SHORT CONFESSION

TWISTED FATE

Soyou’s POV

Aku masih ingat kejadian dua minggu yang lalu, dipinggir pantai Jeju. Bagaimana dia menatapku, bagaimana bibir kami hampir bertemu, bagaimana dia mengarang sebuah cerita untuk menarik perhatianku, bagaimana dia mengatakan bahwa kita berteman. Aku masih ingat detailnya. Dan entahlah, sejak kejadian itu, aku merasakan dia menghindariku.

Kemarin, aku menghampirinya dikantin kampusku, saat dia sedang makan dengan Amber. Namun saat aku duduk disebelah Amber (yang berarti didepannya) dia memilih pergi meninggalkan makanannya. Membuat alasan bahwa dia ada janji dengan pelatih Anggarnya. 4 hari yang lalu, aku melihatnya berbicara dengan Hoya didepan ruang kelas Sejarah. Tapi saat melihatku, dia pergi meninggalkan Hoya, meninggalkan Hoya dengan pertanyaan menggantung, itupun kata Hoya.

Hampir sepuluh hari yang lalu, aku melihatnya dibarisan buku sastra. Saat aku memutuskan untuk menghampirinya. Dia hanya tersenyum dan mengatakan padaku dia sudah menemukan apa yang dia cari, padahal ditangannya tak kulihat satu bukupun yang dia pegang. Dia menghindariku, aku pasti benar kali ini. Saat ini, aku memutuskan untuk menunggunya didepan tempat latihannya anggarnya. Aku mendengar dia masih berlatih satu lawan satu dengan Henry. Aku sudah menunggunya hampir selama satu setengah jam.

Aku hampir putus asa, jika saja pintu putih itu tidak menjeblak terbuka. Seseorang masih berpakaian anggar lengkap dengan helm pelindung dan pedang sabre ditangannya berdiri menjulang dihadapanku. Aku menahan tangganya saat dia melihatku dan hampir beranjak pergi dari hadapanku.

“Chamkamannyo.” Ujarku. Dia menoleh, dan kupikir dia menatapku. Aku hanya merasakan sepasang matanya menatapku, itu saja. Aku mengumpulkan semua keberanianku. “Woohyun-ssi, kau menghindariku, kan? Aku salah apa sebenarnya? Kejadian di pantai Jeju minggu lalu, entahlah, aku tak bisa melupakannya sedikitpun. Dan aku mencari-cari alasan yang tepat untuk menjelaskan apa yang kurasakan. Saat aku memutuskan untuk bertanya padamu, tepat sepuluh hari yang lalu, kau menghindariku, dan kemudian kau menghindariku dipertemuan-pertemuan setelahnya.” Aku memberi jeda padaku sendiri untuk bernafas beberapa detik.

“Aku tak mengerti apa yang aku rasakan dan apa yang aku lakukan saat ini. Aku hanya ingin berkata dan meminta satu hal padamu. Kumohon, jangan menghindariku sampai aku tahu apa penyebab aku merasakan kepakan kupu-kupu diperutku dan degub jantungku yang tak beraturan saat aku berada didekatmu.” Ujarku dalam satu tarikan nafas.

Perlahan kulepas tangannya. Aku melihat tangannya yang tak memegang pedang mencoba melepas helm pelindungnya. Kemudian saat menatapnya aku terperanjat. “Hen…ry… Henry-ssi.” Ujarku terbata. Henry menatapku sambil tersenyum, “Wow.. pengakuan yang hebat, Soyou-ssi. Tentu aku akan mendengarnya jika itu untukku. Tapi, maaf, sepertinya melihat bagaimana ekspresi wajahmu saat melihatku, aku yakin bukan aku yang kau maksud.” Ujarnya.

Aku menunduk dan merutuki diriku sendiri. Bodoh! Bodoh! “Kalau kau mencari Woohyun, dia masih didalam. Dan aku tak yakin kau mencari Luhan. Karena Luhan tak mungkin berada disekitar sini karena dia beda kampus bukan.” Ujarnya sambil menyeringai jahil.

“Ah… mianhamnida. Maaf permisi aku pergi dulu.” Ujarku. Sambil mencoba menembus tubuh besar Henry.

“Ada apa hyung?” hatiku mencelos mendengar suaranya.

***

 

Woohyun’s POV

Aku melihatnya yang rambutnya diikat pony-tail­ tengah menunduk. Wajahnya bersemu karena malu. “Ah, maaf aku harus pergi. Hoya oppa menungguku.” Ujarnya.

“Kau mendengar apa yang diucapkannya tadi?” Tanya Henry padaku. Soyou mendongak dan melihatku. “Eh?? Kalian berbicara barusan? Bicara apa? Membicarakanku? Aku tak mendengar apapun. Memangnya kalian bicara apa? Ya!!! Hyung, kau menjelakkanku huh?” ujarku. Terlihat ekspresi lega dari wajah Soyou. Aku mendengarnya, bodoh.

“Ah, aku terlambat. Maaf aku harus pergi.” Ujar Soyou sambil beranjak menjauh, setengah berlari. Henry dan aku menatap kepergiannya. Henry menyikutku, “Kau mendengarnya kan?” Tanya Henry. Aku tersenyum padanya. “Tentu saja, aku tepat dibelakangmu, bagaimana mungkin tak mendengarnya.” Jawabku. Henry menyeringai, “Wow, kau mau terlihat lebih keren dengan melindunginya seperti itu. Nice try. Tenang saja, aku tidak akan cerita pada siapapun.” Ujarnya.

“Seharusnya memang begitu bukan.” Ujarku. Dan dia hanya tersenyum.

 

To : la diosa de la noche*

Soyou.. kenapa tadi pergi terburu-buru? Bisa kita berjumpa kembali? Aku ingin mentraktirmu makan.

Nam Woohyun

 

SENT

Aku memastikan tandanya benar-benar terkirim. Aku menghela nafasku, ternyata cukup sulit menghindarinya.

-----

Ket : * Sang Dewi Malam

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
michimima #1
So cool <3
I love it~
novaqueenheart
#2
Chapter 17: Uwaaaaa happy ending <3 >o<
Gomawo buat story nya yg berakhir happy ending, >o<
Btw, siapa yg menikah dgn Luhan? Author-nim kah??? ;)
novaqueenheart
#3
Chapter 16: Semangat author-nim ^o^
novaqueenheart
#4
Chapter 15: Can't wait for next chapter >,<
akared #5
Serius? Dah lamanyer tak bace fic melayu!!!
Please bear with your new subscriber, babe!