat story nya yg berakhir happy ending, >o<
Btw, siapa yg menikah dgn Luhan? Author-nim kah??? ;)
novaqueenheart
#3
Chapter 16: Semangat author-nim ^o^
novaqueenheart
#4
Chapter 15: Can't wait for next chapter >,<
akared #5
Serius? Dah lamanyer tak bace fic melayu!!!
Please bear with your new subscriber, babe!