CHAPTER 8

ADORE YOU
Please Subscribe to read the full chapter

Chaeyoung membiarkan air matanya mengalir begitu saja, dia menyeka nya beberapa kali ketika pandangannya mulai buram. Dia tau berbahaya mengendarai sambil menangis seperti itu, tapi dia tidak bisa berhenti. Tidak bisa berhenti menangis, juga tidak bisa berhenti mengendarai. Ketika dia merasa sudah cukup dekat dengan tempat yang ingin ditujunya, dia mulai mengendalikan perasaannya. Perlahan tangisannya berhenti. Ketika mobilnya sudah terparkir sempurna, dia mengambil beberapa lembar tisu untuk menghilangkan jejak air mata di wajahnya, meskipun mata sembabnya tetap tidak bisa menutupi tangisnya yang meledak tadi. Dan sesaat sebelum dia keluar dari mobilnya, dia menutup matanya sejenak dan mengambil nafas dalam. Lalu mengeluarkannya perlahan.

 

 

“Selesaikan, dan segera pulang”, ucapnya pada dirinya sendiri.

 

 

Dia pun keluar dari mobil dengan mantap. Kali ini dia terlihat sangat yakin, lebih dari sebelumnya saat dia akan bertemu Lisa. Chaeyoung menggenggam kunci mobilnya erat, dia pikir dia akan menyelesaikan yang satu ini lebih cepat, jadi dia tidak perlu menaruh kunci itu di dalam tas. Dia melangkah menuju bagian dalam sebuah café lain di bagian lain dari kota Seoul. Dia memanfaatkan sedikit waktu yang didapatnya saat berjalan untuk fokus pada apa yang  ingin dia bicarakan.

 

 

Dia melihat kembali telepon genggamnya, ada sebuah pesan tentang tepatnya di meja nomor berapa dia harus pergi ke dalam café itu, dia membaca sambil terus berjalan. Saat memasuki café tersebut, Chaeyoung langsung memutar pandangannya mencari seseorang. Beruntung orang itu memilih meja yang mudah ditemukan, dan tanpa banyak kata Chaeyoung langsung menuju orang itu.

 

 

“Hey sayang, kau tampak tergesa-gesa. Ada apa?”

 

 

Dalam hati Chaeyoung bertanya, apakah niatnya terlihat sejelas itu?. Orang itu berdiri dan merangkul Chaeyoung, menariknya untuk sebuah pelukan, tapi Chaeyoung menahan tangan orang itu dan berbicara dengan nada rendah.

 

 

“Woongun, aku datang ke sini untuk memberitahumu sesuatu yang penting, bisa kita duduk sebentar?”

 

 

Woongun duduk dengan rasa heran dan penasaran yang bercampur. Dia terus bertanya-tanya ada apa dengan kekasihnya? Tapi di satu sisi dia pun takut jika hal paling tidak diinginkannya terjadi, tapi dia mencoba mengabaikan rasa takut itu.

 

 

“Ada apa sebenarnya, Chaeng?”

 

 

Chaeyoung menarik nafas panjang satu kali, lalu mengangkat kepalanya dan memandang tepat ke dalam mata Woongun. Dia meyakinkan dirinya untuk yang terakhir kali, jika dia memang menginginkan semua ini. Ini berat untuk Chaeyoung, tapi dia harus melakukannya.

 

 

“Woongun, selama ini aku pikir aku benar-benar sudah lepas dari masa laluku dan siap melanjutkan hidupku bersamamu. Selama ini aku terus berpikir bagaimana agar aku bisa terlihat bahagia bersamamu, dan itu membuatku melupakan apa itu bahagia yang sebenarnya. Aku larut dalam bahagia buatan yang datang dari pikiranku, dan mengabaikan keadaan hatiku yang sebenarnya sama sekali tidak bahagia.”

 

 

Tampaknya Woongun sudah tahu kemana arah pembicaraan Chaeyoung, sehingga dia langsung memotong.

 

 

“Chaeng, sayang, aku tahu apa yang ingin kau bicarakan, tapi kita sudah merencanakan pernikahan kita. Kau sudah sangat yakin saat itu dan kita tidak bisa begitu saja membatalkan semuanya. Pikirkan juga ibumu, dia sangat gembira waktu mendengar kabar bahwa kita akan menikah. Kalau kau butuh waktu, aku akan memberikannya, Chaeng. Katakan apa yang kau butuhkan, aku akan memberikannya untukmu”

 

 

Chaeyoung menggelengkan kepalanya dengan yakin.

 

 

“Tidak, bukan begitu caranya ini bekerja. Semua yang aku butuhkan adalah merasa bahagia, dan aku sudah menghabiskan satu tahun penuh untuk meyakinkan diriku apakah bersamamu aku akan benar-benar merasa bahagia. Tapi ternyata jawabannya tidak, Gunny. Dan meskipun tidak mudah, tapi dengan terpaksa kita harus membatalkan rencana pernikahan kita. Karena kebahagiaanku tidak akan terpenuhi meskipun kita menikah, dan jika aku terus melanjutkannya maka aku hanya akan menyakitimu. Kumohon mengertilah…”

 

 

Woongun terdiam. Dia pikir selama ini dia sudah cukup meyakinkan Chaeyoung bahwa hanya dengan bersama dirinya lah Chaeyoung akan mendapatkan semua yang dia inginkan. Dia terus berpikir di bagian mana dia telah melakukannya dengan salah? Tapi dia tidak menemukannya. Dia merasa sudah melakukan semua dengan sangat baik dan tidak pantas menerima keputusan menyakitkan ini. Kemudian tiba-tiba ingatannya membawanya kembali ke tadi malam, pertama kalinya dia bertemu Lisa.

 

 

“Chaeyoung, jangan bilang ini semua karena Lisa. Jangan bilang kau masih mencintainya. Apa benar begitu Chaeng? Katakan padaku apa benar begitu?!”

 

 

Rasa frustasi yang tiba-tiba muncul dalam diri Woongun membuatnya tanpa sengaja mengatakan itu, dengan nada suara yang lepas dari kendalinya. Dan menyebut nama Lisa sepertinya membuat Chaeyoung kembali emosional.

 

 

“Lee Woongun, aku pernah mengatakan padamu untuk tidak pernah menyebut nama Lisa, apalagi menyalahkan dirinya untuk semua yang terjadi di antara kita. Yang harus kau ketahui, bahwa Lisa sama sekali tidak ada hubungannya dengan ini semua.”

 

 

Woongun tahu dia seharusnya segera meminta maaf, tapi mendengar Chaeoyung membela Lisa seperti itu malah membuatnya tambah curiga bahwa kehadiran Lisa tadi malam lah yang menjadi alasan semua hal yang terjadi hari ini.

 

 

“Oh, jadi kau bilang dia tidak ada hubungannya dengan semua ini tapi kau terus membelanya seperti orang gila? Jika saja Lisa semalam tidak datang ke rumahmu, apa sekarang kau tetap akan datang dan mengatakan kau ingin kita berpisah? Aku rasa tidak. Jangan membohongi dirimu sendiri Chaeng, katakan jika semua ini gara-gara Lisa kan?!”

 

 

Kata-kata itu menyakiti Chaeyoung, entah bagaimana tapi rasanya sakit. Dan air mata Chaeyoung siap untuk mengalir deras, tapi dia menahannya sekuat tenaga. Dia menahan air matanya hingga tenggorokannya terasa sakit. Dia tidak ingin menangis. Tidak di depan Woongun.

 

 

“Benar, kehadiran Lisa semalam membuatku berpikir lebih dalam. Membuatku menyadari banyak hal tentang apa yang sebenarnya aku inginkan, dan apa yang sebenarnya membuatku bahagia. Tapi tidak, bukan dia alasan aku ingin berpisah denganmu. Aku ingin kita berpisah karena itu adalah hal yang benar-benar aku inginkan. Aku ingin lepas dari semuanya, lepas darimu, lepas dari Lisa, dan aku ingin menata hidupku lebih baik dengan perasaan yang lebih baik. Dan maaf aku harus mengatakan ini, tapi aku tidak menginginkanmu, Gunny. Kau sudah mendapatkan waktuku dan diriku selama setahun, dan aku pikir itu cukup untuk kita. Mari kita berpisah dengan baik, sebagaimana kita mengawali ini semua dengan baik”

 

Please Subscribe to read the full chapter

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
PastaChaeng
#1
Chapter 10: Just found this story and this is so good!! Sampe begadang lmao, berasa gak bisa tidur kalau belum baca sampai tuntas. Penasaran xD
Btw i can relate with Lisa, i was a bastard too. But I can't back to my ex, he's already married someone else and now i'm trapped in a relationship which i even not sure if i really love my current bf :(
Laboli #2
Not in English can't understand language
Leynsha_9567 #3
Its not english :'(
JennieKim_96 #4
Chapter 10: Tiba" jadi rated M... Wowww :v :v
Fazaa5 #5
Can’t wait for the next chapter
Blinke #6
Please update chapter 10...its so good...
bpmaknae
#7
Chapter 9: Yaampun shock bacanya aaa lisa :( semoga lisa ketiduran lol
nrmrh3112
#8
Chapter 8: melihat blackpink house sama senang nya melihat author update :D
xZeiki #9
I'm relying with you Google Translate xD
Fighting authornim
mononct23 #10
Wow