Merindukanmu

Interesting On You

Hae Ri POV

                DEG! Jantungku kembali berdegup kuat. Pertanda apa ini? Mungkinkah Myungsoo memang meninggalkanku? Aku menggelengkan kepalaku kuat, menepis pikiran negatif. Aku memang belum pernah masuk ke kamarnya, mungkin saja segala barang-barangnya diletakkan di lemari.

                Aku mencoba membuka pintu lemari dan ternyata pintu nya tak terkunci. Aku membuka pintu lemari, dan… aku rasa dia tak akan kembali. Tak ada barang apapun di lemari ini, semuanya bersih. Aku kembali terisak, ternyata dugaanku benar. Myungsoo benar-benar pergi tanpa pamit denganku. Keterlaluan dia! Aku benci dia!

^^^^^

                Satu minggu, aku akan sendirian di rumah. Aku sudah bilang pada Dujun oppa kalau namja bodoh itu sudah pergi tanpa pamit padaku. Dujun oppa berjanji akan pulang sesegera mungkin. Oh Tuhan, coba sekarang ada Minah eonni, aku tak perlu kesepian disini.

                Dujun oppa juga menyuruhku untuk menutup toko sampai Dujun oppa pulang, karena aku sendiri tak bisa membuat es krim. Minah eonni pun masih belum bisa menemaniku disini, karena dia sedang berada di Busan. Sungguh malang nasibku. Untung saja aku masih bisa memasak sendiri.

^^^^^

                Sepulang sekolah, aku menjaga toko seperti biasa lagi. Aku melihat dari kejauhan, sesosok namja yang memakai seragam sekolah Kyung Jin. Sekolahnya Myungsoo. Apakah itu Myungsoo? Namja itu mendekat ke arah toko, aku terdiam ditempat, tak tau harus bagaimana reaksi ku kalau memang benar namja itu adalah Myungsoo.

                Namja itu membuka pintu toko, “ya, Kim Myung--,”. Kata-kataku terhenti saat aku tau bahwa namja itu bukanlah Myungsoo. Dia hanya memakai seragam yang sama dengan Myungsoo. “Haha. Apa-apaan kau ini, Yun Hae Ri,” kataku seolah menertawakan diriku sendiri. Aku segera berlari ke atas, rasanya mataku panas dan berair saat ini. “Ya, Yun Hae Ri! Mau kemana? Ada pelanggan datang!,” suara Dujun oppa terdengar, tapi tak ku jawab. Aku takut oppa tahu kalau aku akan menangis.

                Aku menutup pintu kamar, dan saat itu juga air mataku jatuh. Sudah berapa kali aku mengeluarkan air mata hanya karena Myungsoo.

                Aku memeluk bantal gulingku, meredam isak tangisku. Aku takut Dujun oppa tau aku sedang menangis, dan pasti aku akan ditanyai berbagai macam pertanyaan. Aku tau mengapa aku menangis sekarang. Aku merindukan Myungsoo. Yap, aku merindukannya. Orang yang dulu sering membuatku kesal, yang cerewet, yang aneh, tapi juga sekaligus asik untuk diajak bicara, tak mudah marah, yang selalu menepati janjinya. Aneh memang, tapi aku tak bisa menolak fakta bahwa aku memang merindukannya.

^^^^^

Author POV

                “Yun Hae Ri, mau ikut aku tidak?,” tanya Min Hye pada Hye Ri saat mereka akan pulang. “Mau kemana?,” tanya Hae Ri. “Kyungjin High School,” jawab Min Hye. Mendengar sekolah Myungsoo, Hae Ri terdiam. “Hae Ri-ya, kau kenapa?,” tanya Min Hye heran. “A-ah, aniya. Memangnya ada perlu apa kesana? Urusan klub lagi?,” tanya Hye Ri balik. Min Hye memang sering pergi ke sekolah lain untuk keperluan klub basketnya. Gadis itu seorang manajer di klub basket, wajar dia yang sering mengatur jadwal pertandingan persahabatan antar klub basket di sekolah-sekolah.  “Yap. Mau ikut?,” tanya Min Hye. Hae Ri menangguk, siapa tau dia bisa bertemu Myungsoo dan meminta penjelasan atas apa yang telah namja itu lakukan pada Hae Ri.

