You... Finally [END]

Interesting On You

Hae Ri POV

                “Hae Ri~ Lihat siapa yang datang~~,” Minah eonni berteriak dari dapur. Aku menyeringitkan alisku, merasa heran karena tak biasanya Minah eonni berteriak seceria itu. Memangnya siapa yang datang?

                Aku turun ke bawah dan mendapati Myungsoo ada disana, beserta celemeknya. Minah eonni juga. Hatiku merasa sakit kembali, “Mengapa kau disini?,” tanyaku ketus pada Myungsoo. Aku tak berani menatapnya lama. “Aku kembali.. menjadi seorang pembuat es krim,” jawabnya. “Oh,” responku singkat. Aku kemudian kembali masuk ke kamar.

                Aku terduduk di kasurku. Aku memegang dadaku, kembali berdebar. Mengapa ini? Bukannya aku sudah berjanji pada diriku sendiri untuk tidak memperdulikannya lagi. Tapi, rasanya aku tak sanggup. Aku ingin sekali memperhatikannya, memperhatikan matanya, hidungnya, senyumnya. Ahhh! Apa-apaan aku ini! Jangan lagi memperdulikannya! Dia itu jahat. Aku menghela nafas panjang. Aku tak habis pikir, mengapa Dujun oppa mau menerima dia kembali disini, padahal dia sudah meninggalkanku sendirian.

                “Hae-Ri-ya..,” suara Myungsoo terdengar di depan kamarku. Oh Tuhan, mengapa dia datang lagi?! Baru saja aku ingin menata hatiku, dan melupakannya. Sekarang dia datang, tanpa membawa rasa penyesalan di wajahnya. Dasar menyebalkan!

                “Mwo?!,” kataku berteriak. “Aku ingin mengatakan sesuatu padamu,” katanya lagi. Mengatakan apa lagi? “Kalau kau mau minta maaf, kau sudah terlambat!,” teriakku lagi.

“Hae Ri-ya, dengarkan aku dulu. Aku hanya ingin mengatakan…. Aku, merindukanmu,”.

                Kata-kata Myungsoo membuatku terdiam. Aku tak tau harus percaya padanya atau tidak. Aku tak mau dia membuatku sakit lagi. “Bohong. Jangan pernah bicara hal itu lagi padaku. Pergi sana,” kataku sinis.

                Aku terdiam saat mendengar langkah kakinya menjauhi kamarku. Apakah aku sudah sangat keterlaluan bicara padanya? Apakah kata-kataku terlalu kasar?

                Aku kembali menghela nafas. Aku tak tau bahwa menyukai seseorang bisa serumit ini. Aku mengedarkan pandanganku ke seluruh sudut kamar, dan mataku terpaku pada ‘gelang pertemanan’ kami. Apakah lebih baik menganggapnya sebagai teman saja, tanyaku pada diri sendiri

^^^^^

                Setelah Myungsoo kembali ke toko, aku sering menghindar darinya. Aku tak akan mau berduaan dengannya dalam satu ruangan. Aku akan kembali ke kamar, saat tak ada pelanggan di toko. Aku akan memberitahukan pesanan pada Dujun oppa atau Minah eonni, bukan pada Myungsoo.

                Dan sekarang, toko sedang kosong. Memang, sekarang adalah jam kantor, jam makan siang mereka sudah berakhir. “Hae Ri-ya, bisa kita bicara sebentar?,” Myungsoo menghampiriku. Wajahnya serius, dan ini pertama kali aku melihatnya seperti itu. “Mwo? Bicara saja sekarang,” kataku dengan nada datar.

                Myungsoo tiba-tiba menarik tanganku, “Ya, Kim Myungsoo!,” teriakku. Dia tak menggubris dan tetap menarikku keluar dari toko. Dia membawaku ke belakang rumah ini. Aku tak tau apa maksudnya.

 

                Author POV

                “Hae Ri-ya, mengapa kau menghindar dariku? Apa kesalahanku?,”

                “Jangan pura-pura tidak tahu, Myungsoo-ya. Kau tiba-tiba pergi tanpa pamit padaku, meninggalkan ku sendiri mengurus toko ini, kau pikir itu bukan sebuah kesalahan?,”

                “Aku tahu, itu salah. Aku minta maaf, aku punya alasannya. Jadi kau marah karena itu?,”

                “Aku tidak marah, aku hanya kecewa padamu,”

                “Boleh aku berikan penjelasan mengenai hal ini?,”

                “Tidak perlu. Setiap perkataan yang kau katakan tidak bisa dipercaya, kau tidak pernah serius dalam perkataanmu,”

                “Kakekku meninggal. Satu-satunya keluarga ku yang tersisa telah meninggal,”

                “…..”

                “Dan juga, saat aku bilang pertama kali, aku tertarik padamu, aku serius. Aku belajar dengan sungguh-sungguh untuk membuat es krim yang enak, agar aku bisa diterima kerja di tokomu dan bisa lebih dekat denganmu. Aku tak pernah berbohong, saat aku mengatakan aku ingin memelukmu di hari hujan itu. Aku selalu ingin melihat senyummu, aku benar-benar telah jatuh pada pesonamu, Hae Ri-ya,”

                “Maaf, turut berduka cita atas meninggalnya kakekmu,”

                “Tidak apa-apa. Ini salahku juga, tidak langsung memberi tahumu. Aku pikir aku akan membuatmu cemas kalau aku beritahu alasan yang sebenarnya,”

                “Bodoh. Kau membuatku lebih khawatir dengan tiba-tiba menghilang,”

                “Jadi.. kau mencemau?,”

                “Mencemaskanmu atau tidak, itu bukan urusanmu. Lagi pula aku tidak perlu mengkhawatirkan apapun lagi sekarang, karena sudah ada yang menjagamu, teman wanita mu yang di sekolahmu,”

                “Teman wanita? Boram? Kenapa, kau cemburu?,”

                “Untuk apa aku cemburu, cih,”

                “Aku tidak tertarik padanya, aku hanya tertarik padamu,”

                “Bicara apa kau. Sudahlah, kembali bekerja,” Hae Ri berbalik arah, akan masuk kembali ke toko, tetapi tiba-tiba tangannya ditarik oleh Myungsoo dan sekarang Hae Ri berada dalam dekapan Myungsoo.

                “Biarkan aku memelukmu seperti Howon memelukmu di halte tadi. Aku merindukanmu,” bisik Myungsoo di telinga Hae Ri. Hae Ri terdiam, setengah merasa malu, dan setengahnya lagi merasa bahagia. Degup jantung Myungsoo terdengar jelas olehnya, berdetak sama cepatnya dengan jantungnya saat ini.

                “Myungsoo-ya..,” Hae Ri berusaha melepaskan dirinya dari pelukan Myungsoo, tapi sia-sia karena Myungsoo lebih erat mendekap gadis itu, “Jangan protes. Biarkan aku memelukmu,”.

                Hae Ri hanya bisa pasrah, lagipula ia merasa sangat hangat di dekapan Myungsoo. Entah mengapa, hatinya yang tadi sakit menjadi lega sekarang. Perlahan, tangan Hae Ri bergerak menuju pinggang Myungsoo, walaupun ada sedikit keraguan, tetapi dengan cepat Hae Ri menepisnya dan langsung balik memeluk Myungsoo.

                Myungsoo sedikit terkejut, tapi kemudian tersenyum cerah. Ia tahu, Hae Ri sudah memaafkannya sekarang. Myungsoo melepaskan pelukannya, menatap ke mata Hae Ri dengan lembut, kemudian tersenyum kembali. Senyum kelegaan.

                “Hae Ri-ya,” panggil Myungsoo.

                “Hmm?,”

                Myungsoo tiba-tiba mencium bibir Hae Ri, menarik pinggang Hae Ri agar mendekat, sementara Hae Ri membuka matanya lebar karena terkejut oleh ciuman Myungsoo. Bibir Myungsoo yang tipis terasa manis oleh Hae Ri, Hae Ri perlahan menutup matanya, merasakan sensasi ciuman pertamanya dengan Myungsoo.

                Setelah ciuman mereka terlepas, Myungsoo masih memegang pinggang Hae Ri akhirnya berkata, “Yun Hae Ri, maukah kau menjadi pacarku?,”. Hae Ri tersenyum manis, “Ciuman pertamaku untuk namjachingu pertamaku,”. Myungsoo sedikit bingung, “Ciuman pertamamu? Aku? Jadi.. aku namjachingu pertamamu?,”. Hae Ri mengangguk, “Tentu saja, bodoh,”, ia terkekeh. “Kau mencintaiku?,” tanya Myungsoo lagi, masih kurang yakin dengan perasaan Hae Ri karena selama ini hanya Myungsoo yang selalu terbuka tentang perasaanya.

                Hae Ri menirukan gaya bicara Myungsoo dengan berkata, “Aku tertarik padamu,”

 

THE END

Jadi.. apa pendapatmu tentang fanfiction ini?

Silahkan comment! sampai bertemu di FF berikutnya, dengan cast yang berbeda ^^

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet