MEMORIES

TWISTED FATE

Soyou’s POV

Sudah hampir 3 bulan aku bekerja di café ini, perlahan-lahan aku kembali mulai akrab dengan Woohyun. Tidak, tepatnya aku yang berinisiatif mendekatinya lebih dulu. Aku tidak ingin menyesali lagi masa laluku dengannya tiga tahun lalu, dimana aku hanya diam menatapnya dan menunggunya. Kali ini aku yang menciptakan kesempatan itu.

“Yes Mom. Yeah… I am okay with that. Really? Okay, I will prepare everything well. Yeah, I think I can leaving now. Yeah, Soyou take care him well. I will tell them to make sure Woohyun with Soyou only. I am okay mom. Really… I am…” suaranya berhenti saat menatapku. Sedari tadi aku mendengarkan dia berbicara. Punggungnya yang tadi membelakangiku kini menghadapku.

“Mom, I will call you later. Bye mom, I miss you. Love you too.” Dia mengakhiri percakapannya. Kemudian dia tersenyum padaku. Perlahan tangannya terjulur kekepalaku. Menepuk pelan sambil tetap tersenyum. “Aku akan kembali ke Beijing. Aku akan menikah.” Ujarnya. Mataku membulat tak mempercayai perkataannya.

“Jinjja?” tanyaku memastikan, dalam hatiku menginginkan agar dia berkata tidak. Dia mengangguk dan tersenyum, “Aku rasa, sedikit lagi Woohyun akan mengingat semuanya. Berkat kau, bukan aku. Kau adalah keajaiban itu. Mengembalikan semua memorinya. Hanya denganmu.”

Aku menghentikan kalimat demi kalimatnya dengan pelukan hangat. Aku tak mau kehilangan untuk kedua kalinya. Aku bukannya ingin memberikannya harapan kosong lagi. Aku hanya masih menyayanginya sebagai kakakku. Dan dia begitu baik menjaga Woohyun selama bertahun-tahun. Aku tahu pasti lelah rasanya menunggui orang yang sakit, tapi dia tidak pergi dari Woohyun, dia tetap menjaganya. Sampai… sampai aku datang.

“Mianhae oppa. Mian.” Ujarku disela-sela pelukannya.

“Gawaenchana. Aku benar-benar tidak apa-apa.”  Jawabnya sambil membelai lembut punggungku. Dia mengurai pelukanku, lalu mendaratkan kecupan hangat dikeningku. Hangat dan lama. Aku meresapinya.

“Kang Soyou! Luhan!”

***

 

Luhan’s POV

“Kang Soyou! Luhan!” suara Woohyun membuatku melepas ciumanku dikening Soyou. Aku meilhat dengan jelas wajah Woohyun yang memerah karena marah. Kemudian dia berjalan menghampiriku dan menarik tangan Soyou dengan kasar. Aku menghentikannya, “Jangan kasar padanya Woohyun-ah.” Dia melirikku dan dengan sekali hentakan dia berhasil meraih Soyou dan memeluknya.

“Tak kubiarkan kau mengambilnya lagi dariku. Selamanya tidak akan lagi.” Ujarnya. Aku menatapnya bingung, “Apa kau mengingat semuanya lagi Woohyun-ah?” tanyaku. Woohyun menggeleng, “Aku hanya ingat kau pernah menciumnya. Dulu sekali.” Jawabnya. Aku terpana mendengarnya, dia melihatku mencium Soyou, itu tandanya memorinya hampir kembali.

“Woohyun-ah, aku akan menjelaskan semuanya.” Ujarku gusar. Woohyun nampak menggeleng. “Tidak perlu, aku ingat dengan jelas kau menyukai Soyou, memaksanya menjadi pacarmu. Kalian berlatih tari bersama, kemudian..kemudian… aku ingat kau berjalan dibelakangnya saat malam setelah mengawasinya berlatih tanpamu. Aku juga ingat kau ikut kompetisi dengannya. Dan aku ingat kalimatmu saat pertunangan Amber. Kau mengatakan akan merebutnya dariku hanya karena aku berdansa dengannya malam itu.”

Woohyun nampak lancar mengurut semua kejadian yang berhubungan dengan kami bertiga. Aku menatap Soyou yang masih menatap Woohyun dengan tatapan tak percaya. Aku mengulum senyum, bahkan Woohyun tahu rahasia kecilku saat mengikuti Soyou. Kau makin mencintainya kan Luhan? Kau makin ingin tidak melepaskan Soyou saat Woohyun sadar sepenuhnya kau adalah rivalnya.

“Woohyun-ah…”

“Cukup hyung. Kau bisa mulai meninggalkan tempat ini kalau kau mau.” Ujarnya kasar. Aku mengernyit, dia mengusirku? “Woohyun-ssi… aku dan Luhan oppa…”

“Diam Soyou, kau tidak boleh bicara disini.” Ujar Woohyun sangat protektif. Aku menelan ludahku. Dia bertranformasi menjadi Woohyun yang tak aku kenal. Soyou membulatkan matanya, seperti memberikan kode padaku. Aku menganggapnya sebagai tanda dia akan menyelesaikan berdua dengan Woohyun.

“Selesaikan urusan kalian jika begitu.” Ujarku sambil menepuk bahu Woohyun dan Soyou bergantian.

“Woohyun-ssi… Apa kau mengingat memori kita? Beberapa memori yang kita bagi berdua?”

Aku menutup pintu perlahan sebelum aku mendengar jawaban Woohyun, mereka bahkan memiliki beberapa memori yang hanya dibagi berdua. Aku menguatkan hatiku.

***

 

Soyou’s POV

Aku duduk menatap wajah Woohyun yang masih memerah karena marah. Luhan sudah pergi beberapa saat yang lalu, meninggalkan kami berdua. Perlahan kuhela nafasku pelan-pelan, menyisakan sebisa mungkin hanya ruang kecil yang merasa sakit. Woohyun mendongak kearahku. Mungkin dia merasakan helaan nafasku. Dia menatapku.

“Kang Soyou, tidak bisakah kau melihatku dengan perasaan yang sama seperti perasaanmu untuk Luhan?” pertanyaan itu sederhana. Namun sukses membuatku tercengang. Itu lebih pada ke sebuah permintaan. Aku menatapnya hati-hati, kemudian menggeleng pelan. “Tidak Woohyun-ah.”

Woohyun terdiam, lalu merebahkan kursinya ke sandaran kursi. “Aku mengingatnya. Semuanya. Aku yang jatuh cinta padamu. Soal Luhan, Amber, Henry, bahkan Hoya. Semuanya aku mengingatnya kembali. Tapi hanya satu yang tak kuingat. Kau mencintaiku. Aku tak mengingatnya. Bukankah itu artinya memang tidak ada kenangan itu. Benar bukan?”

Aku mengangguk, “Benar Woohyun-ah.”

“Kau tidak pernah mencintaiku kan Kang Soyou?” Aku terdiam, Woohyun tersenyum singkat. “Jangan berbohong. Aku dapat melihatnya. Kau mencintai Luhan. Atau kau masih menyukai Hoya?”

Aku masih bergeming, menyisakan pertanyaan-pertanyaan dari Woohyun, “Tidak untuk ketiganya. Aku tidak berbohong. Aku tidak pernah mencintai Luhan. Dan sekarang aku tidak menyukai Hoya lagi. Tidak ketika aku kehilangan satu sayapku tiga tahun yang lalu.” Sekarang berganti woohyun yang diam.

Aku melanjutkan kalimatku, “Sejak awal aku menganggap pria yang hadir dimimpiku adalah sebelah sayapku. Tertatih-tatih aku mencarinya. Lalu hampir empat tahun yang lalu aku bertemu dengannya. Saat dia menabrakku, saat dia menatapku, saat dia terkejut melihatku, aku tahu dialah sebelah sayap yang aku cari.”

“Tapi dia menjauh dariku, meninggalkan semua kesalah pahaman. Membiarkan semua pertanyaan terbuka lebar. ‘apakah dia mencintaiku?’ itu pertanyaan yang menggumpal. Lalu sampai pada akhirnya takdir mulai berpihak. Perlahan-lahan tabir itu terbuka. Dengan pasti aku mengetahuinya, ‘dia mencintaiku’ tapi kenapa saat kepastian itu datang malah dia yang terenggut waktu?”

“Aku pikir aku akan kehilangan dia selamanya. Bertahun-tahun aku mengobati luka itu. Dan kemudian sauh waktu berlabuh padaku. Aku bertemu dengannya, tapi justru ia bersama dengan orang yang mencintaiku. Yang selama tiga tahun terakhir membantunya bangkit. Sekarang yang aku tahu aku tidak ingin kehilangan dia. Meskipun hanya sekali. Kau tahu siapa orang itu?” aku menyelesaikan kalimat demi kalimat.

Woohyun hanya menatapku, kemudian perlahan dia merengkuh bahuku, “Mianhae. Nado, saranghae.” Ujarnya. Aku tersenyum membalas pelukan darinya. “Jangan pergi lagi.” Ujarku. Dia mengangguk dan mempererat pelukanku.
 

===========================================================================================================

 

 Dear Readers ^^

Terima kasih sudah mau membaca dan bahkan komen ke FF ini. meskipun ceritanya gak jelas dan ngaco. hehehe.

sangat disayangkan. inilah ending dari FF ini hehehhee.

kalau ada yg punya ide buat sekuelnya, silahkan di share ke aku ya^^

jeongmal mianhamnida^^

Gomawooooo

~tiffanciel

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
michimima #1
So cool <3
I love it~
novaqueenheart
#2
Chapter 17: Uwaaaaa happy ending <3 >o<
Gomawo buat story nya yg berakhir happy ending, >o<
Btw, siapa yg menikah dgn Luhan? Author-nim kah??? ;)
novaqueenheart
#3
Chapter 16: Semangat author-nim ^o^
novaqueenheart
#4
Chapter 15: Can't wait for next chapter >,<
akared #5
Serius? Dah lamanyer tak bace fic melayu!!!
Please bear with your new subscriber, babe!