^^^^^

                Hae Ri berdiri di depan gerbang Kyungjin High School, sambil sesekali melirik ke dalam sekolah. Dia berhasil membujuk Min Hye untuk tidak membawanya serta ke dalam gedung sekolah. Anak-anak murid di Kyungjin sering sekali menatap heran Hae Ri yang hanya berdiri di depan gerbang, sedangkan Hae Ri cuek seperti biasanya.

                Hae Ri sedikit bosan, karena ternyata Min Hye sangat lama berada di dalam gedung. “Kenapa Min Hye lama sekali di dalam?,” gumam Hae Ri. Akhirnya Hae Ri memutuskan untuk masuk ke dalam gedung.

                Saat Hae Ri berjalan menuju gedung, langkahnya terhenti saat dia melihat seorang namja yang sangat dia kenal. Myungsoo. Dia terdiam, dan tak bisa menyapa namja itu karena disamping namja itu ada seorang siswi. Tampaknya mereka sangat asik mengobrol, Hae Ri bisa melihat Myungsoo tertawa lepas di samping siswi itu.

                Hae Ri terus memperhatikan mereka berdua, dan tanpa disadari Hae Ri, Myungsoo melihatnya. Myungsoo tercekat, tetapi dia kemudian berteriak, “Hae Ri-ya!,”. Hae Ri segera sadar, kemudian langsung berlari pergi dari sekolah itu. Terdengar Myungsoo beberapa kali meneriakkan nama Hae Ri.

                Hae Ri berlari secepat mungkin, agar Myungsoo tak bisa mengejarnya. Gadis itu kembali menangis saat dia berlari, dia merasakan sakit di dadanya. Dia tak tau, melihat Myungsoo bersama gadis lain membuatnya sesakit itu. Padahal, Myungsoo bukanlah namjachingunya.

                Hae Ri berhenti di halte bus tempat dia biasa menunggu bus. Dihapusnya air mata yang mengalir, dia berusaha menahannya. Untung saja, tidak ada orang disana. Hae Ri duduk di bangku, menundukkan kepalanya. “Hae Ri-ssi?,” suara namja membuat Hae Ri mendongakkan kepalanya. “Ho.. Howon sunbae,” kata Hae Ri terkejut. Howon memperhatikan mata Hae Ri yang sembab seperti habis menangis. “Ada masalah?,” tanya Howon. Dia mengambil posisi duduk di sebelah Hae Ri. Hae Ri menggeleng pelan, “Nan gwaenchana, sunbae-nim,”

                “Sungguh?,” tanya Howon lagi. Pertanyaan Howon tak bisa dijawab oleh Hae Ri, dia tidak bisa berbohong kalau dia tidak punya masalah. Hae Ri hanya diam, kembali menundukkan kepalanya. “Kau bisa cerita padaku. Anggap saja, aku ini temanmu. Bukan sunbae-mu. Bagaimana?,” tawar Howon. Hae Ri menatap Howon, “Sunbae.. apakah menyukai seseorang akan sesakit ini?,”, tanpa sadar air matanya terjatuh. Howon langsung memeluk Hae Ri.

                Hae Ri terkejut dengan pelukan tiba-tiba dari Howon, orang yang dulu pernah ia sukai. Dahulu. “Sun… sunbae,” kata Hae Ri terbata. “Kalau tidak mau cerita, tidak masalah. Menangis saja,” kata Howon. Sontak Hae Ri menangis lagi, menumpahkan segala air matanya yang sedari tadi ia tahan. Ia tak peduli lagi tentang pendapat Howon padanya, menganggapnya gadis cengeng, tak masalah bagi Hae Ri.

                Howon mengelus punggung Hae Ri, mencoba menenangkan gadis itu. Walaupun dia tak tau apa permasalahan yang dihadapi Hae Ri, tapi dia tau gadis itu butuh tempat untuk mengeluarkan isi hatinya.

(( To Be Continued))

 

It's getting near to end! Saya bakal nge-post fanfiction baru lagi, setelah dapat respon yang cukup bagus nantinya! So... subscribe and comment!

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet